Untuk menjawab kedua tantangan tersebut, kebijakan yang tepat adalah dengan perlu ditingkatkannya pendidikan kewira usahan bagi generasi kini, baik formal maupun informal.
Jika kita amati statistik jumlah wira usaha dengan kemajuan suatu bangsa ternyata berkorelasi positif. Maka dapat disimpulkan bahwa agar suatu bangsa bisa maju dan GDP makin meningkat, diperlukan jumlah wira usaha yang semakin banyak. Â
Menurut Deputi Gubernur BI, Negara-negara maju memiliki tingkat kewirausahaan yang cukup tinggi sehingga pertumbuhan ekonominya menjadi lebih stabil dan berkualitas. Â
Bahkan dibandingkan Negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand apalagi Singapura jumlah wirausaha mereka dikisaran 4%, sedangkan Indonesia masih di kisaran 1%. Â
Hal ini tidak mengherankan karena output pendidikan kita masih menghasilkan lulusan usia produktif yang 90% akan memilih untuk menjadi pegawai alias bekerja untuk orang lain.
Memang kurikulum pendidikan kewira usahaan sudah ada di beberapa sekolah mulai dari SMA hingga perguruan tinggi. Namun yang dirasa kurang pas adalah pengajarnya. Â
Karena bagaimana mungkin seorang dosen yang notabene hidupnya lebih banyak mengandalkan gaji, memberikan materi secara mendalam tentang topik kewirausahaan. Hanya sebatas teori mungkin bisa saja. Tapi lebih jauh dari itu para dosen tersebut tidak bisa. Â
Ini seperti memberikan 'tulang tanpa daging' kepada anak didik. Oleh karena itu diperlukan kerelaan bagi para pengusaha sukses untuk menularkan ilmunya kepada para anak didik. Dan gerakan ini dapat di inisiasi segera oleh Pemerintah maupun relawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H