Mohon tunggu...
Bambang Kuncoro
Bambang Kuncoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Wisdom. URL https://www.kompasiana.com/bkuncoro

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ki Hadjar Dewantara, Nobel Sastra 1913, dan Relevansinya pada Industri 4.0

6 Oktober 2019   19:49 Diperbarui: 12 Oktober 2019   03:17 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi karya-karya sastra. (sumber: pixabay)

Beliau memungut idiom "Indonesia" yang dituliskan tahun 1850 oleh ahli bahasa asal Inggris George Windsor Earl. Secara tercatat ini adalah penggunaan formal pertama dari idiom "Indonesia". Namun demikian, Beliau juga lah yang awal mempopulerkan kembali istilah Nusantara, diambil dari khasanah susastra Jawa.

Saat di Belanda (tahun 1913) beliau menempuh sekolah tinggi dalam ilmu pendidikan dan mendapatkan ijazah 'Europessche Akta'. Dalam studinya itu banyak dibahas konsep pendidikan dari sejumlah tokoh pendidikan Barat seperti Montessori dan Froebel. 

Akan tetapi satu kejadian yang amat menarik perhatiannya adalah dianugrahkannya hadiah Nobel Sastra 1913, pertama kali bukan untuk orang Barat, melainkan oleh orang India, yaitu Rabindranath Tagore dengan salah satu karyanya 'Gitanjali' (Lagu Sesajen). 

Sejak saat itu Beliau juga tertarik pula dengan model pendidikan dari Timur, yaitu model pendidikan Shantiniketan yang dikembangkan oleh Rabindranath Tagore.

Shantiniketan adalah sekolah percobaan di ruangan terbuka, taman indah dan pohon rindang serta dilengkapi perpustakaan. Shantiniketan adalah konsep pendidikan yang merupakan pengejawantahan dari Upanisad (Kitab Suci agama Hindu).

Setelah kembali dari Belanda, beliau kembali meneruskan perjuangannya. Kali ini energi perjuangan Beliau di fokuskan dalam dunia pendidikan. 

Beliau melihat bahwa hanya segelintir orang Bumi Putra yang bisa mengecap bangku pendidikan, karena Belanda memberlakukan kebijakan yang sangat diskriminatif.  

Selain itu visi beliau yang jauh kedepan melihat bahwa Bangsa Indonesia hanya bisa sejahtera salah satunya dengan jalan pendidikan yang makin merata. Pada tahun 1922, beliau mendirikan Nationaal Instituut Onderwijs Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa).

Perpaduan konsep pendidikan Barat dan Timur inilah yang menjadikan model pendidikan di Tamansiswa, menggunakan konsep Taman dan konsep Among. Konsep Taman berarti bahwa setiap orang berhak memperoleh pendidikan dan berkembang sesuai kodratnya.  

Di dalam taman, setiap benih dapat tumbuh bebas merdeka menghasilkan bunga, daun & buah yang memang sudah menjadi kodratnya. Tugas para pendidik adalah memberikan lingkungan yang terbaik untuk tumbuh dan berkembangnya anak didik secara maksimal. 

Petugas taman hanyalah memastikan bahwa, tanah, pupuk, udara nya cocok untuk berkembangnya benih dan bibit dengan perawatan yang tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun