Mohon tunggu...
Bambang Kuncoro
Bambang Kuncoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Wisdom. URL https://www.kompasiana.com/bkuncoro

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ki Hadjar Dewantara, Nobel Sastra 1913, dan Relevansinya pada Industri 4.0

6 Oktober 2019   19:49 Diperbarui: 12 Oktober 2019   03:17 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
screenshoot nobel webpage

Di BO, Beliau yang saat itu berumur 19 tahun, masuk dalam departemen Propaganda. Di sinilah bakat tulis menulis beliau, yang merupakan turunan dari Sang Ayah (seorang Sastrawan Jawa), semakin terasah.

Setelah dari BO kemudian Beliau bergabung dengan Setia Budi (aka Ernest Douwes Decker) dan Dr. Tjipto Mangunkusumo dalam Indische Partij (IP) di tahun 1912.  

Ketiga tokoh pejuang ini dikenal juga sebagai Tiga Serangkai. Jika BO dan Sarikat Islam (Organisasi kemasyarakatan kedua setelah BO) membatasi keanggotannya khusus kepada orang Bumi Putera Asli, maka IP lebih meluaskannya, yaitu siapapun bisa menjadi anggotanya.  

Dalam AD & ART nya tujuan dari IP adalah "Persiapan untuk kehidupan bangsa yang merdeka" (voor bereiding voor een onafhankelijk volksbestaan).

Dengan AD & ART seperti itu, maka secara otomatis pihak Belanda mempersulit berdirinya badan hukum IP. Akan tetapi Tiga Serangkai tersebut pantang mundur.  

Bahkan Suwardi Suryoningrat dengan kemampuan tulis menulisnya sebagai wartawan De Expres (Koran dari IP) menjadi corong untuk menyuarakan ketidak adilan yang dialami bangsa ini.

Salah satu tulisannya yang fenomenal, sebagai reaksi akan dinaikkannya pajak guna membiayai 100 tahun perayaan Belanda merdeka dari penjajahan Perancis, adalah "Andaikan Aku seorang Belanda" (Als ik een Nederlander was).

Beredarnya tulisan itu mendapat sambutan yang sangat positif dari elite pejuang dan rakyat Bumi Putra. Namun tidak demikian halnya dengan pemerintah Belanda.  

screenshoot nobel webpage
screenshoot nobel webpage
Mereka sangat marah dan mengeluarkan ancaman untuk pengasingan (internering) bagi Tiga Serangkai. Namun mereka menemukan celah hukum untuk menghindari pengasingan.  

Sikap Pemerintah Belanda waktu itu adalah, seseorang yang akan diasingkan dapat memilih untuk menghindarinya dengan cara meninggalkan Hindia Belanda. Oleh karena itu Tiga Serangkai, akhirnya memilih meninggalkan Hindia Belanda dan tinggal di Belanda. 

Suwadi Surjoningrat memilih untuk pergi ke Belanda, karena lebih dapat meneruskan perjuangan dari sana. Di Belanda, Suwardi aktif dalam organisasi pelajar Bumi Putra, Indische Vereeniging. Kemudian beliau juga mendirikan Indonesisch Pers Bureau (kantor berita Indonesia). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun