Mohon tunggu...
Biyanca Kenlim
Biyanca Kenlim Mohon Tunggu... Pekerja Mıgran Indonesia - Yo mung ngene iki

No matter how small it is, always wants to be useful to others. Simple woman but like no others. Wanita rumahan, tidak berpendidikan, hanya belajar dari teman, alam dan kebaikan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Perempuan Penyeberang

3 Desember 2024   14:53 Diperbarui: 3 Desember 2024   19:38 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto by Iswana Casti in Bali September 2024

Disatu waktu tampak muka Waode sembab dan kuyu, dilain waktu wajah manisnya dihias lebam membiru. Atas nama privasi Waode menutup diri. Airmata tanpa suara menangis dalam bisu.

 Para tetanggapun memaklumi dan tidak ingin mencampuri. Tapi kali ini wajah wajah mereka tegang tangan nya mengepal, kilatan mata berbicara atas nama kemanusiaan mereka bermufakad, melapor polisi.

Kisah kekerasan dalam rumah tangga Waode menghiasi media masa kala itu. Sungguh ironi, dimana banyak kasus kekerasan rumah tangga, pelecehan wanita, rudapaksa yang dilakukan oleh kaum yang seharusnya melindungi wanita. 

Sebagai kepala rumah tangga, sebagai pria apalagi sebagai apparat negara yang mengayomi warga justru menjadi pelakunya. Logika kehidupan yang dijungkir balik kan oleh nafsu binatang. Sudah sepatutnya ganyang dan rajam pelakunya. Warga meradang.

***

Waode sesenggukan. Fransiska, Putri, Karin dan Vita serentak menengok kearah Waode yang tengah terlempar kedalam kenangan. 

"Heeyy...what happen with you?" tanya Putri selangkah mendekati Waode. 

" iyi misin ?" tanya Karin sembari menjulurkan selembar tisu.

 " ne oldu karigim ?" Husyein suami Waode yang melihat ada sedikit kegaduhan mendekat memeluk dan mengusap kepala istrinya dan mencium keningnya. Setelah dirasa tampak tenang Husyein Kembali meninggalkan istrinya bersama teman teman.

Fransiska yang secara usia lebih dewasa dari mereka mengalihan pembicaraan. 

"Woe  canim ablacim , bagaimana jika di penghujung January kita bermain salju di Uludag, setuju?" Tanya fransiska tanpa serius berharap jawaban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun