Mohon tunggu...
Biyanca Kenlim
Biyanca Kenlim Mohon Tunggu... Pekerja Mıgran Indonesia - Yo mung ngene iki

No matter how small it is, always wants to be useful to others. Simple woman but like no others. Wanita rumahan, tidak berpendidikan, hanya belajar dari teman, alam dan kebaikan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[LOMBAPK] Pemimpin Itu, Aku!

30 Mei 2016   04:43 Diperbarui: 30 Mei 2016   23:12 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber foto www.pikiran-rakyat.com"][/caption]*Disuatu Hari di musim libur sekolah.

"Permisi, Andri ada bu?"

"Ada tuh di samping rumah, katanya sedang buat pesanan layangan"

"Iya, itu layangan pesanan saya dan teman-teman bu, kan di warung ibu, sudah habis!"

"Oh, kalian kemarin yang mau beli layangan itu yah, coba sana lihat di samping rumah ,sudah jadi apa belum nak Dani"

Sebelum langkah Dani dan teman teman sampai di samping rumah, terdengar suara Andri berdendang riang..

Ku ambil buluh sebatang

Kupotong sama panjang

Ku raut dan ku timbang dengan benang

Kujadikan layang layang

  Bermain, berlari

Bermain layang layang

Bermain kubawa, ke tanah lapang

Hati gembira dan riang

Dani, Edo, Irham dan Gilang pun spontan turut koor menyanyikan lagu Layang Layang sambil tepuk tangan membentuk musik pengiring. Ku ambil buluh sebatang.....

“Sudah jadi semua Ndri?” tanya Irham gak sabar.

“Beres boss”! Jawab Andri mantap.

let's go, mari kita bertempuuur!” sahut Edo dan Gilang berbarengan. Sambil memungut layangan masing masing.

“Bu, Andri pergi main layangan sama teman-teman dulu yah” pamit Andri sama Ibunya.

"Jangan pulang terlalu sore nak, ingat jadwal ngajinya!" pesan Ibu dari dalam warung.

"Pasti bu!" balas Andri sambil lalu.

***

Andri anak pertama dari dua bersaudara. Adik perempuan terpaut tujuh tahun di bawah usianya. Andri kini berusia 12 th duduk di kelas 6 SD dan Anis adiknya, baru umur 5 tahun. Mereka hidup bahagia. Walau sederhana. Bersama seorang Ibu dan nenek dari Ibu yang sangat menyayangi mereka berdua.

Ayah mereka sudah meninggal saat Anis berusia beberapa bulan karena sakit mendadak. Terkena angin duduk, menurut cerita nenek.

Usia nenek sekitar 60 an tahun. Masih kuat berjualan kelapa dan bumbu dapur di pasar. Ada yang nganterin kelapa. Dan jika tidak habis, di simpan dalam semacam kotak brankas yang bisa di gembok rapat dalam pasar.

Sepulang dari pasar, nenek selalu membawa oleh oleh jajanan pasar dan bahan lauk buat kami. Sedangkan Ibu buka warung kecil kecilan di rumah sambil mengasuh kami.

Andri yang merasa laki laki satu satunya di rumah itu , sudah memiliki rasa tanggung jawab walaupun usianya masih sangat belia. Dia rajin membantu ibu bersih bersih rumah atau sekedar menjaga adiknya di waktu luang setelah tugas sekolah dan belajar.

Membuat layangan jika musim panen seperti saat ini untuk di jual di warung Ibu. Hasil penjualan layangan di tabung dalam celengan ayam. Teman teman menyukai layangan buatannya, ulet, kuat dan mudah terbang kata mereka.

Selain cerdas dan periang, Andri  anak patuh  dan santun. Sangat menghormati Ibu dan neneknya. Tidak suka membantah apalagi bersikap kasar sama mereka berdua .

Andri kecil sangat menyukai berkebun, ia memiliki kebun bunga kecil di halaman rumahnya. Diantara bunga di tanami pula dengan daun bawang, seledri, tomat dan cabe.

Setiap pagi hari selepas solat subuh, setelah membantu ibu di dapur, sebelum berangkat sekolah Andri menyempatkan menyirami kebun bunganya.

Sore hari Andri akan mengajak serta Anis menyirami bunga lagi dan Andri bernyanyi untuk adiknya....

Lihat kebunku

Penuh dengan bunga

Ada yang putih dan ada yang merah

Setiap hari

Kusiram semua

Mawar melati

Semuanya indah

Anis memainkan air yang ada dalam ember. Seringkali di percikan ke wajahnya sendiri atau iseng di siramkan pada kakaknya.  Mereka tampak rukun sekali.

Bagi Andri indahnya bunga dan senyum ceria adiknya membuat hidup begitu indah. Andri begitu sayang adiknya.

**

Di sela menunggu warung dan menjaga si bungsu Anis, Ibu juga ngemping, bikin kerupuk emping dari bahan dasar melinjo.  Mayoritas perempuan  di kawasan daerah itu memang pengemping, tak heran jika kotaku dijuluki dengan kota emping.

Dan Ibu memang type pekerja keras. Tidak berniat menikah lagi agar bisa merawat kami dengan total dan bekerja dengan maksimal . Aku bangga pada kegigihan Ibu.

Saat menjual hasil emping dan belanja ke kota kecil, Ibu membawa kami. Itu cara Ibu mengajak kami bertamasya. Menikmati suasana kota kecil di daerah kami. Dari toko Cik Mbilan setelah setor emping, untuk mencapai area pasar dan belanja , masih agak jauh dan Ibu selalu memanggil abang becak untuk membawa kami bertiga. Ini saat yang bahagia , sepanjang perjalanan kami bernyanyi bersama..

Aku mau tamasya

Ber Keliling keliling kota

Hendak melihat lihat

Keramaian yang ada

   Tolong panggilkan becak

   Kereta tak berkuda

   Becak..becak tolong bawa saya

Saya duduk sendiri sambil mengangkat kaki

Melihat dengan asik

Ke kanan dan ke kiri

Kini becaku lari

Seakan tak berhenti

Beccak..becaak

Jalan hati hati.

Sesampai di area pasar banyak delman berjajar menunggu penumpang . Becak dan delman memang alat transportasi andalan untuk jarak dekat. Saat itu belum banyak ojek maupun angkot.

“Mas Andri, ada kudaaa..!" seru Anis

“Anis gak takut?”

“Anis gak takut, kan ada emas (Andri)!”

“Anis mau naik delman?”

“Mauuuu…!” ucap adiku dengan mimik lucu.

Aku melirik kearah Ibu. Ibu mengiyakan sambil menyorongkan lembar lima ribuan.

Ibu memang bijak, jarang marah tanpa sebab.

“Bawa adikmu putar putar, sementara Ibu belanja ya Ndri, nanti tunggu Ibu dibangku depan warung es dawet itu!"

“Baik bu”  jawab Andri mantap.

Dalam perjalanan menaiki delman , Andri pun menyanyikan lagu yang dia srndiri juga sangat suka buat adiknya..

Pada hari minggu ku turut Ayah ke kota

Naik delman istimewa kududuk dimuka

Duduk di samping pak kusir yang sedang bekerja.

Mengendali kuda supaya baik jalannya

Hai…

Tuk tik tak tik tuk ,tik tak tik tuk, tik tak tik tuk.

Tuk tik tak tik tuk , tik tak tik tuk, tik tak tik tuk, suara sepatu kuda.

Naik Delman

Sepanjang perjalanan Anis tak henti mengikuti gerak kuda, sampai akhirnya terdiam dalam pangkuanku, tidur.

***

Hari itu langit tampak biru cerah, secerah hatiku. Langkahku ringan meninggalkan halaman Sekolah Menengah Atas. Ingin segera ku sampai rumah dan menceritakan kabar gembira ini.

Tak ku hiraukan haus dan letihku. Terbayang wajah Ibu dan nenek mengetahui Aku, anak, cucu laki laki nya sudah lulus dari SMA dan menjadi ranking kelas.

Memang mereka tidak kaget karena  sejak dari SD sampai SMA Aku selalu ranking kelas  plus dapat beasiswa sejak SMP. Dan satu kabar yang selama ini Aku sembunyikan, Aku  berhasil  mendapatkan beasiswa masuk perguruan tinggi kedinasan STAN yang menjadi impian aku, setelah melewati test yang sangat ketat tanpa sepengetahuan orang rumah.

Biarlah ini akan menjadi surprise buat Ibu dan nenek. Sepanjang jalan Aku tersenyum girang.

Turun dari angkot di prapatan Desa. Aku bergegas melangkah cepat, pulang . Satu tikungan, Kudapati rumahku banyak orang dan tampak bendera kuning terpasang di sudut jalan masuk .

Hatiku berdebar tak sabar, pikiran kacau, siapa gerangan yang meninggal? Ibu, Nenek atau adik ku? Karena jelas bendera itu juga terpasang di sudut warung yang tertutup.

Sebelum aku mencapai pintu rumah, seseorang sudah menyambar dan memeluk tubuhku erat, mengusap punggungku dan menciumiku sambil terisak. Bulir air matanya membasahi baju seragam ku.

"Sssiiapa ..yang sudah meninggal Pakdhe?" tanyaku tercekat pada kakak Ibu.

"Sabar ya Ndri sabaar..yang ikhlas yaa.."

Sambil sesenggukan Pakdhe memapah ku masuk ke dalam rumah. Tampak Ibu dan adik ku tergugu di samping seseorang yang terbujur berselimut kain jarik batik solo kesayangan nenek.

Ada Ibu, ada Adik.....berati ??!!...Nenek?!!

Aku segera menghambur menghampiri jasad Nenek yang sudah menjadi mayat.

"Neneeekk.....!"

Aku menangis sejadinya, ku guncang guncang tubuh nenek.

"Neneeekk ..bangun neek..lihat Andri sudah lulus Nek, banguun Neek..nenek harus lihat Andri kuliah, Andri dapat beasiswa Nek...banguun!"

“Jangaan tinggalin Andri neek...Andri mau , nenek lihat Andri jadi pemimpin !”

“Banguun neek banguun..dengar kabar dari Andri neek..”

“Neneek..jangan tinggalin Andri neek” ratapku pilu

Tangisan histeris Andri menambah suasana semakin pilu. Semua yang hadir tak sanggup membendung airmata. Turut merasakan kehilangan yang mendera Andri.

Ibu meraih pundakku, mencoba menenangkan ku, Pakde membantunya. Kini aku dalam pelukan Ibu .

"Neeneek buuu, kenapa ninggalin Andri begitu cepat, Andri mau nenek melihat Andri sukses buu.." suara Andri semakin parau.

"sabaar Andri ikhlaskan kepergian nenek, masih ada Ibu disini, juga adikmu sayang!” ucap Ibu sambil tergugu.

Adiku memelukku dari belakang kami bertiga berpelukan sambil berurai air mata.

**

Nenek orang yang kuat, jarang sakit, rajin ibadah.  Sepulang dari pasar setelah rehat sejenak, nenek sholat asar . Ketika sedang wirid , tiba-tiba nenek terjungkal dan saat itulah nenek langsung meninggal. Begitu menurut penuturan Ibu yang saat itu di rumah.

Orang baik akan kembali kepangkuan Illahi, dengan cara yang baik pula.

Selain Ibu, nenek memang sosok yang aku sayangi. Selalu merelakan pangkuannya untuk aku merasakan belaian lembut tangan keriput nya. Sambil mengusap rambut di keningku,  tak bosan nenek selalu berujar..

"Le, seng bekti marang Ibumu, ben uripmu mulyo. Ojo ninggalke limang wektu, iku dadi kunci uripmu kang ayem!"  (Nak, berbaktilah sama Ibumu, kelak hidupmu akan mulia. Jangan tinggalkan sholat lima waktu/beribadah, Itu kunci hidup tentram)

"Belajar yang rajin, kamu laki laki harus bisa menjadi pemimpin, apa yang menjadi cita citamu kamu sendiri yang harus mengejarnya, nenek cuma bantu doa, marang gusti alloh, semoga terkabul!"

Dari pesan nenek itulah Aku kecil menuliskan sebaris kalimat di sebuah kertas dan menempelkanya di dinding kamarku,  kamar ibu, kamar nenek, di ruang tamu juga ruang kecil tempat kami sholat . Bahkan yang di ruang tamu di bingkai dengan bilah bambu bikinanku sendiri .

*PEMIMPIN ITU, AKU!!*

Begitu sebaris tulisan dari pesan nenek yang membuat Aku bersemangat untuk rajin belajar dan rajin sekolah, menggapai mimpi. Karena saat itu Aku belum tahu  akan menjadi seorang pemimpin apa. Tapi Aku sangat optimis dengan cita citaku. Karena pesan nenek , Aku harus yakin dengan cita citaku untuk jadi seorang pemimpin .

Bersujud kepeda Allah

Bersyukur sepanjang waktu

Setiap nafasku

Seluruh hidupku 

Semoga di berkahi Allah 

  Bersabar taat pada Allah 

Menjaga keikhlasanya 

Semoga dirimu 

Semoga langkahmu 

Di iringi oleh rahmatnya 

*Alhamdulilah by Opic feat Amanda

***

[caption caption="Sumber Foto liputan6.com"]

[/caption]*20 Tahun Kemudian

"Ayah, kok matanya basah memerah sih? Ayah nangis ya?"  tanya istriku. Aku segera mengusap kedua mataku dengan selembar tissu .

“Melati, sini nak minum dulu” Istriku memanggil Melati yang masih menggelayut di becak yang di sewa.

"Ayah , air minumnya mana, Andreas haus niih.." anaku menyela sambil mencari botol minum nya.

"Eeh anak Ayah hebat, mahir banget main layanganya"  ucap aku memuji.

“Melati, minum dulu , nanti gantian Ayah yang kayuh becaknya deh, biar Bunda yang gantian istirahat sambil jagain barang!”

Andreas Pratama, adalah anak pertamaku. Paduan dari namaku Andri dan Astuti, lengkapnya Puji Astuti istriku, seorang Dokter teman kuliah adiku.  Dan yang kecil perempuan namanya Melati Sekar Mewangi,  seperti kesukaanku pada bunga .

"Ayah, gantian Andreas yang mau main becak sama Bunda, tuh lihat adik sudah kecapean ngantuk tuh!"  rajuk si sulung.

Aku menghampiri Melati. Wajahnya tampak lelah dan ngantuk. Dalam pangkuanku kudendangkan lagu untuk Melati putriku yang cantik...

Bila kuingat lelah, Ayah Bunda

Bunda piara piara akan daku

Sehingga aku besarlah

   Waktuku kecil hidupku

Amatlah senang ,senang di pangku di pangku dipeluknya

Serta dicium dicium di manjanya

Namanya kesayangan

Kini Melati sudah terlelap dalam pangkuanku.

Tiap akhir pekan Aku ajak keluarga kecilku untuk bermain bersama. Dan saat ini kami berada di Taman Kota Waduk Pluit. Dimana tadi saya melihat ada becak dan anak anak bermain layangan yang mengingatkan akan masa kecilku di kampung dulu.

Dan Alhamdulilah cita-citaku tercapai. Kugantikan peran Ibu dalam membiayai kuliah Anis , adiku. Kini sudah menjadi seorang Dokter Anak dan sudah menikah. Sekarang Ibu hidup bahagia bersama cucu dari anak adiku.

[caption caption="Foto punya planet kenthir "]

[/caption]*

*Kemiskinan , bukan penghalang jalan menuju cita-cita. Kegigihan, kerja keras , usaha di sertai doa yang tidak terputus, tentu akan membuahkan hasil.

Sejatinya kita adalah pemimpin bagi diri sendiri, maka teruslah belajar dan mencari ilmu agar menjadi pemimpin yang baik bagi diri sendiri serta keluarga , itu pesan Nenek.

https://youtu.be/nUxZE1EK_84

Note* Kenalkan dan lestarikan lagu kanak-kanak pada mereka. Jangan biarkan mereka menyanyikan lagu 'Belah duren' di usia balita.

Biken 30/05/2016 SW - HK 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun