Ibu meraih pundakku, mencoba menenangkan ku, Pakde membantunya. Kini aku dalam pelukan Ibu .
"Neeneek buuu, kenapa ninggalin Andri begitu cepat, Andri mau nenek melihat Andri sukses buu.." suara Andri semakin parau.
"sabaar Andri ikhlaskan kepergian nenek, masih ada Ibu disini, juga adikmu sayang!” ucap Ibu sambil tergugu.
Adiku memelukku dari belakang kami bertiga berpelukan sambil berurai air mata.
**
Nenek orang yang kuat, jarang sakit, rajin ibadah. Sepulang dari pasar setelah rehat sejenak, nenek sholat asar . Ketika sedang wirid , tiba-tiba nenek terjungkal dan saat itulah nenek langsung meninggal. Begitu menurut penuturan Ibu yang saat itu di rumah.
Orang baik akan kembali kepangkuan Illahi, dengan cara yang baik pula.
Selain Ibu, nenek memang sosok yang aku sayangi. Selalu merelakan pangkuannya untuk aku merasakan belaian lembut tangan keriput nya. Sambil mengusap rambut di keningku, tak bosan nenek selalu berujar..
"Le, seng bekti marang Ibumu, ben uripmu mulyo. Ojo ninggalke limang wektu, iku dadi kunci uripmu kang ayem!" (Nak, berbaktilah sama Ibumu, kelak hidupmu akan mulia. Jangan tinggalkan sholat lima waktu/beribadah, Itu kunci hidup tentram)
"Belajar yang rajin, kamu laki laki harus bisa menjadi pemimpin, apa yang menjadi cita citamu kamu sendiri yang harus mengejarnya, nenek cuma bantu doa, marang gusti alloh, semoga terkabul!"
Dari pesan nenek itulah Aku kecil menuliskan sebaris kalimat di sebuah kertas dan menempelkanya di dinding kamarku, kamar ibu, kamar nenek, di ruang tamu juga ruang kecil tempat kami sholat . Bahkan yang di ruang tamu di bingkai dengan bilah bambu bikinanku sendiri .