"Untuk saksi, saya sudah konfirmasi Bang Dosen Armand. Beliau siap hadir. Beliau tokoh yang terhormat namun rendah hati. Juga Mas Sarwo Prasojo seorang pendidik yang disegani, jangan lupa kembarannya Mas Sarwi Prasiji biar pas, saksi nanti ada tiga. Jokowi nggak usah di undang. Lagi banyak urusan. Dia sudah pesan begitu, kemarin."
"Dagingnya, kita pesen kambing di peternakan Mas Aji. Punya dia gemuk dan sehat. Pakannya rumput Kalimantan, masih segar alami."
"Musik dan sound system, kita sewa dari Mas Imam Mustakim. Dia temanku Bude," Diffa menyela.
"Sip…., kalau begitu.". Bude menjentikkan pulpennya.
"Penata rias, Bunda Fatimah Azzahra, yg cantik itu , lo. Yang kalau bicara bikin orang-orang terpana. Pada diam. Hasil kerjanya, selalu dipuji orang banyak."
"Dokumentasi….! Untuk dokumentasi, ini bagian Edo. Tolong hubungi Bang Pebrianov. Fotografer nyentrik yg suka lupa pakai celana. Sudah terbukti hasilnya bagus, saat dapat order waktu pernikahan ustad Gasa, sebulan lalu."
"Konsumsi, kita pesan ke Mike & Na Catering. Chili Pari, lewat…!".
Mereka masih ramai diskusi. Apalagi Emak, ia menambahkan kopi panas dalam termos ketika aku tarik tangan Diff untuk mengikutiku. Melipir keluar rumah.
***
Di balai balai depan rumah, kami berdua. Seraya mengingat berjuangan kami membangun hunian agar lebih layak. Keberuntunganku bersuami juragan tahu dan Diff yang sukses merintis usaha, rumah itu mampu menjadi pelindung dari panas dan hujan.
Dan masih seperti dulu, Diff merebahkan kepalanya di pangkuanku. Ku usap rambut di keningnya sambil bercerita apa saja.
"Diff… "