Mohon tunggu...
Ebit Frista
Ebit Frista Mohon Tunggu... Pegawai swasta -

ebitfrista.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sakitnya tuh di Sini (Kwetiau Series)

8 Desember 2015   11:23 Diperbarui: 8 Desember 2015   12:04 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gentur dan Ningsih memiliki jalan pulang yang berbeda. Gentur ke barat dan Ningsih ke timur. Maka perpisahan dimulai di situ. Ningsih mungkin sedikit bingung harus melakukan apa kepada Gentur setelah pertemuan yang akan membuatnya kecewa. Ningsih sebetulnya tidak ada niatan menyakiti hati Gentur.

Sedangkan Gentur di arah pulang yang sebaliknya, sudah tidak ingin memikirkan Ningsih lagi. Ningsih sudah terlanjur membuatnya kecewa karena ternyata dia juga membuka kesempatan untuk orang lain selain dirinya untuk dekat dengannya. “Tapi itu hak Ningsih” dalam benak Gentur. Tidak ada jalan lain selain merelakannya.

Gentur bernyanyi dengan suara pelan setelah beberapa langkah terpisah dengan Ningsih yang pulang beda arah. “Aku lelaki tak mungkin, menerimamu bila ternyata kau mendua membuatku terluka, tinggalkan saja diriku yang tak mungkin menunggu, jangan pernah memilih, aku bukan pilihan… dududu lalala”

Langkah Gentur melambat. Tiba-tiba seperti ada adu panco di antara otot-otot pencernaannya. Nafas Gentur pun terasa semakin sesak. Gentur lalu memegangi perutnya yang terasa semakin penuh. Gentur pun lalu ambruk di sisi trotoar.

Ningsih yang menyadari ada sesuatu yang salah terjadi pada Gentur berbalik lalu berlari menghampri Gentur. Ningsih menyetop mobil angkot yang kebetulan melintas sambil menjepit hidungnya menggunakan dua jari dan meminta tolong kepada para penumpang untuk mengangkat Gentur. Tak lupa Ningsih pun menitipkan Gentur pada sopir angkot untuk di antarkan ke rumahnya. Ningsih tidak bisa ikut mengantar Gentur sampai ke rumah. Ningsih bilang malam ini ada janji dengan sesorang. Seseorang yang entah.

Sebelum pergi berlalu Gentur sempat menegur Ningsih dan memintanya untuk mendekat kembali.

Lalu terdengar suara duuuut panjang keluar dari entah. Entah apa, entah apa, mungkin itu bau, bau perpisahan antara Gentur dan Ningsih

Di sini sakit” kata Gentur, sambil menunjuk ke daerah yang dirasa sakit. “Ya, meski tak sampai mengeluarkan darah.” Timpal Gentur lagi, sambil sedikit meringis menahan rasa sakit yang teramat sangat. “terima kasih.” Itu kata terakhir yang Gentur ucapkan kepada Ningsih senja itu.

 

*Sebetulnya namanya bukan Ningsih sih, tapi "Ningrum" bruakakak xD 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun