“Andai Ningsih bisa mengubah dunia sekali pun, saya bersumpah Ningsih tidak akan pernah bisa merubah saya, ‘GENTUR’” Gentur berkata dalam hatinya, dan menegaskan bahwa seorang Gentur tidak akan merubah sikap hanya karena kalah oleh wanita.
***
Makanan akhirnya datang di hadapan mereka. Aroma pedas cabe merahnya menusuk hidung. Asap yang masih mengepul di atasnya menunjukan suhu kuah mie yang masih panas.
Gentur menelan ludah. Gentur baru ingat bahwa dirinya memiliki masalah dengan lambungnya. Meski hanya level dua, kwetiau pedas bisa membunuhnya.
Gentur tidak serta mundur dari pertaruhan. Dalam benaknya “Aku adalah laki-laki. Aku tidak boleh mundur sebagai pecundang”. “Hidup yang tak dipertaruhkan tak kan pernah dimenangkan.”
Gentur tidak ingin terlihat lemah. Gentur tidak ingin terlihat sebagai laki-laki yang “kalah” untuk menaklukan makanan pedas.
Satu sendok kuah dia seruput habis. Tidak ada masalah serius yang terjadi. Meski keringat dan sejenis cairan dari hidungnya mulai bercucuran, semua masih baik-baik saja. Hal Itu membuat percaya diri Gentur untuk menghabiskan semangkuk kwetiau pedas level dua makin tinggi.
Sedangkan Ningsih dengan teramat tenang menelan kwetiau-nya. Huap demi huap kwetiu terus masuk ke dalam mulutnya.
***
Akhirnya Gentur sanggup menghabiskan semangkuk kwetiau yang seharusnya tidak Ia pesan. Sedangkan Ningsih tidak menghabiskan kwetiau miliknya. Ningsih seperti kebanyakan wanita yang tidak ingin terlihat rakus.
Setelah semua beres mereka berdua berlalu. Tentu karena sudah bayar dan berpamitan.