“Apakah kamu menyesal?” Tanya Ningsih dengan wajah yang begitu tenang seakan-akan maut masih teramat jauh dari urat lehernya.
Gentur tidak menjawab. Gentur sudah terlanjur kesal dengan jawaban Ningsih tadi.
“Kenapa kamu tidak menjawab?” Ningsih bertanya lagi. Ningsih sudah tahu Gentur tidak akan mau menjawab pertanyaan yang dia ajukan sebelumnya.
Gentur menatap mata Ningsih sebentar, lalu menghela nafas agak panjang.
“Sesal?” Gentur mengulang sepotong kalimat dari pertanyaan Ningsih tadi. “Kau tahu, Sesal memang selalu terjadi di belakang setelah semua terjadi. Kecuali,” Gentur mengambil jeda beberapa detik sebelum melanjutkan kata-katanya. “Kecuali karena aku yang datang lebih dulu ke tempat ini daripada kamu. Aku menjadi menyesal karena datang duluan.” Gentur tersenyum kecut, lalu kembali melanjutkan kata-katanya sambil memainkan Garpu yang dia pegang menggunakan tangan kiri. “Ternyata ada juga yah sesal yang datangnya duluan, hahaha” Tiba-tiba Gentur tertawa agak getir.
Bisa-bisanya Gentur memberikan lelucon di saat penting seperti ini. Gentur sebenarnya sudah lama menantikan saat-saat sepeti ini. Di mana akhirnya dia memiliki kesempatan menghabiskan senja berdua bersama Ningsih. Tapi jawaban Ningsih sudah terlanjur membuat Gentur sangat kecewa. Maka dia menutupi kekecewaannya dengan gurauan-gurauannya yang sama sekali tidak lucu. Meski pun Gentur tertawa puas, bukan berarti Gentur sedang bahagia. Sebagaimana Ningsih pun hanya terdiam melihat Gentur tertawa dengan agak getir.
Ningsih tidak peduli lagi dengan tawa Gentur. Ningsih cepat-cepat memesan makanan, mungkin dia ingin semua cepat berlalu. Ningsih tahu, jawaban dia mungkin sudah membuat Gentur kecewa. Ningsih tidak ingin berlama-lama bersama orang yang bisa dengan tidak sengaja terus dia sakiti.
“Kamu suka pedas?” Tanya Ningsih pada Gentur.
“Hmm, ya, tapi tidak terlalu.”
“Aku memesan kwetiau dengan tingkat kepedasan level dua. Kamu mau pesan apa?”
“Aku?” Gentur terlihat bingung. “Aku pesan yang sama denganmu saja” Gentur sudah tidak ingin memikirkan apa yang akan dia makan. Karena sebetulnya di dalam benaknya hanya ada rasa kecewa, namun tidak ingin dia tunjukan di hadapan Ningsih.