Kami melanjutkan obrolan. Belum berselang lama, Bang Syem yang santrinya Gus Naim juga datang, membawa banyak sekali sayuran yang ditaruh di motornya, dia juga mengajak dua santri yang masing-masing membawa sepeda motor dan penuh dengan sayur-sayuran. "Mau dibuat apa sayur-sayuran sebanyak itu?", tanyaku kepada Bang Syem ketika kami bersalaman. "Acara Haul Gus di pondok Tugung malam minggu besok", jawabnya.
"Acara haul setelah shalat isya' apa setelah shalat maghrib Gus?", tanyaku ke Gus Naim. "Setelah shalat Isya' Gus". Wah, malam minggu besok, aku bersama teman-teman MATAN Banyuwangi juga memiliki jadwal untuk acara ngofi, ngobrol sufi ke 22 di rumahnya Gus Fathan Himami Hasan di Kalibaru. Sementara pada saat yang sama Gus Naim bersama para santrinya juga ada acara haul di pesantrennya.
"Di Setail juga acara haul Gus, setelah isya' juga", Gus Arif menyambung ucapan dari jawaban Gus Naim dan memiliki agenda yang sama. Bahkan, Gus Ulil di group Muharrik MATAN Banyuwangi juga memberikan informasi tidak bisa berangkat, karena di Pesantrennya sedang kedatangan gurunya dari Malang. Masing-masing dari anggota MATAN Banyuwangi punya agenda yang berbeda di pesantrennya.
"Menurutku, semalam-malamnya, kalau bisa tetap hadir di acara ngofi ya Gus", pintaku ke Gus Naim dan Gus Arif. Mereka mengusahakannya. Sudah 3 tahun kami konsisten mengadakan acara ngofi yang lokasinya berpindah-pindah di seluruh wilayah Banyuwangi. MATAN Banyuwangi memiliki Visi "Pemuda Banyuwangi Bertasawwuf; Cinta Para Auliya, Cinta Dzikir, Cinta Sholawat, Cinta NKRI". Kami terus mengobrol hingga sore, obrolan apa saja, tentang menilai Mesir dan MATAN Banyuwangi. Aku pamit pulang ketika masuk waktu ashar tiba. Hari ini kami ndegan sambil menilai Mesir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H