"Aku mencari macbook seri terakhir yang logo applenya bisa menyala Mas", melihat harga yang ditawarkan barusan, aku mundur teratur dan berkata dengan pertanyaan ini. "Stoknya tinggal 2 ini Mas", sambil membawa dua laptop seperti yang aku cari, dia menawarkannya kepadaku. "Yang fullset ini harganya 14 juta 800 ribu, yang tanpa box ini harganya 13juta 880 ribu".
Sambil melihat-lihat dan mengecek ke dalam isi laptop, aku berusaha bernegosiasi harganya. Laptop yang aku bawa dan layarnya pecah aku tunjukkan kepadanya, dia melihat-lihat dan memperkirakan harga yang akan dia beli. "Berapa Mas harga yang aku bayar untuk tukar tambah laptop ini?", tanyaku kepadanya. "Nambahnya 10jt Mas, aku beli laptop rusak layar ini maksimal dengan harga 3 juta", katanya menjawab dengan mantap.
"Aku hanya ada uang cash 9 juta mas, bagaimana?", negosiasi tetap aku lakukan. Yang namanya pedagang, inginnya tentu mencari untung. Begitu juga namanya pembeli, inginnya mencari diskon. Aku berada di posisi pembeli yang menginginkan diskon, dia di posisi pedagang yang ingin mencari untung. Kami sedang membuat simbiosis mutualisme, bagaimana sama-sama menang.
"Belum bisa Mas kalau 10jt, aku masih rugi. Kalau Mas mau bayar 9jt, hardisnya laptop lama dipindah ke laptop yang baru, kalau seperti itu bisa harga 9jt. Karena laptop lama SSD 128 Gb, laptop baru SSD 256 Gb". "Bisa dipindah Mas?", tanyaku. "Bisa dan Masnya tidak usah install ulang lagi, semua data juga masih utuh". "Oke deal, gitu saja mas", aku menyetujui permintaannya.
Alhamdulillah aku mendapatkan laptop pengganti setelah layar laptop dipecahkan oleh anakku, Khilni. "Mampir dulu di rumah di Siwalankerto Mas", Pak Udin memberikan informasi kepadaku sebelum pulang kembali ke Krembangan. Kami berjalan kembali menembus macetnya kota Surabaya. Semakin sore semakin macet. Sampai di Siwalankerto sudah terdengar adzan maghrib.
"Wah...baru dapat Berkah Maulid Mas", Daniyal yang menjadi adik Pak Udin menyalamiku dan kami berbincang-bincang santai sambil melihat kembali laptop yang baru aku beli. Dia berkomentar seperti itu. "Khilini itu menjadi tawassul, lantaran kamu Mas untuk mendapatkan berkah maulid yang jatuh malam ini", lanjutnya.
Benar saja. Tepat malam 12 Robi'ul Awwal, dimana hari ini adalah hari spesial yang dulu pernah dilahirkan manusia terbaik sealam semesta yakni Baginda Sayyidina Muhammad Shallallahu 'alayhi wasallam. Pada hari ini aku mendapatkan laptop baru. Second sih sebenarnya, tapi rasa baru, baru beli maksudnya.
Alhamdulillah, lewat lantaran Khilni, aku bisa belajar untuk bersabar, aku bisa belajar untuk bersyukur, belajar bagaimana cara ikhlas, kalau semua yang dimiliki hanya titipan Tuhan. Aku belajar mengerti akan arti kasih sayang. Dia masih membutuhkanku untuk lebih sering mengajaknya bermain.
Terimakasih Khilni, Terimakasih istriku, Terimakasih LPDP. Aku juga mengucapkan permintaan maaf buat LPDP, karena uang yang seharusnya aku pergunakan untuk biaya hidup selama 3 bulan ke depan, aku gunakan untuk membeli laptop. Aku berharap dari laptop baru ini akan lahir beberapa karya baru berupa buku dan bisa memberikan manfaat dan inspirasi buat orang yang membacanya. Aaamin Ya Robbal 'Alamin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H