"Semuanya harus turun, kita menuju ke imigrasi untuk dicek pasportnya satu persatu dan nanti sekalian ada pendataan di computer", lanjut Mas Faiq menjelaskan. Kami semua berjalan beriringan menuju gedung imigrasi yang sangat luas namun sangat sepi. Hanya terlihat beberapa rombongan mobil pribadi dari Jordan yang juga hendak masuk ke Saudi.
Giliran saya yang dipanggil, seorang petugas meminta passport. Lalu menyuruh untuk menghadap ke kamera yang ada di depan saya. Selanjutnya saya menunggu. Entah apa yang dia catat. Ketika selesai, saya diminta untuk kembali dan dia memanggil teman-teman yang lain.
Semua dari kami lolos melewati imigrasi Saudi Arabia. Kami berjalan kembali menuju bus yang terparkir lumayan jauh dari gedung imigrasi ini. "Kalau musim haji, di sini penuh sekali", kata Mas Faiq yang ternyata menurut penuturannya dia sudah pernah haji lewat darat sebelumnya.
Maghrib berkumandang, kami berhenti di sebuah masjid di dekat jalan raya Saudi Arabiya. Masjid terlihat sepi, sekitar masjid hanya ada beberapa rumah yang depannya terparkir beberapa truk container. Baru saja kami berhenti di masjid. Entah kabar dari mana, tiba-tiba ada sebuah mobil pick up yang membawa makanan penuh satu mobil.
"Maidaturrahman", mereka menyebut makanan itu adalah makanan sedekah, rezeki dari Tuhan. Kami menyambut dengan gembira. Seketika masjid ramai dengan kehadiran kami. Buka puasa pertama di negara Saudi. Benar saja negara ini disebut dalam al-qur'an sebagai negara yang dipenuhi dengan keberkahan, saya membuktikannya sendiri dengan datangnya makanan yang banyak sekali ini tanpa memesannya terlebih dahulu.
Kami memasuki Madinah menjelang jam 10 malam, tadi selesai berbuka, saya sengaja sholat maghrib dan isya secara jama' dan qoshor. Memasuki tanah Madinah rupanya kami dicegat oleh beberapa polisi penjaga lalu lintas, karena bus yang kami tumpangi plat nomornya bukan plat nomor Saudi, melainkan Jordan.
Kami digiring memasuki tempat parkir yang sangat luas. Saya tidak tau pasti apakah itu kantor polisi atau bukan. Yang jelas kami ditahan di sini hingga hampir jam 12 malam. Bahkan, pihak kepolisian hampir menahan seluruh passport yang kami miliki. Boleh diambil nanti ketika sudah selesai umroh dan hendak pulang ke Mesir.
Sampai akhirnya Mas Faiq menghubungi pihak travel Afwaj yang menjadi penanggung jawab kami selama di Saudi. Perwakilan dari travel Afwaj bersedia datang. Mereka melobi para polisi Saudi itu. Saya bersama teman-teman menunggu santai di parkiran dekat bus.
Jam 12 malam, Mas Faiq dan timnya keluar dari kantor dengan senyuman, "Pasti kabar indah ini", kata Mas Kiram. Benar saja, akhirnya mereka berhasil melobi para polisi itu dan passport kami tidak jadi ditahan. Namun, ternyata para polisi itu meminta jaminan kepada pihak travel Afwaj untuk mengantarkan kami hingga ke hotel di Madinah.
Padahal kami belum booking hotel. Tidak mungkin pesan hotel di Madinah sekarang, malam ini adalah malam romadlon, saat ramadlan tiba, hotel-hotel di Makkah dan Madinah selalu penuh. Apalagi sekarang jam 12 malam. "Coba saya telpon abang saya ya, siapa tau dia bisa bantu", kata Basyir, salah satu rombongan kami, kakaknya sudah lama hidup di Saudi ini.