Saya datang di lokasi menjelang adzan isya', saat para santri di PP. Bustanul Makmur 2 sudah persiapan melaksanakan shalat isya' di musholla yang berada di bawah gumuk.Â
Kali ini saya tidak memarkirkan motor di depan bangunan atas sebagaimana kemarin, motor saya parkir di depan musholla di bawah pohon. Saya berjalan kaki menuju ke bangunan atas, "Jalanan ini memang licin, wajar kalau terkadang ada yang terpeleset saat melewatinya. Karena banyak pasirnya dan tanahnya berupa lempung", batin saya berucap sambil berhati-hati berjalan.
"Langsung menuju ke lantai dua Gus", itulah jawaban Gus Nawwal ketika saya memberitahu lokasi saat ini. Sampai di lantai dua, ternyata semua sudah disiapkan. Banner sudah terpasang, jajanan sudah ditata di lantai. Lantunan sholawat sudah diputar.Â
Gus Nawwal mengajak saya minum kopi di kursi balkon sambil menunggu teman-teman yang belum hadir. Saya bukan hanya ditemani oleh Gus Nawwal saja, ada Gus Imdad dan Gus Birbiq, putra dari rektor Institut Agama Islam Ibrahimy, Genteng, yang juga menjadi teman akrab Gus Nawwal.
Sekitar jam 8 malam, para Ashab MATAN Banyuwangi mulai banyak yang hadir. Gus Naim bersama para santri dan alumni Pondok Pesantren Al-Azhar, Sempu. Gus Ulil bersama santri dan alumni Pondok Pesantren Mambaul Huda, Krasak.Â
Gus In'am bersama santri dan alumni dari Pondok Pesantren Minhajut Thullab, Krikilan, dan banyak lagi dari Ashab MATAN Banyuwangi yang hadir malam ini. Gapron dan Kang Ari juga datang dengan menenteng tas yang berisi syisha. Mereka langsung meracik untuk menyiapkannya.
"Itu ada kompor portable Gus, biar tidak bolak bolak ke dapur di rumah bawah", Gus Nawwal menunjukkan kompor yang sepertinya sering dia gunakan untuk membuat kopi saat nongkrong bersama temannya di balkon sini. Sambil menunggu syisha diracik selesai, saya mempersilahkan Gus Arif untuk membuka acara, biar tidak terlalu malam, Mbah Munji yang bertugas sebagai imam tahlil juga sudah siap.
Acara dibuka, Mbah Munji memimpin tahlil sampai selesai. Usai Mbah Munji menutupnya dengan salam, ternyata Gus Dillah yang menjadi pembicara belum datang.Â
Saya dipersilahkan Gus Arif untuk memberikan sambutan sebagai ketua MATAN Banyuwangi. Kebetulan sekali ada info dari MATAN Pusat yang perlu saya sampaikan kepada Ashab MATAN Banyuwangi.
"Mumpung kita sudah berada di bulan yang sangat mulia, yakni bulan Maulidnya Kanjeng Nabi, mari kita perbanyak membawa sholawat. Coba lihat! Saat Allah Swt. memerintahkan shalat, Dia tidak shalat, perintah puasa, Dia tidak puasa. Tapi, saat Allah Swt. memerintahkan kita bersholawat, Dia juga ikut memberikan sholawatnya kepada Kanjeng Nabi. Itu menunjukkan kepada kita begitu agungnya nilai sholawat itu", Saya memberikan pesan kepada semuanya, termasuk tentunya pesan untuk diri saya sendiri yang pernah saya dengar dari Maulana Habib Luthfi bin Yahya, Pekalongan.
"Tanggal 3 Desember besok ada undangan dari JATMAN dan MATAN wilayah Jawa Timur. Ada acara Maulid Akbar yang dilaksanakan di lapangan KODAM Surabaya. Banyuwagi diberikan jatah 3 bus. Tidak ada biaya alias gratis. Satu bus diambil oleh jama'ah JATMAN Banyuwangi, kita MATAN Banyuwangi dapat jatah 2 bus. Yang bersedia untuk ikut, bisa berkordinasi dengan Gus Naim sebagai ketua panitia", ucap saya setelah memberikan muqodimah. Setelah saya memberikan informasi, Gus Dillah datang. Kami semua menyalami beliau. Sambutan saya tutup, microfon saya berikan kepada Gus Arif kembali.