Saat di dalam pesantren, motor Gus Nawal terus menuju ke gumuk, gundukan besar tanah yang diatasnya ada bangunan dua lantai. Kami mengikutinya dan memarkirkan motor di depan bangunan itu.Â
Gus Nawwal langsung mengajak kami menuju lantai dua. Saat melewati tangga menuju lantai dua, saya melihat ke arah luar dari jendela yang ada, di sebelah kanan bangunan ini, ternyata adalah asrama untuk santri putri.
"Ini adalah calon lokasi tempatnya. Kira-kira bagaimana. Cukup apa tidak untuk menampung para Ashab MATAN Banyuwangi yang hadir ngofi ke empat besok malam minggu?", tanya Gus Nawwal ke kami.Â
"Kecukupen, terlalu cukup Gus", jawab saya. Gus Nawwal menunjukkan ruangan luas yang menjadi aula, serta berfungsi sebagai musholla untuk santri putri.Â
Terkadang juga dipakai sebagai ruangan mengadakan manasik umroh dan haji dari group jama'ah yang dimiliki oleh keluarganya, terbukti ada foto gambar bangunan ka'bah yang dipasang di dinding-dindingnya.
Setelah mengecek lokasi yang ada, kami bersantai di balkon luar bangunan ini, di sana ada kursi yang biasa buat nongkrong Gus Nawwal bersama teman-temannya, beberapa kopi sudah disuguhkan.Â
"Jangan lupa besok syishanya dibawa ya Gus?", ucap Gus Nawwal kepada saya. "Pasti Gus, itu yang menjadi ciri khas acara ngofi MATAN Banyuwangi selama ini. Ngaji sambil nyisha", jawab saya.
Usai adzan dhuhur berkumandang, kami sholat berjama'ah bersama di ruangan yang akan menjadi lokasi ngofi ke empat ini, setelah sholat, masing-masing dari kami memohon diri untuk berpamitan.Â
"Ketemu malam minggu besok Gus", saya menyalami Gus Nawwal dan Gus Imdad. Motor yang saya tumpangi, saat menuruni jalan ke bawah yang tidak beraspal yang berada di luar gedung ini lumayan sulit, harus benar-benar berhati-hati, kata Gus Nawwal sudah sering terjadi motor terpeleset ketika melewati jalan ini, apalagi pada saat musim hujan yang licin.
Saat yang ditunggu telah tiba. Sabtu sore saya berangkat ngofi ke empat dari Berasan menggunakan motor sendirian. Gapron saya telepon agar tidak lupa membawa syisha.Â
Kang Ari juga saya WA agar membawa syisha yang ada di Pondok Pesantren Mambaul Huda, Krasak, markas kedua yang sering menjadi tempat kami berkumpul. "Siap Gus", jawaban yang seragam dari mereka berdua.