Dari penjelasan singkat ini, saya secara pribadi meyakini bahwa posisi Bapak Nurul Ghufron di dalam tubuh KPK akan menjadi seperti pergerakan kuda dalam permainan catur, pergerakannya tidak diduga tetapi perubahanya akan dirasakan nantinya.Â
Apalagi beliau selalu dibimbing oleh gurunya; Maulana Habib Lutfi bin Yahya, dimana beliau menjadi seorang sufi sekaligus guru mursyid yang sudah tidak diragukan lagi sikap nasionalisme dan kecintaan terhadap negeri ini serta membimbing untuk menjadikan murid-muridnya menyebarkan Islam yang moderat, Islam yang ramah dan memudahkan, bukan Islam yang ekstrim dan kasar.
Kita tunggu saja apa gebrakan yang akan beliau lakukan di dalam tubuh KPK yang oleh Denny Siregar dan para buzzer pemerintah---meminjam istilahnya Tempo-- dijuluki sebagai "Sarang Taliban" ini. Ideologi harus dilawan dengan ideologi yang lain.
 Sepanjang sejarah, orang-orang sufi seperti tidak diperhitungkan, tetapi mereka selalu berperan dalam mengubah peradaban yang lebih baik. Bukti akan hal itu, saya pernah bertanya kepada guru saya kenapa di Rusia yang dulunya Uni Soviet, Islam bisa bertahan hingga sekarang, padahal mereka dulu sudah dihabiskan oleh penguasa setempat.Â
Yang menarik, beliau menjawab dengan ringkas sekali, "karena di sana ada kaum sufi". Kaum sufi tidak berafiliasi terhadap politik, sehingga dianggap tidak membahayakan penguasa, tetapi mereka berperan untuk kehidupan yang lebih baik, bukan hanya kehidupan dunia bahkan akhirat. Jadi, kita tunggu saja gebrakan dari Nurul Ghufron di KPK. Ada Sufi di KPK!
Malang, 9 Oktober 2019 Pukul 07.23 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H