Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Diaspora, Euforia, dan Perspektif Baru Persepakbolan Indonesia

13 September 2024   17:25 Diperbarui: 14 September 2024   07:46 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Indonesia berhasil menahan imbang Australia 0-0 di Gelora Bung Karno pada gelaran kualifikasi piala dunia 2026 zona Asia, Selasa, (10/9/2024). (Foto: KOMPAS.com/ANTONIUS ADITYA MAHENDRA)

Sebagai seorang pelatih kelas dunia, Shin Tae yong tentunya tak mau tanggung-tanggung dalam pekerjaannya dan siap meraih hasil maksimal mengantarkan Rizky Ridho dan kawan-kawan menuju Piala Dunia 2026.

2. Kehadiran pemain diaspora berdampak pada meluasnya makna nasionalisme dalam sepak bola.

Sepak bola sering dikaitkan dengan nasionalisme. Yakni sebagai sarana memperjuangkan nama baik bangsa di kancah internasional.

Nasionalisme sering diartikan sebagai kesadaran dalam memperjuangkan kepentingan bangsa dan negara. Dalam hal ini seorang pemain yang bertarung di lapangan dianggap tak ubahnya seorang serdadu yang maju ke medan perang demi membela kehormatan Indonesia.

Nah, sehubungan dengan kehadiran banyaknya pemain diaspora saat ini sejatinya secara tidak langsung telah memaksa kita untuk mengubah perspektif tentang nasionalisme itu sendiri.

Dulunya kita beranggapan bahwa nasionalisme itu hanya milik warga negara Indonesia asli yang lahir dan besar di Indonesia. Namun untuk kondisi saat ini, paham semacam itu tak relevan lagi. 

Kesediaan para pemain diaspora yang notabene lahir dan besar di negara lain untuk bersumpah setia siap membela lambang garuda di dada, memberi kita pemahaman bahwa nasionalisme itu bisa menjadi milik siapa saja yang berjuang untuk merah putih.

Ya, disini kita dituntut untuk tidak mempersoalkan lagi siapa yang berhak memiliki rasa nasionalisme, termasuk juga membuat dikotomi antara pemain local pride dan pemain diaspora. Pahami bahwa nasionalisme itu cair. Selama mereka telah menunjukkan dedikasi tinggi berjuang membela nama Indonesia, maka kita wajib mendukung dan memberi mereka apresiasi.

3. Saatnya kita fokus pada prestasi dan mengabaikan faktor penghambatnya.

Bagi sebagian orang, perekrutan pemain diaspora ataupun naturalisasi adalah sesuatu yang tabu dan dianggap mengurangi nilai kebanggaan dalam berbangsa. Pendapat ini tidaklah salah, namun tidak mutlak benar.

Bagaimanapun juga, sebagai seorang pencinta sepak bola kita pasti mengharapkan timnas kita tidak pulang dengan kekalahan dan sukses merebut kemenangan di setiap laga. Sayang, realitanya tak seindah impian. Fakta menunjukkan kalau kita belum mampu membangun sebuah timnas yang solid dan mampu melahirkan prestasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun