Yang jelas, kita perlu menyadari bahwa menikah bukanlah sulap yang bisa merubah nasib orang secepat kilat. Ada proses yang harus dijalani, ada garis takdir yang tak bisa diingkari yang terkadang tak sesuai kehendak hati.
Dan sekali lagi, realitas di lapangan tak selalu menunjukkan hasil seperti glorifikasi yang digembar-gemborkan. Bisa meleset sedikit atau bahkan jauh dari garis yang telah ditetapkan.
Pada akhirnya kita sampai pada kesimpulan bahwa antara glorifikasi indahnya sebuah pernikahan terkadang tak seiring dengan realitas di lapangan. Ada hal-hal yang menyalahi prediksi dan tak bisa dihindari. Dan oleh karena itu, sebagai insan kita perlu mempersiapkan diri untuk tidak terguncang bila berada dalam situasi yang tak menguntungkan.
Menikah adalah perbuatan baik yang perlu disegerakan. Tapi, tak ada salahnya pula kalau ditunda jika situasinya belum memungkinkan. Sekali jangan pernah dipaksakan.
Ingat, menikah perlu kematangan dari sebuah persiapan. Baik kesiapan dalam menghadapi tantangan yang mungkin terjadi. Ataupun kesiapan dalam menghadapi kenyataan bahwa rencana-rencana yang telah disiapkan tidak terealisasi sesuai ekspektasi.
Ya, apa pun alasannya, sebagai manusia kita tentu berharap bahwa pernikahan itu bisa dinikmati sebagai sebuah momen terindah dalam kehidupan. Karena itu, jangan pernah main-main dengan sebuah pernikahan.
(EL)
Yogyakarta, 03032024Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H