Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Menyikapi Perilaku Pendukung Capres Pemilu 2024: Awas, Jangan Terjebak Celebrity Worship Syndrome

14 Januari 2024   08:21 Diperbarui: 15 Januari 2024   07:54 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketiga calon presiden mengangkat tangan bersama usai mengikuti debat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum di kantor KPU, Jakarta, Selasa, 12 Desember 2023. Foto: KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Hal seperti ini tentu saja tak bagus bagi kesehatan mental mereka. Bila dibiarkan akan membuat mereka kecanduan. Waktu mereka akan banyak dihabiskan hanya untuk sekedar scroll hape mencari info tentang idolanya. Padahal, tak semua info tersebut penting untuk diketahui.

Selain itu, kebiasaan ini juga bisa memicu keresahan dan berkurangnya kepuasan hidup ketika melewatkan sedikit saja info-info seputar jagoannya itu.

2. Perilaku Narsistik dan Merasa Identik dengan Sang Capres Idola

Berikutnya, gejala CWS juga bisa dilihat dari perilaku narsis dari pendukung para capres. Mereka berusaha untuk menjadi pusat perhatian dan merasa sebagai orang penting meskipun sebenarnya mereka itu bukan siapa-siapa, bukan tim kampanye ataupun bukan seorang buzzer.

Mereka seolah haus pengakuan dan merasa perlu berbuat lebih demi pengakuan tersebut. Situasi ini kemudian bisa memicu seseorang berbuat diluar kendali dan tak jarang merugikan orang lain.

Hal yang paling umum terjadi adalah ketika seseorang mengirimkan spam tautan berita dari berbagai sumber tentang capres idola. Termasuk dari link-link tak jelas yang diragukan kredibilitasnya. Biasanya link-link tersebut dikirimkan di grup-grup WA maupun grup Facebook.

Ya, ada perasaan bangga bagi mereka ketika sukses melakukannya. Mereka merasa seolah telah berjasa dan tentu saja berharap diberi apresiasi lebih atas apa yang mereka lakukan ini.

Padahal bagi sebagian orang, apa yang mereka lakukan ini terbilang norak dan bahkan menimbulkan ketidaknyamanan. Namun mereka tak mempedulikan itu.

Tiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilu 2024. Foto: Galih Pradipta/antara foto/kompas.com
Tiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilu 2024. Foto: Galih Pradipta/antara foto/kompas.com

3. Fanatisme Buta

Tak ada yang salah ketika seseorang mengagumi dan mengidolakan seorang public figure. Tapi ketika kekaguman itu berubah menjadi pemujaan berlebihan dan fanatisme buta, tentu saja merupakan sebuah kekeliruan.

Fanatisme buta hanya akan mematikan rasa. Segala sesuatunya diukur berdasarkan emosi belaka,  bukan berdasarlan akal sehat dan logika. Akibatnya, orang-orang lebih suka melihat sebuah fakta dalam kaca mata subjektivitas, bukan sebagai sebuah realita.

Tak jauh berbeda dengan sikap seorang fans pemuja artis idolanya, seorang pendukung fanatik calon presiden akan mengatakan calon pilihannya sebagai maha segalanya. Tanpa cacat, tanpa cela.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun