Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Menyikapi Perilaku Pendukung Capres Pemilu 2024: Awas, Jangan Terjebak Celebrity Worship Syndrome

14 Januari 2024   08:21 Diperbarui: 15 Januari 2024   07:54 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketiga calon presiden mengangkat tangan bersama usai mengikuti debat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum di kantor KPU, Jakarta, Selasa, 12 Desember 2023. Foto: KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Tiga nama sudah ditetapkan sebagai kontestan pemilu 2024. Ada Anis Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. Ketiga orang tersebut saat ini tak ubahnya ibarat seorang selebriti. Menjadi pusat perhatian dan dipuja jutaan penggemarnya di seantero negeri.

Apakah Anda salah satu pendukung dari mereka? Ayo , nyatakan dukungan Anda ! Tapi awas, jangan terjebak dalam celebrity worship syndrome.

Disadari atau tidak, perilaku dari sebagian pendukung ketiga capres tersebut mulai mengarah pada gejala Celebrity Worship Syndrome atau CWS. Sebuah perilaku dimana seseorang mengagumi idolanya secara berlebihan.

CWS sendiri digolongkan pada gangguan mental yang bersifat obsesif adiktif. Dalam hal ini seseorang akan terobsesi untuk selalu memikirkan sosok yang diidolakannya, mengaguminya dan bahkan memujanya secara berlebihan.

Dalam konteks pemilu kali ini, bagaimana korelasinya dengan fenomena CWS ini? 

Ada beberapa perilaku pendukung para capres yang mengindikasikan hal tersebut.

1. Gejala FOMO terhadap Sosok Capres Idolanya

Ketertarikan seseorang akan sosok seorang tokoh biasanya akan memancing rasa penasaran dan membuatnya ingin tahu lebih banyak tentang tokoh tersebut. Karena itu seorang penggemar biasanya akan menggali informasi sebanyak mungkin demi menjawab rasa penasarannya dan juga agar tak ketinggalan berita. Dalam prakteknya, banyak dari para pendukung capres melakukannya secara berlebihan.

Ya, secara tak sadar sebagian dari mereka mulai terjangkit gejala FOMO (Fear of Missing Out). Perilaku yang sering diidentikan sebagai rasa cemas ketika ketinggalan tren atau informasi.

Sejatinya, adalah wajar ketika seorang pendukung capres merasa perlu untuk mendapatkan keterangan tentang capres pilihannya. Entah mengenai rekam jejak, kegiatan atau juga visi misi dari capres tersebut. Tapi dalam konteks ini, seorang penggemar bahkan juga merasa perlu untuk mengetahui hal-hal remeh temeh, hal-hal tak penting yang tak ada hubungannya dengan pemilu ataupun aktivitas politik sang tokoh. Ya, mirip-mirip kebiasaan seorang fans fanatik terhadap artis idolanya.

Maraknya penyebaran informasi di internet seolah makin membukakan jalan bagi fenomena ini bisa terjadi. Dan mereka, para pendukung capres tersebut terus dibuat tidak sadar. Mereka terus dibius dan makin disibukkan untuk terus memantau berita apa saja terkait capres kesayangannya.

Hal seperti ini tentu saja tak bagus bagi kesehatan mental mereka. Bila dibiarkan akan membuat mereka kecanduan. Waktu mereka akan banyak dihabiskan hanya untuk sekedar scroll hape mencari info tentang idolanya. Padahal, tak semua info tersebut penting untuk diketahui.

Selain itu, kebiasaan ini juga bisa memicu keresahan dan berkurangnya kepuasan hidup ketika melewatkan sedikit saja info-info seputar jagoannya itu.

2. Perilaku Narsistik dan Merasa Identik dengan Sang Capres Idola

Berikutnya, gejala CWS juga bisa dilihat dari perilaku narsis dari pendukung para capres. Mereka berusaha untuk menjadi pusat perhatian dan merasa sebagai orang penting meskipun sebenarnya mereka itu bukan siapa-siapa, bukan tim kampanye ataupun bukan seorang buzzer.

Mereka seolah haus pengakuan dan merasa perlu berbuat lebih demi pengakuan tersebut. Situasi ini kemudian bisa memicu seseorang berbuat diluar kendali dan tak jarang merugikan orang lain.

Hal yang paling umum terjadi adalah ketika seseorang mengirimkan spam tautan berita dari berbagai sumber tentang capres idola. Termasuk dari link-link tak jelas yang diragukan kredibilitasnya. Biasanya link-link tersebut dikirimkan di grup-grup WA maupun grup Facebook.

Ya, ada perasaan bangga bagi mereka ketika sukses melakukannya. Mereka merasa seolah telah berjasa dan tentu saja berharap diberi apresiasi lebih atas apa yang mereka lakukan ini.

Padahal bagi sebagian orang, apa yang mereka lakukan ini terbilang norak dan bahkan menimbulkan ketidaknyamanan. Namun mereka tak mempedulikan itu.

Tiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilu 2024. Foto: Galih Pradipta/antara foto/kompas.com
Tiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilu 2024. Foto: Galih Pradipta/antara foto/kompas.com

3. Fanatisme Buta

Tak ada yang salah ketika seseorang mengagumi dan mengidolakan seorang public figure. Tapi ketika kekaguman itu berubah menjadi pemujaan berlebihan dan fanatisme buta, tentu saja merupakan sebuah kekeliruan.

Fanatisme buta hanya akan mematikan rasa. Segala sesuatunya diukur berdasarkan emosi belaka,  bukan berdasarlan akal sehat dan logika. Akibatnya, orang-orang lebih suka melihat sebuah fakta dalam kaca mata subjektivitas, bukan sebagai sebuah realita.

Tak jauh berbeda dengan sikap seorang fans pemuja artis idolanya, seorang pendukung fanatik calon presiden akan mengatakan calon pilihannya sebagai maha segalanya. Tanpa cacat, tanpa cela.

Ya, mereka seolah telah terdoktrin untuk menganggap capres pilihannya sebagai sosok maha sempurna. Sementara ketika ada pihak yang mengkritisi capres pilihan mereka, mereka tak ragu untuk membantah, menampik, mencari pembenaran dm bahkan kalau perlu memutarbalikkn fakta sekalian.

Sebaliknya, terhadap calon lain yang  bukan pilihan mereka, mereka memilih bersikap masa bodoh, tak mau sedikitpun mengakui fakta-fakta kebenaran meskipun fakta-fakta itu benar adanya. Entah karena mereka tinggi hati atau sekedar gengsi, berat bagi mereka untuk melakukannya.

Melihat kepada fakta-fakta diatas, dapat disimpulkan bahwa sindrom CWS bisa berdampak tidak baik bagi kesehatan mental dan juga proses berpikir. Karena itu, para pendukung capres perlu mengantisipasi agar mereka tidak terkena sindrom ini.

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasinya.

1. Berpikir Realistis dan Menghindari Fanatisme Buta

Seperti disebutkan diatas bahwa CWS akan melahirkan fanatisme buta dan keengganan berpikir dengan logika. Akibatnya, bisa membuat seorang pendukung calon presiden tak mampu melihat fakta dengan jelas. Seolah ada tabir yang menutupi pandangannya. Karena itu, tabir tersebut wajib untuk disingkirkan.

Dalam hal ini seseorang dituntut bisa berpikir logis dalam mengidolakan seorang tokoh idolanya. Bisa memahami bahwa calon yang disukainya itu juga manusia biasa seperti dirinya. Bukan sosok maha sempurna. Bisa salah, bisa pula lupa. Karena itu, hindari pemujaan berlebihan. Dan tak ragu mengkritisi bila menemukan kesalahan.

2. Hindari Kepo Berlebihan

Kekaguman pada seseorang akan mengundang rasa penasaran pada orang tersebut. Apalagi bila orang tersebut seorang public figure. Rasa kepo yang muncul akan semakin besar.

Hal seperti ini sesuatu yang normal. Namun menjadi tidak normal ketika rasa kepo itu berlebihan.

Terkait pemilu ini cukuplah kita mencari informasi seputar rekam jejak maupun visi misi calon yang akan kita pilih. Cukup itu saja, karena hanya informasi itulah yang sebenarnya kita perlukan. Sementara untuk info-info lain yang sekiranya tak penting, cukup abaikan saja.

3. Fokus pada Kehidupan Nyata

CWS hakikatnya membuat seseorang terperangkap dalam dunia semu. Kepuasan yang didapatkan hanyalah palsu. Haruskah kita bertahan dalam kondisi seperti itu ? Tentu tidak bukan?

Memang, kita tentu tak bisa menolak ketika muncul kekaguman atas seoramg tokoh, dalam hal ini seorang capres. Namun jangan biarkan diri kita terperangkap dalam perasaan seperti itu.

Ingat ! Kita hidup di dunia nyata, dunia penuh tantangan dan problema. Masih banyak hal penting yang harus dipikirkan. Karena itu mari fokuskan diri pada dunia nyata, dunia keseharian kita. Dunia yang sebenar-benarnya  harus  kita lalui dengan sebaik mungkin.

Sebagai calon pemilih dan pendukung para calon presiden, mari kita jaga kewarasan.

Memberi dukungan itu penting.

Tapi, terjebak dalam celebrity worship syndrome jangan.

(EL)

Yogyakarta, 14012024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun