Ya, dalam skema taktik Xavi yang mengandalkan permainan sayap, Fati terlihat sering kebingungan dalam mencari posisi. Bahkan dalam beberapa kesempatan, Fati terlihat melakukan blunder yang merugikan tim. Tak pelak kemudian kalau  dirinya lebih sering dicadangkan pelatih Xavi.
3. Fati tidak menjadi pilihan utama pelatih Xavi.
Meski punya talenta dan bisa bermain di beberapa posisi, baik sebagai pemain sayap maupun penyerang tengah, nyatanya Fati tetaplah bukan merupakan pilihan utama pelatih Xavi. Pelatih berusia 43 tahun tersebut lebih menyukai Ferran Torres, Robert Lewandowski , Rapinha maupun Dembele sebagai andalan di barisan depan.
Musim ini seiring dengan kepergian Dembele ke PSG, status Fati tetaplah tak berubah. Fati tetaplah berstatus pemain cadangan. Dan sedihnya lagi, pelatih Xavi malah lebih memilih wonder kid berusia 16 tahun, Lamine Yamal, dari pada Fati sebagai pilihannya.
Garis takdir tak bisa dirubah. Karena itu manusia harus bisa menyesuaikan diri mengikuti garis yang telah ditentukan untuknya. Seperti halnya kisah Ansu Fati. K
isah seorang calon pemain bintang Barcelona yang terpaksa harus berkelana ke Liga Inggris demi menjaga eksistensinya untuk tetap bertahan dan meraih sukses sebagai seorang pesepabola. (EL)
Yogyakarta, 03092023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H