Banyak orang menomor duakan pekerjaan petani.Pekerjaan yang berpanas,berhujan dengan "pakaian dinas" yang kelihatan lusuh dan kotor terkena keringat ini dianggap kalah kelas dengan pekerjaan lain yang berada di ruang berAC,duduk di belakang komputer dengan pakaian seragam yang rapi dan bersih.Serta bisa berdandan tiap hari.
Para pemuda berbondong-bondong pergi ke kota demi menghindari pekerjaan bertani.Karena cita-cita mereka adalah menjadi orang kantoran,pekerjaan yang kelihatannya lebih menyenangkan dan lebih santai.
Pekerjaan bertani hanya dianggap cocock untuk orang tua sebagai pengisi waktu luang.Sedangkan anak muda disarankan untuk mencari pekerjaan lain saja.
3. Penghasilan petani yang tidak besar.
Meskipun ada sejumlah orang yang bisa kaya dengan menjadi petani.Tapi faktanya banyak yang hidupnya kurang sejahtera.Profesi petani lebih sering diidentikkan dengan hidup susah.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penghasilan seorang petani lebih rendah dari profesi lain seperti pedagang,PNS,pekerja kantoran,pegawai bank,tenaga kesehatan dan banyak lagi.Sehingga seseorang akan berpikir berkali-kali untuk memutuskan menekuni dunia pertanian.
Apalagi ketika harus merugi.Misal karena harga jual rendah ketika panen,atau gagal panen.Tak ada yang peduli.Mereka harus berpikir sendiri menghadapi kenyataan seperti ini.Dan hal-hal seperti ini semakin membuat ciut nyali orang-orang menjadi petani.
Sayang sekali memang ketika dunia pendidikan pertanian kita hanya menghasilkan sarjana-sarjana pertanian.Bukan menghasilkan orang-orang yang mencintai dunia pertanian. Sehingga tidak salah kalau para sarjana pertanian ramai-ramai mencari pekerjaan diluar dunia pertanian.
Yogyakarta,27032021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H