"Paham....!" jawab siswa MAN Cendekia, kompak.
"Baiklah. Waktu dan tempat saya persilakan kepada Pak Ustadz."
Ustadz Ayub mengangguk, berdiri lalu meraih mic yang diberi Pak Yudi.
Baru saja mic itu mendekat ke bibirnya, Uztads Ayub tertegun. Tubuhnya kaku. Matanya melotot ke arah dinding bagian belakang siswa.
Di matanya, ia melihat ada cahaya yang menyilaukan. Bersinar kuat tetapi membawa efek dingin, bukan panas seperti yang biasa dipaparkan matahari. Cahaya itu terkumpul di satu titik, bahkan berbentuk tubuh manusia.
Ustadz Ayub masih terpana. Mulutnya bahkan kini menganga dengan mic yang tiba-tiba tanpa sadar terjatuh dari tangannya.
Efek storing dari mic membuat siswa yang ada dalam ruangan jadi terkejut dan berbalik ke arah belakang. Mereka menatap mata Ustadz, lalu menoleh ke belakang, menatap lagi lalu menoleh lagi. Semua mencari tahu apa yang sedang dipandang ustadz itu.
Belum tuntas penasaran para siswa, tiba-tiba Ustadz Ayub berjalan cepat ke arah para siswa yang sedang duduk lesehan. Ia melewati barisan siswa hingga akhirnya berhenti tepat di depan Firdaus.
Tak hanya itu, Ustadz Ayub meraih tangan kanan Firdaus, lalu menciuminya seperti seorang murid pengajian sedang mencium tangan gurunya.
Anak-anak MAN yang ada di dalam ruangan langsung terpana. Mereka tak percaya apa yang sedang dilihat. Mereka juga bertanya-tanya apa yang sudah diperbuat Firdaus sampai akhirnya Ustadz itu menciumi tangannya? -Itu karena mereka tak melihat apa yang ustadz lihat-
Mereka melihat Firdaus menarik tangannya, lalu memeluk Ustadz Ayub dengan lembut.