Tetapi anehnya, ia jadi pangling setiap kali memperhatikan Firdaus bergaul dengan kawan-kawan di sekolah. Anak itu malah cenderung tertutup dan tak banyak bicara. Ia malah menjadi salah satu siswa yang paling misterius.
Bersama dirinya, Firdaus sangat riang dan penuh guyonan. Dengan yang lain, pendiam dan terkesan culun.
Pak Sumir menghembuskan nafas berat setelah memikirkan keunikan karakter Daus.
***
Tiga bulan kemudian, di sore hari, siswa MAN Cendekia dikumpulkan di ruang pertemuan. Semua diwajibkan hadir untuk mendengarkan ceramah Ustadz Ayub, salah seorang penceramah kondang di kota ini.
Karena pandemi mereda, sekolah tatap muka sudah boleh lagi dilaksanakan. Tetapi tetap menerapkan aturan prokes yang ketat. Karena itu, sekolah ini sudah ramai dengan siswa dan guru.
Satu per satu siswa masuk ke ruang cukup besar itu. Mereka penasaran apa yang akan disampaikan Ustadz Ayub. Ruangan jadi riuh. Suara decit kursi-kursi yang digeser, ocehan-ocehan puluhan siswa, membuat suasana benar-benar gaduh.
Di bagian depan duduk di kursi: ada Kepala Sekolah Pak Yudi, Wakil Kepala Sekolah Bu Risna, dan seorang pria bertubuh ramping, pakai kopiah hitam, baju batik lengan panjang, bersarung, diam terpaku menatap kegaduhan di ruangan itu.
Setelah hampir 15 menit, akhirnya suasana mereda dengan sendirinya. Bahkan sekarang mulai hening.
Pak Yudi mulai membuka acara. Memperkenalkan Ustadz Ayub kepada para siswa, dan menyampaikan tujuan diadakan acara ceramah kali ini.
"Jadi diharap anak-anak untuk diam, dengarkan, pahami dan pelajari apa yang akan disampaikan Ustadz Ayub nanti. Paham...."