Metodologi dan Metode
Metodologi yang dipilih adalah studi kasus yang bertujuan untuk memungkinkan kita dalam “mengungkapkan banyaknya faktor yang menghasilkan karakter unik dari subjek penelitian. Metodologi ini memungkinkan untuk mempelajari contoh yang kompleks melalui deskripsi dan analisis kontekstual. Hasilnya adalah baik deskriptif dan teoritikal dalam pengertian bahwa pertanyaan yang digali adalah tentang mengapa sesuatu terjadi seperti itu, dan dengan memandang pada apa yang mungkin penting untuk diselidiki dalam situasi yang sama.
Studi kasus menurut Merriam adalah kategori penelitian yang “catch-all”, yang artinya semua penelitian asalkan bukan survey maupun eksperimen. Penelitian studi kasus ini dapat disebut sebagai explanatori dan deskriptif. Kemudian, Dokumentasi menjadi sumber informasi yang utama untuk mendapat pemahaman yang holistik terhadap sistem kuktural dari tindakan.
Beberapa langkah dalam studi kasus ini adalah: orientating (tentang apa yang dicari dan ingin diketahui), deconstructing (mengetahui asumsi kita, asumsi pengawas penelitian, dan apa asumsi yang ditemukan di beberapa literatur serupa), questioning (pertanyaan apa yang perlu ditanyakan, oleh siapa ditanyakan, dan ditanyakan pada siapa), interviewing (menggunakan pertanyaan terbuka, check-list, percakapan dengan sedikit deskripsi dan penjelasan sebab), analyzing (analisis kasus, menggunakan transkrip, melihat pola, perbedaan dari penggunaan komponen yang sama), validating dan soliciting feedback (mengecek dan mempresentasikan hasilnya kepada pemerintah dan peserta kunci).
Potret Empat Kasus
Empat studi kasus yang akan dibahas, dipetakan ke dalam 4 kasus, yaitu instrumental, emansipatoris, dan dua kasus campuran.
Studi Kasus 1: Mengadopsi Kampanye Ayam (Instrumental)
Kampanye ini bermaksud untuk merangsang kesadaran masyarakat dan memberi dukungan terhadap peternakan unggas organik. Sehingga memungkinkan warga untuk mengadopsi ayam. Para pengadopsi menerima voucher telur, yang dapat mereka gunakan untuk membeli telur organik di toko organik. Mereka memberi berbagai macam informasi dan dapat mengajak keluarga untuk mengunjungi peternakan organik tersebut. Kampanye ini dilihat sebagai bagian besar dari kampanye pemerintah yang menginginkan adanya peningkatan penjualan makanan organik sebesar 10% di Belanda. Kampanye ini berhasil karena dua hal yaitu: mudah dilakukan, dan dikampanyekan pada saat peternakan unggas mengalami krisis dan menjadi sorotan banyak media.
Studi Kasus 2: Membuat Daerah Perkotaan yang Berkelanjutan (Emansipatoris)
Tujuan dari proyek ini adalah mencapai keberlanjutan dalam skala yang lebih besar dan meningkatkan kualitas hidup di daerah perkotaan. Kegiatan dilakukan melalui konsultasi dengan warga dan pemegang kepentingan lainnya. Proyek ini melibatkan warga kota Rotterdam dan DenHaag untuk membangun partisipasi di proyek yang berkelanjutan. Motto “live-ability” atau kemampuan untuk hidup diaplikasikan dalam berbagai aktivitas. Faktor yang berkontribusi dalam keberhasilan kampanye ini adalah bahwa kampanye ini berhubungan dengan persepsi, gaya hidup, dan kepentingan warga. Sehingga ini mempermudah dalam merangsang aksi dan tanggung jawab warga dalam melaksanakan kampanye. Aspek penting lain yang memberi sumbangan dalam keberhasilan kampanye adalah adanya kepercayaan, transparansi, dan janji hasil yang nyata dalam jangka waktu pendek. Faktor utama kesuksesan, dalam kaitannya dengan dukungan publik dan kontinuitas, adalah jaringan masyarakat dan keterlibatan partai lain.
Studi Kasus 3- “Den Haneker” (Campuran dari Instrumental dan Emansipatoris)