Berkaitan dengan masalah di masa depan, maka Pembangunan Berkelanjutan (sustainable development) menjadi fokus dalam berbagai kebijakan internasional, nasional, maupun lokal di banyak negara di dunia. Salah satunya adalah Belanda. Pemerintahan Belanda mempertimbangkan Pendidikan lingkungan / Environmental Education (EE) and Learning for Sustainable Development (LSD) sebagai instrumen kebijakan yang komunikatif untuk mempromosikan keberlanjutan.
Keefektifan kebijakan EE di Belanda pernah diuji oleh Netherlands Environmental Assessment Agency. Hasil uji mengungkapkan bahwa instrumen pendidikan dapat sedikit meningkatkan keberlanjutan dalam aktivitas masyarakat. Studi ini menguji 4 bentuk kebijakan EE untuk menjawab pertanyaan:
1. Bagaimana pendekatan EE berkontribusi dalam proses yang mengarah pada praktek-praktek baru yang lebih berkelanjutan? Bagaimana bisa penggunaan pendekatan / instrumen baru ini dapat memperkuat atau memperbaiki pendekatan sebelumnya?
2. Bagaimana bisa pembuat kebijakan EE menjadi lebih kompeten dan efektif dalam menggunakan instrumen komunikatif umtuk menggerakkan masyarakat menuju keberlanjutan (sustainability)?
3. Apa peran ‘pengetahuan’ dalam pendekatan ini?
Penelitian ini mempelajari 3 pendekatan menuju EE, yaitu pendekatan instrumental, emansipatoris, dan campuran keduanya.
1.Pendidikan dan Komunikasi Lingkungan yang Instrumental.
Pendekatan instrumental ini berasumsi bahwa perilaku seseorang yang berkaitan dengan pendidikan lingkungan adalah telah mereka setujui dan memberi dukungan terhadap intervensi yang dilakukan pihak lain. Orientasi instrumental adalah perubahan perilaku (behavior change).
Pendekatan instrumental EE dimulai dengan merumuskan tujuan yang spesifik dalam hal perilaku yang disukai kelompok sasaran, dan menganggap kelompok sasaran sebagai “penerima” pasif utama yang harus dipahami dengan baik agar intervensi komunikatif mendapat banyak efek. Model ini lebih canggih daripada model klasik “dari kesadaran ke tindakan”. Beberapa poin masukan untuk EE / Pendidikan Lingkungan instrumental adalah untuk meningkatkan kesadaran terhadap masalah, mempengaruhi norma sosial, sikap, meningkatkan kontrol diri (self-efficacy), dan menggabungkan rencana dengan hati-hati.
Pemerintahan Belanda dan banyak pemerintahan lainnya di dunia untuk itu menggunakan dan mendukung aktivitas pendidikan dan strategi komunikasi untuk mempengaruhi perilaku warga terhadap lingkungan, seperti melalui kampanye kesadaran, dan iklan layanan masyarakat.
Kritik dari penggunaan pendidikan lingkungan yang instrumental adalah bahwa menggunakan pendidikan untuk mengubah perilaku masyarakat lebih berkaitan dengan manipulasi dan indoktrinasi dari pendidikan.
2. Pendidikan Lingkungan yang Emansipatoris
Orientasi emansipatoris adalah pembangunan manusia (human development). Pendekatan emansipatoris melibatkan masyarakat dalam dialog aktif untuk menetapkan tujuan, makna, rencana tindakan secara bersama-sama untuk membuat perubahan pada mereka sendiri dengan mempertimbangkan apa yang mereka inginkan dan apa pemerintah harapkan. Akhirnya, ini akan berkontribusi pada masyarakat yang lebih berkelanjutan secara keseluruhan (Wals dkk, 2002: 56-57).
Tujuan yang spesifik dan cara untuk mencapai tujuan tidak ditetapkan terlebih dahulu. Melainkan diperoleh dari proses belajar sosial (social learning process). Proses belajar sosial ini didukung oleh metode partisipatif yang telah terbukti sebagai mekanisme yang cocok untuk mewujudkan pendekatan yang lebih emansipatoris terhadap EE dan juga untuk pengelolaan lingkungan (Wals, dkk, 2002: 57).
Pemerintah Belanda telah menghasilkan kebijakan yang berfokus pada pembuatan ruang partisipasi untuk banyak pihak dalam mencari situasi yang lebih berkelanjutan. Hal ini dikarenakan partisipasi membuat orang aktif terlibat dan memungkinkan beberapa suara (termasuk yang terpinggirkan) untuk didengar.
Memorandum Belanda tahun 2004 yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan mengidentifikasikan belajar sosial sebagai poin kunci. Dalam memorandum tersebut menyatakan bahwa “rencana belajar” perlu didukung di mana para pemangku kepentingan, warga, dan organisasi disatukan dalam situasi yang nyata dan dirangsang untuk terlibat dalam proses belajar bersama. Dalam hal ini penekanan lebih kepada pembangunan kapasitas, lembaga / agency, dan menciptakan ruang serta struktur bagi munculnya belajar sosial.
Pendukung pendekatan emansipatoris berargumen bahwa sifat dari tantangan keberlanjutan terlihat seperti pendekatan pemecahan masalah yang lebih ke arah kebutuhan akan dunia yang lebih berkelanjutan daripada mencoba untuk membuat persoalan dunia menjadi lebih mudah dikendalikan dan dipecahkan. Kritik terhadap pendekatan ini cenderung berargumen jika kita benar-benar tahu banyak mana yang berkelanjutan dan mana yang tidak, dan kita semua menjadi seolah-olah terbebaskan, terperdaya, reflektif, dan kompeten.
Skema pendekatan emansipatoris terhadap pembangunan yang berkelanjutan digambarkan dalam bentuk spiral. Tahap pertama adalah diagnosa, dengan mulai untuk mengenali para pemegang kepentingan yang akan berpartisipasi. Awalnya dengan mendiagnosa apa sebenarnya permasalahannya. Kedua, mendesain ide baru, keterampilan, dan konten yang akan dibahas serta disusun. Ketiga adalah melakukannya, dengan mencoba hal yang lama dan mencoba hal yang baru. Keempat adalah mengembangkan dengan cara mengevaluasinya dan belajar dari hasil evaluasi tersebut. Skema ini harus berulang (sustainable) dan tidak berhenti pada satu titik. Maka harus dilakukan kembali dari awal secara terus-menerus.
3. Campuran pendidikan lingkungan, komunikasi, dan partisipasi
Gert Spaargaren, seorang sosiolog lingkungan Belanda membangun teori berdasarkan teori strukturasi Giddens. Ia menciptakan model yang menghubungkan aktor-oriented dan structure-oriented.
Spaargaren menempatkan praktek-praktek sosial di pusat (di antara aktor dan struktur) sebagai mediator antara lembaga manusia dengan gaya hidup. Praktek sosial ini misalnya adalah pakaian, rumah, makanan, travel, olahraga, dan waktu luang. Model Spaargaren ini dipandang sebagai jembatan antara instrumen klasik, sikap lingkungan dan pendekatan perilaku, serta pendekatan yang lebih emansipatoris dan berbasis lembaga (agency-based). Pada waktu yang sama, model ini juga memperhitungkan pengaruh struktur sosial (teknologi) terhadap perilaku. Dari perspektif pemerintah, model praktek sosial memberi penekanan kuat pada partisipasi aktif warga dalam pemerintahan.
Pendekatan ini akhirnya bersifat intergratif. Dalam artian, kita tidak lagi berfokus pada bagaimana sikap dan tingkah laku, tetapi mengintegrasikan tujuan dengan praktek sosial dan gaya hidup. Misalnya pendidikan lingkungan tentang lifestyle “makan”, di mana kita mengetahui makanan mana yang proses produksinya merusak lingkungan dan makanan mana yang ramah terhadap lingkungan. Hal ini sebenarnya membuat partisipasi dari warga negara terhadap negara menjadi kuat, karena sudah masuk dalam tataran lifestyle yang dilakukan oleh manusia.
Metodologi dan Metode
Metodologi yang dipilih adalah studi kasus yang bertujuan untuk memungkinkan kita dalam “mengungkapkan banyaknya faktor yang menghasilkan karakter unik dari subjek penelitian. Metodologi ini memungkinkan untuk mempelajari contoh yang kompleks melalui deskripsi dan analisis kontekstual. Hasilnya adalah baik deskriptif dan teoritikal dalam pengertian bahwa pertanyaan yang digali adalah tentang mengapa sesuatu terjadi seperti itu, dan dengan memandang pada apa yang mungkin penting untuk diselidiki dalam situasi yang sama.
Studi kasus menurut Merriam adalah kategori penelitian yang “catch-all”, yang artinya semua penelitian asalkan bukan survey maupun eksperimen. Penelitian studi kasus ini dapat disebut sebagai explanatori dan deskriptif. Kemudian, Dokumentasi menjadi sumber informasi yang utama untuk mendapat pemahaman yang holistik terhadap sistem kuktural dari tindakan.
Beberapa langkah dalam studi kasus ini adalah: orientating (tentang apa yang dicari dan ingin diketahui), deconstructing (mengetahui asumsi kita, asumsi pengawas penelitian, dan apa asumsi yang ditemukan di beberapa literatur serupa), questioning (pertanyaan apa yang perlu ditanyakan, oleh siapa ditanyakan, dan ditanyakan pada siapa), interviewing (menggunakan pertanyaan terbuka, check-list, percakapan dengan sedikit deskripsi dan penjelasan sebab), analyzing (analisis kasus, menggunakan transkrip, melihat pola, perbedaan dari penggunaan komponen yang sama), validating dan soliciting feedback (mengecek dan mempresentasikan hasilnya kepada pemerintah dan peserta kunci).
Potret Empat Kasus
Empat studi kasus yang akan dibahas, dipetakan ke dalam 4 kasus, yaitu instrumental, emansipatoris, dan dua kasus campuran.
Studi Kasus 1: Mengadopsi Kampanye Ayam (Instrumental)
Kampanye ini bermaksud untuk merangsang kesadaran masyarakat dan memberi dukungan terhadap peternakan unggas organik. Sehingga memungkinkan warga untuk mengadopsi ayam. Para pengadopsi menerima voucher telur, yang dapat mereka gunakan untuk membeli telur organik di toko organik. Mereka memberi berbagai macam informasi dan dapat mengajak keluarga untuk mengunjungi peternakan organik tersebut. Kampanye ini dilihat sebagai bagian besar dari kampanye pemerintah yang menginginkan adanya peningkatan penjualan makanan organik sebesar 10% di Belanda. Kampanye ini berhasil karena dua hal yaitu: mudah dilakukan, dan dikampanyekan pada saat peternakan unggas mengalami krisis dan menjadi sorotan banyak media.
Studi Kasus 2: Membuat Daerah Perkotaan yang Berkelanjutan (Emansipatoris)
Tujuan dari proyek ini adalah mencapai keberlanjutan dalam skala yang lebih besar dan meningkatkan kualitas hidup di daerah perkotaan. Kegiatan dilakukan melalui konsultasi dengan warga dan pemegang kepentingan lainnya. Proyek ini melibatkan warga kota Rotterdam dan DenHaag untuk membangun partisipasi di proyek yang berkelanjutan. Motto “live-ability” atau kemampuan untuk hidup diaplikasikan dalam berbagai aktivitas. Faktor yang berkontribusi dalam keberhasilan kampanye ini adalah bahwa kampanye ini berhubungan dengan persepsi, gaya hidup, dan kepentingan warga. Sehingga ini mempermudah dalam merangsang aksi dan tanggung jawab warga dalam melaksanakan kampanye. Aspek penting lain yang memberi sumbangan dalam keberhasilan kampanye adalah adanya kepercayaan, transparansi, dan janji hasil yang nyata dalam jangka waktu pendek. Faktor utama kesuksesan, dalam kaitannya dengan dukungan publik dan kontinuitas, adalah jaringan masyarakat dan keterlibatan partai lain.
Studi Kasus 3- “Den Haneker” (Campuran dari Instrumental dan Emansipatoris)
Den Haneker merupakan suatu asosiasi/perkumpulan lingkungan yang bergerak di bidang pertanian. Organisasi lingkungan ini memiliki tujuan utama untuk menyedikan dan mengatur elemen pemandangan / bentang alam di area pertanian. Asosiasi ini menggunakan EE untuk mendukung tujuan utama mereka, yaitu memberikan pelajaran, mengurus halaman web, menawarkan brosur, video, majalah, dan booklet. Asosiasi ini mendapat 1000 anggota dan mempengaruhi penggunaan tanah di kota.
Kesuksesan tersebut didukung oleh:
1. Sikap yang proaktif daripada defensif (bertahan).
2. Wanita merepresentasikan sebagian besar penduduk, petani, dan komunitas bisnis dalam anggota asosiasi tersebut.
3. Dukungan dihasilkan dan diberikan pada anggota asosiasi.
4. Beberapa anggota yang informatif dan memiliki motivasi tinggi mendorong anggota lain bahwa asosiasi mereka memiliki pengetahuan yang up-to-date.
Studi Kasus 4: Kisah Daerah Heuvelrug (Campuran)
Proyek ini bertujuan untuk menciptakan koridor berupa jembatan penyeberangan di area alam di daerah Utrechtse Heuvelrug (daerah perbukitan di provinsi Utrecht, Belanda) yang memotong jalan raya utama. Proses yang melibatkan 2 wilayah ini dapat tercapai dengan menciptakan kesadaran, kolaborasi, dan dukungan di antara semua pemegang kepentingan di setiap wilayah. Kesadaran, kolaborasi dan dukungan dapat diperoleh dengan adanya kewenangan, penjelasan, dan kemampuan melihat persoalan. Empat kelompok yang menjadi target adalah: sukarelawan, pegawai negeri administrasi, siswa, dan wisatawan. Keberhasilan ini dikarenakan oleh adanya kolaborasi, kualitas informasi, usaha keras untuk mendapat kelompok yang ditargetkan, dan perhatian media.
Hasil
Berdasarkan perspektif kebijakan lingkungan, dua pendekatan yang berbeda ini dapat saling menguatkan. (Walls, dkk, 2002: 61). Pendekatan instrumental dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan persoalan-persoalan lingkungan. Sedangkan pendekatan emansipatoris memiliki tujuan perubahan jangka panjang berkaitan dengan dukungan publik, keterikatan, dan keterlibatan.
Peran pengetahuan pada kedua pendekatan ini berbeda. Pendekatan instrumental mengambil fokus utama pada transfer pengetahuan, ilmu yang relatif tidak terbantahkan, ilmu pengetahuan berbasis sains. Sedangkan pendekatan emansipatoris lebih pada memfasilitasi pertukaran pengetahuan yang implisit (bukan berbasis sains), menciptakan pengetahuan baru bersama-sama, dan pada akhirnya pembuatan makna bersama.
Kesimpulan:
Para pembuat kebijakan di seluruh dunia sedang mencari cara untuk menggunakan pendidikan dan strategi komunikasi untuk membuat dunia yang lebih berkelanjutan. Dalam prakteknya, mereka terjebak dalam strategi yang instrumental (perubahan perilaku) dan emansipatoris (pembangunan manusia).
Pemerintah Belanda dalam program pembangunan berkelanjutannya, memberikan pergeseran terhadap pendekatan instrumental dengan menggunakan pendidikan sebagai cara untuk mengubah perilaku seseorang ke arah keterlibatan sipil (yaitu, menciptakan ruang dan mendukung masyarakat dalam mengambil tanggung jawab terhadap cara hidup yang lebih berkelanjutan). Dalam keterkaitannya dengan masyarakat, penekanan lebih kepada pendekatan yang emansipatoris. Namun dalam pembuatan kebijakan, pemerintah melanjutkan ke pendekatan yang instrumental dalam rangka mengubah perilaku dan gaya hidup.
Refleksi terhadap pertanyaan tentang perubahan apa yang diharapkan dan keyakinan akan kebenaran dari perubahan tersebut akan menentukan apakah pendidikan (instrumental), partisipasi (emansipatoris), atau penggabungan keduanya yang paling baik untuk dipilih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H