Lofstedt dan Renn dalam tulisannya memeriksa beberapa alasan mengapa Greenpeace berhasil dalam komunikasi risiko, sedangkan Shell dan Pemerintah Inggris gagal.
Alasan Kegagalan Program Komunikasi Risiko Shell
      Pertama, ada dua aktor yang disalahkan, yakni Shell dan Pemerintah UK. Shell mengambil keputusan hanya berdasarkan atas BPEO, dan Pemerintah Inggris yang juga mendukung keputusan tersebut. Kekalahan Shell atas masyarakat dan Greenpeace ini telah dijelaskan oleh salah satu surat kabar Inggris sebagai "kemenangan bagi demokrasi".Â
Kedua, Shell dipandang serakah sebagai perusahaan kelas transnasional  yang memiliki modal besar, tetapi masih ingin meminimalkan biaya dengan jalan penenggelaman Brent Spar.Â
Ketiga, Shell menjadi sasaran empuk untuk diboikot (tidak membeli dan beralih ke SPBU lain).Â
Keempat, keterlibatan politisi dalam menyalahkan Shell akan mudah untuk menarik green people. Jerman, Denmark, dan Swedia, negara yang paling menentang pembuangan di laut dalam, tidak memiliki cadangan minyak mereka sendiri, sehingga mendukung protes masyarakat terhadap Shell tidak mempengaruhi mereka secara ekonomi. Melainkan hanya sebagai ajang latihan kepercayaan mereka tanpa biaya keuangan atau politik.
Promotor Krisis
      Ada banyak faktor yang memastikan bahwa Brent Spar tetap menjadi agenda media (atau agenda pemberitaan). Ada banyak gambar bagus yang ditunjukkan Greenpeace. Misalnya, gambar aktivis yang disemprot kapal penyeret Shell. Kedua, ada serangkaian faktor negatif yang melekat pada pendukung Brent Spar. Shell sebagai perusahaan transnasional memiliki kepercayaan publik yang rendah. Begitu pula pemerintah UK digambarkan oleh media sebagai memihak industri, arogan dan keras kepala.
Kegagalan memperhitungkan informasi
      Ada beberapa kelemahan dengan strategi komunikasi dari Shell dan Pemerintah UK (Lofstedt dan Renn, 1997: 134).Â
Pertama, mereka berdua mengadopsi pendekatan top-down daripada pendekatan dialog. Pendekatan top-down mengalienasi publik, karena cenderung arogan dan kaku. Sedangkan pendekatan dialog sangat didukung oleh penelitian komunikasi risiko.Â