Sayangnya Ahok sulit mendengar. Ahok dalam perjalanannya terus mengumbar kata kata. Ia menganggap dirinya lebih pantas menjadi Mendagri karena riwayat hidupnya yang menguasai dunia politik.
Ahok juga menyerang Kepala BIN Sutiyoso. Menurut Ahok di masa Sutiyoso pejabat eselon naik pangkat itu tergantung pintar bermain golf apa tidak. Ahok menyebutnya genk golf Balai Kota. Ahok juga lepas kendali mengatakan Jokowi jadi Presiden karena pengembang.
Dan kali ini Ahok kena batunya. Jika Mendagri, Sutiyoso dan Jokowi tidak mau meladeni sentilan Ahok, maka kali ini Risma melawan. Risma tidak terima direndahkan kotanya.
Entah siapa yang benar diantara kedua tokoh ini, yang saya tahu dan ingat Ahok memiliki potensi menyerang secara terbuka siapa saja yang menurutnya itu tidak benar.
Saya sudah mengingatkan Ahok hal ini sejak lama meski untuk itu saya dicibir. Dihina. Dihujat. Dibully. Dinista. Diejek. Direndahkan. Semua caci maki sumpah serapah bulan Maret lalu saya terima karena otokritik saya dianggap menyerang Ahok.
Bagi Teman Ahok, Ahok adalah manusia sempurna. Bagi Teman Ahok, Ahok adalah pusat kebenaran. Manusia suci. Manusia terbaik yang tidak mungkin berbuat dosa dan khilaf.
Bagi saya menyampaikan kritikan adalah cara saya mendukung Ahok agar tidak terjatuh dan semakin banyak dimusuhi.
Dan saya akan selalu begitu meski untuk itu saya habis dibully oleh Teman Ahok. Mungkin pendukung fanatik buta Ahok itu keliru melihat Ahok itu seperti superman, manusia super. Ingatlah Ahok itu juga sama. seperti kita manusia biasa.
Pahamkan sayang....
Birgaldo Sinaga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H