Mohon tunggu...
Birgaldo Sinaga
Birgaldo Sinaga Mohon Tunggu... -

Anak bangsa yang ingin setiap anak bangsa maju berkembang tanpa ada intimidasi, perbedaan perlakuan dan ketidak adilan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Risma Meradang Lalu Melawan Ahok

13 Agustus 2016   14:56 Diperbarui: 13 Agustus 2016   15:43 1358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada satu kalimat bijak berkata kita tidak bisa mengatur orang lain berbicara buruk tentang kita, tetapi yang pasti kita bisa mengatur apa yang kita katakan.

Menjadi pejabat publik itu punya konswekensi setiap kata yang keluar dari mulutnya bisa membawa kesejukan bisa juga membawa atmosfir panas. Bisa karena si pejabat memang sedang panas, bisa juga karena omongannya diplintir media hingga berakibat situasi memanas.

Kemarin, kita membaca ketegangan antara Risma dan Ahok. Pangkalnya bermula dari wawancara door step Ahok di Balai Kota dengan wartawan yang mangkal di sana. Wartawan Detik seperti kita baca menulis pernyataan Ahok dengan judul  Risma Berhasil Benahi Trotoar, Ahok Surabaya Itu Cuma Setara Jaksel.

Ahok berkata :
"Ini bukan cuma Jakarta Selatan loh, ini Utara, Timur, Pusat, Barat. Itu beda. Jadi komparasinya mesti bandingin," kata Ahok.

Esoknya Risma meradang. Risma secara khusus mengundang pers untuk bicara protesnya atas pelecehan Ahok. Dengan intonasi tinggi dan wajah memerah Risma menyebut Ahok sombong.

Risma tidak terima Kota Surabaya dihina. Risma bahkan dongkol mengapa Ahok terus menyerang dirinya. Risma mengaku Ia sudah kehabisan kesabaran atas serangan Ahok selama ini. Risma tdk ingin warganya marah dan melakukan perlawanan atas ucapan Ahok yang menyinggung Kota Surabaya.

Publik tidak menyangka ketegangan dua tokoh yang disebut sebut akan bersaing memperebutkan DKI 1 ini memuncak. Titik didih Risma ini mencapai titik kulminasi karena sebelumnya Ahok pernah mengadu domba Risma dengan Presiden Jokowi terkait ucapan Risma yang menyebut Walikota Solo mengurus kota kecil saja bisa jadi presiden, apalagi walikota Surabaya.

Ucapan Ahok ini menimbulkan reaksi dari Pengurus DPC PDIP Surabaya dan Humas Pemko Surabaya. Ujungnya Ahok meminta maaf atas ketidakakuratan berita itu.

Bak bara dalam sekam, kemarin Risma benar benar meletupkan kejengkelannya. Kita terkejut. Terkejut karena hawa panas persaingan perebutan DKI 1 telah meledak jauh sebelum penetapan cagub cawagub DKI oleh KPUD 23 September mendatang.

Ahok segera mengirimkan pesan bahwa Ia tidak bermaksud menyinggung perasaan Risma dan Warga Surabaya. Ahok mengirim rekaman video utuh semua percakapannya dengan wartawan. Api terlanjur menjalar.

Media-media dengan cepat menyambar api itu dengan beragam angle judul yang bombastis. Di rekaman video Ahok mengatakan bahwa Surabaya itu seperti Jakarta Selatan saja. Ahok mengatakan bahwa Surabaya bisa seperti itu karena Risma sudah puluhan tahun menatanya sejak menjabat Kadis Kebersihan dan Pertamanan.

Sebenarnya cukup panjang Ahok bicara. Ada apresiasinya atas kota Surabaya, namun Ahok juga bicara semua itu karena Risma sdh lama menatanya sejak lama dibanding dirinya yang belum 5 tahun. Surabaya itu juga seperti Jakarta Selatan.

Respon Risma tentu merasa Ia dikerdilkan. Risma merasa disepelekan atas jerih payahnya membangun kota. Pembacaan berita itu membuat Risma meradang. Benar benar marah.

Apa yang kita saksikan merupakan suguhan yang tidak membangun bagi persatuan bangsa. Tidak baik bagi solidaritas kebangsaan kita. Kita menerima suguhan berita Ahok tidak terima Risma dibilang lebih sukses dari dirinya dalam membangun kota. Sementara Risma tidak terima direndahkan Ahok dengan mengecilkan Surabaya setara Jakarta Selatan saja.

Pesan kedua kepala daerah ini menimbulkan reaksi publik yang beragam. Pro kontra terjadi. Saling ejek dan saling serang sesama pendukung merebak. Oleh pendukung Ahok, Risma disebut lebay dan kekanak kanakan. Ahok menyebut Risma Baper. Risma menyebut Ahok sombong. Sementara pendukung Risma dongkol karena ucapan Ahok yang nyinyir dan tidak bersahabat. Sekelompok warga Surabaya bahkan sudah berdemo di alun alun kota mengecam Ahok.

Seperti paragraph pertama diatas,  kita tidak bisa mengatur orang lain berbicara buruk tentang kita, tetapi yang pasti kita bisa mengatur apa yang kita katakan. Seingat saya awal Maret 2015. Pesan itu saya tulis menyikapi ledakan emosi Ahok yang marah kepada relawannya di Balai Kota. Saat itu kemarahan Ahok memuncak dan menjadi berita besar. Dibahas di medsos berhari hari.

Otokritik itu saya tulis sebagai pesan agar Ahok lebih wise dan bisa menahan diri dalam berbicara. Saya menulis tentang Ahok itu untuk mengkoreksi sebelum dirinya masuk ke dalam kawah candradimuka pertarungan pilkada tahun depan yang sangat ganas, panas dan keras.

Dalam perjuangan panjang kontestasi pilkada DKI ini kacamata kuda Ahok itu perlu dikoreksi. Ia tidak boleh lagi menganggap dirinya benar sendiri yang lain salah. Ia tidak boleh lagi merasa dirinya suci yang lain pendosa. Ia harus rendah hati dan membuang rasa angkuh diri. Ahok harus mau mendengar siapa saja.

Sekali lagi Ahok harus secepatnya mengubah pola komunikasinya. Jangan terlalu offensif dan defensif dalam menghadapi suara suara di luar. Jangan terlalu reaktif atas kritikan. Jangan menganggap kritikan atau teguran itu seperti musuh sedang menyerang. Relawan itu tumbuh sesuai daun dan rantingnya masing masing, tidak bisa dimobilisasi harus berbentuk daun dan ranting model Teman Ahok yang nggih...nggih...nggihhh apapun kata Ahok.

Semangat memperjuangkan Ahok itu adalah tegaknya akal sehat. Merdekanya akal sehat. Keberanian mengungkapkan pendapat. Keberanian menyampaikan perasaan. Sama seperti Ahok yang berani bicara yang benar adalah benar, yang keliru adalah keliru.

Saya percaya teori ilmu Keselamatan Kerja yang mengatakan dari sembilan kali nyaris kecelakaan kerja yang terjadi maka yang kesepuluh pasti kecelakaan terjadi. Itu sebabnya setiap nyaris kecelakaan yang terjadi selalu dievaluasi dan dibuatkan sistem tindakan pencegahannya. Evaluasi dan sistem baru ini akan menghindarkan kejadian kecelakaan menimpa karyawan dan material.

Saya percaya otokritik yang saya sampaikan bulan Maret lalu untuk memberi sudut pandang baru agar Ahok terhindar dari bencana mulutmu harimaumu. Agar Ahok terhindar dari bumerang yang akan merugikannya sendiri.

Sayangnya Ahok sulit mendengar. Ahok dalam perjalanannya terus mengumbar kata kata. Ia menganggap dirinya lebih pantas menjadi Mendagri karena riwayat hidupnya yang menguasai dunia politik.

Ahok juga menyerang Kepala BIN Sutiyoso. Menurut Ahok di masa Sutiyoso pejabat eselon naik pangkat itu tergantung pintar bermain golf apa tidak. Ahok menyebutnya genk golf Balai Kota. Ahok juga lepas kendali mengatakan Jokowi jadi Presiden karena pengembang.

Dan kali ini Ahok kena batunya. Jika Mendagri, Sutiyoso dan Jokowi tidak mau meladeni sentilan Ahok, maka kali ini Risma melawan. Risma tidak terima direndahkan kotanya.

Entah siapa yang benar diantara kedua tokoh ini, yang saya tahu dan ingat Ahok memiliki potensi menyerang secara terbuka siapa saja yang menurutnya itu tidak benar.

Saya sudah mengingatkan Ahok hal ini sejak lama meski untuk itu saya dicibir. Dihina. Dihujat. Dibully. Dinista. Diejek. Direndahkan. Semua caci maki sumpah serapah bulan Maret lalu saya terima karena otokritik saya dianggap menyerang Ahok.

Bagi Teman Ahok, Ahok adalah manusia sempurna. Bagi Teman Ahok, Ahok adalah pusat kebenaran. Manusia suci. Manusia terbaik yang tidak mungkin berbuat dosa dan khilaf.

Bagi saya menyampaikan kritikan adalah cara saya mendukung Ahok agar tidak terjatuh dan semakin banyak dimusuhi.

Dan saya akan selalu begitu meski untuk itu saya habis dibully oleh Teman Ahok. Mungkin pendukung fanatik buta Ahok itu keliru melihat Ahok itu seperti superman, manusia super. Ingatlah Ahok itu juga sama. seperti kita manusia biasa.

Pahamkan sayang....

Birgaldo Sinaga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun