Mohon tunggu...
Birgaldo Sinaga
Birgaldo Sinaga Mohon Tunggu... -

Anak bangsa yang ingin setiap anak bangsa maju berkembang tanpa ada intimidasi, perbedaan perlakuan dan ketidak adilan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Risma Meradang Lalu Melawan Ahok

13 Agustus 2016   14:56 Diperbarui: 13 Agustus 2016   15:43 1358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya cukup panjang Ahok bicara. Ada apresiasinya atas kota Surabaya, namun Ahok juga bicara semua itu karena Risma sdh lama menatanya sejak lama dibanding dirinya yang belum 5 tahun. Surabaya itu juga seperti Jakarta Selatan.

Respon Risma tentu merasa Ia dikerdilkan. Risma merasa disepelekan atas jerih payahnya membangun kota. Pembacaan berita itu membuat Risma meradang. Benar benar marah.

Apa yang kita saksikan merupakan suguhan yang tidak membangun bagi persatuan bangsa. Tidak baik bagi solidaritas kebangsaan kita. Kita menerima suguhan berita Ahok tidak terima Risma dibilang lebih sukses dari dirinya dalam membangun kota. Sementara Risma tidak terima direndahkan Ahok dengan mengecilkan Surabaya setara Jakarta Selatan saja.

Pesan kedua kepala daerah ini menimbulkan reaksi publik yang beragam. Pro kontra terjadi. Saling ejek dan saling serang sesama pendukung merebak. Oleh pendukung Ahok, Risma disebut lebay dan kekanak kanakan. Ahok menyebut Risma Baper. Risma menyebut Ahok sombong. Sementara pendukung Risma dongkol karena ucapan Ahok yang nyinyir dan tidak bersahabat. Sekelompok warga Surabaya bahkan sudah berdemo di alun alun kota mengecam Ahok.

Seperti paragraph pertama diatas,  kita tidak bisa mengatur orang lain berbicara buruk tentang kita, tetapi yang pasti kita bisa mengatur apa yang kita katakan. Seingat saya awal Maret 2015. Pesan itu saya tulis menyikapi ledakan emosi Ahok yang marah kepada relawannya di Balai Kota. Saat itu kemarahan Ahok memuncak dan menjadi berita besar. Dibahas di medsos berhari hari.

Otokritik itu saya tulis sebagai pesan agar Ahok lebih wise dan bisa menahan diri dalam berbicara. Saya menulis tentang Ahok itu untuk mengkoreksi sebelum dirinya masuk ke dalam kawah candradimuka pertarungan pilkada tahun depan yang sangat ganas, panas dan keras.

Dalam perjuangan panjang kontestasi pilkada DKI ini kacamata kuda Ahok itu perlu dikoreksi. Ia tidak boleh lagi menganggap dirinya benar sendiri yang lain salah. Ia tidak boleh lagi merasa dirinya suci yang lain pendosa. Ia harus rendah hati dan membuang rasa angkuh diri. Ahok harus mau mendengar siapa saja.

Sekali lagi Ahok harus secepatnya mengubah pola komunikasinya. Jangan terlalu offensif dan defensif dalam menghadapi suara suara di luar. Jangan terlalu reaktif atas kritikan. Jangan menganggap kritikan atau teguran itu seperti musuh sedang menyerang. Relawan itu tumbuh sesuai daun dan rantingnya masing masing, tidak bisa dimobilisasi harus berbentuk daun dan ranting model Teman Ahok yang nggih...nggih...nggihhh apapun kata Ahok.

Semangat memperjuangkan Ahok itu adalah tegaknya akal sehat. Merdekanya akal sehat. Keberanian mengungkapkan pendapat. Keberanian menyampaikan perasaan. Sama seperti Ahok yang berani bicara yang benar adalah benar, yang keliru adalah keliru.

Saya percaya teori ilmu Keselamatan Kerja yang mengatakan dari sembilan kali nyaris kecelakaan kerja yang terjadi maka yang kesepuluh pasti kecelakaan terjadi. Itu sebabnya setiap nyaris kecelakaan yang terjadi selalu dievaluasi dan dibuatkan sistem tindakan pencegahannya. Evaluasi dan sistem baru ini akan menghindarkan kejadian kecelakaan menimpa karyawan dan material.

Saya percaya otokritik yang saya sampaikan bulan Maret lalu untuk memberi sudut pandang baru agar Ahok terhindar dari bencana mulutmu harimaumu. Agar Ahok terhindar dari bumerang yang akan merugikannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun