Dokter terus menjelaskan diagnosa nya di hadapan mereka berdua. Kata-kata nya sekan-akan mengawang-awang di telinga Rianti. Ingin rasanya ia menutup kedua telinganya. Tak sanggup mendenganrkan itu semua. Sejenak harapan itu seakan hancur begitu saja. Tapi ia harus tegar, ia tidak boleh rapuh, demi Mas Wawan, Demi daffa.
"Lakukan yang terbaik saja dok"
Rianti akan keluar ruangan, sesaat ia merasakan Mas wawan semakin menggenggam tangannya erat.
"Bunda jangan kemana-mana, disini saja temani Ayah" suara Mas wawan terdengar melemah.
"Bunda disini, temani ayah, ayah harus kuat, ayah harus sembuh..."Tak kuasa Rianti rasanya membendung air mata nya.
Dokter akan mempersiapkan perlengkapan untuk cuci darah. Rianti tetap tak beranjak dari sisi tempat tidur mas wawan. Genggaman tangan itu melemah. Tapi Rianti tetap menggenggam erat tangan Mas wawan. Dalam hati ia terus berdoa. Tuhan, semoga ini bukan kesempatan terakhir ia mengenggam tangan penuh cinta ini. Rianti terus menyemangati Mas wawan dengan doa dan kata-kata. Ia melihat ujung mata yang terpejam itu menitikkan air mata setiap kali mendengar nama Daffa disebut.
Kondisi Mas wawan semakin drop. Cuci darah terpaksa ditunda sampai kondisinya stabil terlebih dahulu. Detik demi detik usaha para dokter sepertinya tidak membuahkan hasil. Rianti semaiki tak kuasa menahan air mata nya saat dokter memasangkan alat pemicu detak jantung. Tapi Tuhan berkehendak lain. Sekuat apapun dokter berusaha, sebisa apapun Rianti memohon, tapi Mas Wawan adalah milik-Nya dan kepada-Nya lah ia kembali. Rianti merasakan sekeliling dunia nya gelap saat dokter mengatakan bahwa Mas wawan sudah meninggal dunia.
Rianti tersadar, segera ia menghubungi keluarga-keluarga terdekat, Air mata saja rasanya tidak cukup untuk mengungkapkan betapa kesedihan ini mengungkung Rianti. Mengapa mereka harus dipisahkan di pernikahan yang begitu dini. Saat Cinta ini masih begitu membuncah. Tapi ia tau ada Daffa, anak semata wayang nya, buah cinta nya dengan Mas Wawan yang harus dia jaga dengan baik. Daffa lah segala sumber kekuatan Rianti untuk tetap menjalani hari-hari ke depan. Tuhan lah yang menjadi alasan Rianti untuk tetap tabah dan tawakkal. karena tak setitik pun kejadian di muka bumi ini berada diluar Takdir-Nya.
P.S:Artikel ini terinspirasi dari tragedi kecelakaan bus pariwisata dari Bandung di Kudus, Jateng. Yang salah satu korban nya adalah suami sahabat saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H