Mohon tunggu...
Bikurmatin
Bikurmatin Mohon Tunggu... Administrasi - Jangan Mempermasalahkan Masalah Yang Belum Terjadi

Facebook: Biqe purpleloverz Instagram: Bikurmatin888 Find my others article on www.asalnulis.xyz/biqe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jika Takdir Tuhan yang Berbicara

2 Juni 2016   14:36 Diperbarui: 2 Juni 2016   15:46 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampai detik ini Rianti berharap ini semua hanya mimpi, Rianti masih bisa merasakan erat genggaman tangan Mas Wawan malam itu.

masih Bisa menyaksikan hangat senyum itu yang ternyata untuk terakhir kali nya.

Long weekend yang dinanti-nanti tiba beberapa hari lagi. Kali ini Rianti sudah punya rencana liburan yang benar-benar spektakuler untuk dia dan keluarga kecilnya.

" Daffa sama Mas Wawan pasti suka, ga sabar rasanya pengen segera sampai rumah ngasih tau mereka berdua", gumam Rianti sambil mengendarai motornya menuju rumah siang itu. Ga sabar rasanya menunggu suami tersayang pulang kerja buat menyampaikan rencana liburan long weekend kali ini.

Sore itu Rianti tengah duduk di teras rumah kecil nya sambil mengawasi si gendut Daffa berlari-lari riang mengejar capung. Terlihat Mas Wawan memasuki pekarangan sepulang dari Kantornya. Rianti memang bekerja di kantor kelurahan tempatnya tinggal sehingga ia pulang lebih siang dari suaminya.

" Assalamualaikum", Mas wawan menyapa si kecil sambil menggendongnya masuk ke dalam rumah.

" Waalaikum salam Ayah" Rianti mengikuti mereka ke dalam rumah dengan mata berbinar-binar.

" Ayah kalau sudah mandi, sudah minum kopi, segera ke depan ya, Ada yang Bunda mau omongin"

"Ada apa Bunda, kok sepertinya lagi bahagia banget" 

" Sudah sana mandi dulu" Tukas Rianti.

Sore yang cerah untuk bersantai di beranda rumah.  

"Bunda punya kabar gembira buat kita"

"Appaaa, apaaa???" Sahut Mas Wawan sok-sok penasaran

"Liburan kali inii kita keee.....Bandung"

"Horeeee..." Daffa langsung melonjak gembira, Padahal di usianya yang masih 2 tahun Rianti belum yakin kalau tuh anak ngerti Bandung, heheh mungkin melihat nada bicara Bunda nya yang bersemangat si Daffa jadi ikutan bersemangat.

"Acara di kantor nya Bunda, sama semua Perangkat Desa se kecamatan kok, Ayah ikut yaa? kantor libur juga kan?"

"Emm..Gimana yaa..Bunda yakin mau ajakin Daffa juga, Bandung itu jauh lho..ga kecapekan di jalan ntar?"

"Kan ada Ayah yang..jadi bisa gantian gendongin Daffa..heheh?"

"Hemmm Bunda nih bisa aja alesannya..okelah kita berangkat..apa sih yang enggak buat Bunda cantik?"

Pagi itu Rianti dan keluarga kecilnya sudah ribet bersiap-siap hendak berangkat ke Kantor Kecamatan yang menjadi meeting point liburan ke Bandung kali ini. Tampak wajah-wajah bergembira karena liburan panjang akan dihabiskan di sebuah kota yang terkenal dengan keindahan dan kulinernya tersebut. Sejenak melupakan segala kepenatan dari aktifitas di kantor sepanjang tahun ini.

" Mbk Rianti, Bus nya di Bus 2 ya, ini nomor tempat duduk nya" kata Pak Naim salah seorang perangkat desa sekantor Rianti.

" Wah ga bisa dapet tempat duduk di depan ya pak, takutnya Daffa mabuk perjalanan nanti kalau nggak di depan"

" Oh, Mbk Rianti tuker Bus 1 aja, tadi kayaknya depan kosong"

"Oke deh, kita ke bus 1 aja, terima kasih pak."

Perjalanan yang menyenangkan pun dimulai. sekitar 24 jam kemudian sampailah mereka di Kota Bandung. Paris Van Java dengan segala keindahannya.

2 Hari berlalu dengan cepat. Objek-objek wisata terkenal di Bandung sudah mereka singgahi. Aaah waktu memang berlalu dengan cepat kalau kita sedang melakukan sesuatu yang menyenangkan. Hari terkhir sebelum pulang mereka mengunjungi "Kawah Putih" yang terkenal itu. Setelah berpose-pose ria dengan orang-orang tersayang mereka pun bersiap-siap menaiki bus hendak pulang. Begitu pula dengan Rianti dan keluarga kecilnya. 

"Daffa udah ngantuk nih, Capek mungkin ya, sini Bunda aja yang gendong" 

" Ga mau, mau sama Ayah aja, mau sama Ayah terus sampe pulang" Tukas daffa.

Entah sudah berapa lama perjalanan berlangsung. Sesekali Rianti melihat keluar jendela yang semakin menggelap. Kebanyakan penumpang Bus 1 tertidur lelap karena kecapekan. Demikian pula dengan Rianti yang pada akhirnya terlelap di bahu Mas Wawan dengan Daffa di pangkuannya.

Di tengah tidur lelap nya tiba-tiba Rianti merasakan sebuah pusaran yang memusingkan. Dan dalam sekejap diantara suara teriakan-teriakan Rianti tersadar ia sudah berada diluar Bus dengan mas wawan dalam pelukannya. Bus 1 mengalami kecelakaan di tikungan gelap itu.

"Daffa mas, Daffa mana.." Rianti berteriak sekuat tenaga menyadari si kecil tidak ada dalam pelukannya.

"Bunda, Bunda ga papa, Daffa sudah aman, sudah sama pak Naim" Sahut Mas Wawan.

"Pokoknya aku mau lihat Daffa mas..."

Rianti berdiri dan berlarian mencari Daffa di antara kekacauan itu. Begitu dilihatnya Daffa di gendongan Pak. Naim, Rianti langsung menghambur memeluk Daffa. Tak peduli darah mengucur di hidung dan luka-luka nya yang lain. Syukurlah si kecil tidak terluka parah. Hanya menangis karena trauma dengan semua kejadian tersebut.

Ambulance segera datang mengevakuasi semua korban di rumah sakit terdekat. Sambil menggendong Daffa, Rianti mendapat pertolongan pertama untuk luka-lukanya. Ternyata Mas Wawan kondisinya cukup parah, sehingga begitu sampai di rumah sakit yang ternyata masih berada di daerah Kudus, Jawa tengah ia tidak sadarkan diri dan segera dibawa ke ruang ICU. jauh dari keluarga terdekat dalam semua kekacauan ini hanya doa yang bisa menguatkan Rianti. Semoga semua berlalu dengan baik-baik saja. Semoga Tuhan masih memberikan kesempatan lebih lama untuk keutuhan keluarga kecilnya.

Hari demi Hari Berlalu, sehari yang lalu Daffa suda dijemput sama Adiknya untuk dibawa pulang ke Sidoarjo. Sedangkan Rianti masih harus menunggu mas Wawan yang belum juga sadar di rumah sakit. Operasi demi operasi dilalui Mas Wawan dengan iringan doa dari Rianti maupun kerabat dan teman-teman nya.

Lima hari sudah Rianti menemani Mas Wawan berjuang di Rumah sakit. Sampai hari itu Mas wawan sudah sadar dari serangkaian operasi. Rianti menemanunya di Ruang ICU, menyemangati agar mas Wawan bertahan. Dengan kekuatan doa dan cinta Rianti yakin masa-masa kritis ini akan berlalu.

"Ayah, cepat sembuh ya, Kita pulang, Daffa udah nyariin ayah terus tuh"

"Daffa nya mana Bun?"

"Daffa Sudah dijemput sama adik, kasihan kalau harus ikut menginap di rumah sakit"

Seorang dokter memasuki ruangan.

"Bu, Bapak ini ini harus dicuci darah"

"Lho kenapa ya dokter?" Tanya Rianti Terkejut

"Iya, karena ada bagian dari ginjal Pak Wawan yang cedera......"

Dokter terus menjelaskan diagnosa nya di hadapan mereka berdua. Kata-kata nya sekan-akan mengawang-awang di telinga Rianti. Ingin rasanya ia menutup kedua telinganya. Tak sanggup mendenganrkan itu semua. Sejenak harapan itu seakan hancur begitu saja. Tapi ia harus tegar, ia tidak boleh rapuh, demi Mas Wawan, Demi daffa.

"Lakukan yang terbaik saja dok"

Rianti akan keluar ruangan, sesaat ia merasakan Mas wawan semakin menggenggam tangannya erat.

"Bunda jangan kemana-mana, disini saja temani Ayah" suara Mas wawan terdengar melemah.

"Bunda disini, temani ayah, ayah harus kuat, ayah harus sembuh..."Tak kuasa Rianti rasanya membendung air mata nya.

Dokter akan mempersiapkan perlengkapan untuk cuci darah. Rianti tetap tak beranjak dari sisi tempat tidur mas wawan. Genggaman tangan itu melemah. Tapi Rianti tetap menggenggam erat tangan Mas wawan. Dalam hati ia terus berdoa. Tuhan, semoga ini bukan kesempatan terakhir ia mengenggam tangan penuh cinta ini. Rianti terus menyemangati Mas wawan dengan doa dan kata-kata. Ia melihat ujung mata yang terpejam itu menitikkan air mata setiap kali mendengar nama Daffa disebut.

Kondisi Mas wawan semakin drop. Cuci darah terpaksa ditunda sampai kondisinya stabil terlebih dahulu. Detik demi detik usaha para dokter sepertinya tidak membuahkan hasil. Rianti semaiki tak kuasa menahan air mata nya saat dokter memasangkan alat pemicu detak jantung. Tapi Tuhan berkehendak lain. Sekuat apapun dokter berusaha, sebisa apapun Rianti memohon, tapi Mas Wawan adalah milik-Nya dan kepada-Nya lah ia kembali. Rianti merasakan sekeliling dunia nya gelap saat dokter mengatakan bahwa Mas wawan sudah meninggal dunia.

Rianti tersadar, segera ia menghubungi keluarga-keluarga terdekat, Air mata saja rasanya tidak cukup untuk mengungkapkan betapa kesedihan ini mengungkung Rianti. Mengapa mereka harus dipisahkan di pernikahan yang begitu dini. Saat Cinta ini masih begitu membuncah. Tapi ia tau ada Daffa, anak semata wayang nya, buah cinta nya dengan Mas Wawan yang harus dia jaga dengan baik. Daffa lah segala sumber kekuatan Rianti untuk tetap menjalani hari-hari ke depan. Tuhan lah yang menjadi alasan Rianti untuk tetap tabah dan tawakkal. karena tak setitik pun kejadian di muka bumi ini berada diluar Takdir-Nya.

P.S:Artikel ini terinspirasi dari tragedi kecelakaan bus pariwisata dari Bandung di Kudus, Jateng. Yang salah satu korban nya adalah suami sahabat saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun