B. PEMBERDAYAAN LAHAN MARGINAL, LAHAN GAMBUT MASAM DAN PASIRKUARSA
Lahan masam gambut, sulfat masam dan berpirit, lahan pasir kuarsa adalah lahan marginal untuk pertanian dan jumlahnya jutaan hektar salah satunya di PLG sejuta hektar Kapuas. Pemanfaatan lahan tersebut secara konvensional untuk pertanian akan mengalami banyak kendala teknis yang ditandai dengan rendahnya produktivitas dan bahkan jika tidak tepat penanganan akan mengganggu lingkungan. Menghadapi tantangan biofisik tersebut telah dilakukan rekayasa microbial dan inovasi organic sejak tahun 1998 – 2000 untuk pemberdayaannya dengan teknologi Bio Perforasi. Hasilnya di PLG pada sekala terbatas saat itu mampu melipatgandakan produksi lebih dari 250% dari rata-rata setempat. Bahkan di lahan kritis yang memiliki tipe tanah marginal pasir kuarsa (di Palangka Raya dan UPT Sei Gohong), teknologi ini mampu untuk budidaya kedelai dengan kisaran hasil mencapai 3,8 ton/ha jauh lebih tinggi dari hasil cara konvensional (umum petani) hanya mampu 0,4 - 0,6 ton/ha. Berikut ini fakta-fakta penanganan lahan Marginal Gambut dan Lahan pasir kuarsa di daerah-daerah potensial pertanian di Indonesia:
1. DI LAHAN GAMBUT LAMUNTI A2 PLG-KAPUAS
Sebelum di hentikan pengembangan Lahan Gambut sejuta Hektar (PLG) Kapuas-Kalteng pada tahun2000, sebenarnya telah berhasil ditemukan teknologi yang efektifdan efisien untuk menjadikan lahan Gambut layak untuk produksi tanaman pangan. Penanaman kedelai seluas 200ha di UPT Dadahup B2,G1,G2,G3 dan Lamunti A2 dengan teknologi BioP2000Z telah memberikan bukti bahwa kedelai mampu berproduksi lebih dari 3,0 ton/ha dan menepis anggapan sebelumnya bahwa kedelai tidak bias tumbuh dengan baik di PLG. Bukti sertifikat produksi terlampir. Uji coba pada tanaman Padi di UPT Dadahup A4 dan Palingkau SP1 saat itu mampu berproduksi 6,0 ton/ha. Bahkan cara microbial ini lebih efektif dan murah dalam meningkatkan pH Gambut tanpa Pengapuran
2. DI LAHAN PASIR KUARSA
Gambar di samping adalah tanaman kedelai yang di tanam diBalatrans P.Raya Kalteng dan di UPT Sei Gohong yang berlahan masam pasir kuarsa dan produktivitas hasil ubinan 4,2 ton/ha pada tahun 1998. Inovasi menyemai mikroba Bio P2000Z di lahan tersebut menjadikan lahan pasir kuarsa lebih produktif ditandai degan tumbuh suburnya kedelai ini sebagai tanaman indicator. Keberhasilan memberdayakan lahan pasir ini meyakinkan petani setempat untuk memanfaatkan sebagai lahan pertanian produktif. Di lokasi ini sekarang telah berkembang menjadi sentra sayuran yang mensuplai kota Palangkaraya.
3. DI LAHAN GAMBUT MESUJI
Awal penempatan transmigran dilahan gambut pasang surut kawasan Mesuji Lampung produktivitas pangan sangat rendah yaitu padi 2ton/ha, kedelai 0,7 ton/ha dan jagung 2,5 ton/ha. Tahun 2000, Menakertrans mengajak penemu mengintroduksi teknologi Bio P2000Z di kawasan tersebut. Hasilnya meningkat signifikan dan Menakertrans (Ir. Alhilal Hamdi) panen kedelai dihamparan lahan 50ha dengan rata-rata produksi 2,5 – 5,2 ton/ha yang selanjutnya berkembang menjadi sentra pangan dan telah menjadi kota kecamatan. 4 April 2007 menakertrans dan Gub. Lampung panen Padi yang meningkat dari rata-rata 4ton/ha menjadi 7–9ton/ha melalui penerapan teknologi ini yang lebih intensif dan Menakertrans mencanangkan menjadi kawasan KTM.
4. DI LAHAN PS. SURUT – MUBA
Di daerah Air Kubang Padang Muba-Sumsel berahan Ps.Surut Sulfat masam adalah lahan lahan bermasalah untuk produksi tanaman pangan. Pada tahun2000/2001 untuk menetralkan racun tanah dengan cara teknik microbial efektif merubah lahan menjadi produktif untukmemproduksi kedelai 2,8 ton/ha dan padi. Pengaruh dari penerapan mikroba Bio P2000Z semakin meningkatkan kesuburan lahan dan sekarang menjadi sentra produksi pangan daerah.
5. DI LHN GAMBUT P.S. OGAN ILIR
UPT Parit dan UPT Rambutan adalah lokasi transmigrasi lahan Gambut Ps. Surut yang baru dibuka dan warga trans yang ditempatkan baru 7 bulan. Secara normal lahan tersebut baru produktif dapat panen setelah 3tahun diolah dan ditanami transmigran secara terus menerus. Dengan pendampingan transmigran agar menerapkan kawalan teknologi Bio perforasi,ternyata mampu langsung produktif menghasilkan panen kedelai 1,8 – 4,3 ton/ha dan pada padi hibrida produktivitasnya 7,9ton/ha GKG meski UPT tersebut belum berumur 1 tahun.
Panen raya kedelai oleh Menakertrans dan gubernur Sumsel sebagai awal dicanangkannya Kota Terpadu Mandiri KTM Transmigrasi DI LaHN PS.SURUT TANJAB.TIMUR JAMBI Dilahan ps.surut bergambut di Desa Rantau Rasau Tanjung Jabung Timur, Jambi adalah lahan potensial pertanian, namun produktivitasnya rendah,meski sudah 10tahun di usahakan.
Tahun 2002 dilakukan trobosan produksi untuk meningkatkan kesejahteraan petani, Melalui teknologi Bioperforasi dilakukan pilot project penanaman kedelai seluas 400ha dan berhasil. Panen raya dilakukan oleh Gubernur Jambi dengan produktivitas 2,6-4,6ton/ha. Keberhasilan dalam pemberdayaan lahan Psg.Surut bergambut tersebut memotivasi Pemda dan masyarakat setempat mengelola lahan tersebut lebih intensif dan hasilnya sekarang kawasan tersebut sebagai sentra produksi pangan(Padi,Kedelai dan Jagung).
7. DI LAHAN GAMBUT KALBAR
Lahan Gambut Di Kalbar seperti di kawasan Rasau Jaya dan Sungai bulan adalah daerah pertanian yang diunggulkan sebagai Kawasan Agropolotan. Namun daya dukung kesuburannya rendah karena sifat gambut.
Melalui Teknologi Bio Perforasi lahan tersebut ditanam jagung dan produktivitasnya meningkat dari 4– 6 ton/ha menjadi 7–9ton/ha jagung.
Saat ini sudah didirikan pabrik untuk menampung jagung petani mitera bianaan
GUBERNUR JAMBI SERIUS MEMPERHATIKAN LAHAN GAMBUT TANUNG JABUNG TIMUR -JAMBI
C. PEMBERDAYAAN PETANI TRADISIONAL DIPEDESAAN YANG BERADA DI SUMBER DAYA LAHAN MARGINAL DAN DAERAH TERPENCIL.
Tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran tidak kentara di pedesaan menjadikan alasan utama untuk membangun produktivitas sebagai solusi untuk memberikan peningkatan kesejahteraan. Pengalaman penulis dari penanganan daerah-daerah terpencil daerah transmigrasi pada kultur masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah besar perannya membangun keberhasilan pemberdayaan petani mitera yang berbasis produktivitas dan penerapan teknologi.
Faktor penentu dalam memperbaiki kehidupan petani adalah menjadikan subur lahan yang dimiliki sebagai asset utamanya sehingga pertanamannya akan lebih produktif dan efisien. Penerapan teknologi Bioperforasi ke dalam pola usaha tani masyarakat telah mampu mencerdaskan dan meningkatkan semangat petani untuk memperoleh hasil tertinggi dalam usaha taninya. Memulai dengan percontohan terbatas dan memberikan bukti-bukti nyata telah mendorong beberapa daerah berkembang menjadi daerah sentra produksi.
Beberapa daerah tersebut antara lain sebagai berikut:
1.SIMARHOMPA KEC. SIPAHUTAR – TAPUT-SUMUT
Pemberdayaan masyarakat desa terpencil dilakukan dengan meningkatkan produktivitas tanaman nanas dengan tumpangsari tanaman jagung ketinggian 1200mdpl di desa Siabal-abal III dusun Simarhompa dengan kultur masyarakat Adat suku Batak yang kental. Semula produktivitas jagung rata-rata 3 ton/ha, meningkat menjadi 7– 8 ton/ha. Setelah dua tahun Nanas berproduksi dari 15 - 25ton/ha meningkat menjadi 40 – 60ton/ha.
Dimana para peserta petani binaan (desa sekitar:Onan Rungu, Pangaribuan dll.) sedang mendapatkan pelatihan teknologi dan di bawah adalah petani nanas yang berhasil mengatasi kemalasannya menjadikan lahannya sebagai lahanproduktif.
PANEN PERDANA JAGUNG HASIL PENERAPAN KEMITRAAN BIOTEKNOLOGI BIO P2000Z TERNYATA RATA-RATA 1 BATANG = 2 –3 TONGKOL SAMA BESAR, ..... POTENSI YANG LUAAAR BIASA !!!