Mohon tunggu...
Binar RikenPuguh
Binar RikenPuguh Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah mahasiswa universitas airlangga fakultas ilmu sosial dan politik program studi ilmu politik angkatan 2021

Selanjutnya

Tutup

Bola

Carlo Ancelotti, Si Miskin Taktik Penguasa Liga Champions

3 Juni 2022   15:49 Diperbarui: 3 Juni 2022   16:16 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari Minggu (29/5/2022), Telah berlangsung pertandingan Final Liga Champions yang mempertemukan dua tim pengoleksi piala Champions terbanyak di negaranya masing-masing antara Real Madrid dan Liverpool di Stadion Parc Des Princes, Prancis. 

Pada pertandingan ini, Real Madrid dianggap sebagai Underdog oleh sebagian besar pundit sepakbola bahkan beberapa dari mereka menganggap Liverpool dapat dengan mudah menaklukan Real Madrid dan menjadi kampiun Liga Champions 2022. 

Hal ini didasari atas permainan yang mereka berikan, banyak orang yang menilai bahwa Real Madrid beruntung dapat melangkah ke partai final setelah menyingkirkan para kandidat juara di fase sebelumnya dengan permainan yang mereka lakukan. 

Hal ini pun menimbulkan anggapan bahwa sang pelatih, Carlo Ancelotti merupakan seorang pelatih yang miskin taktik dan hanya bermain mengandalkan skill dari para pemainnya tidak dengan permainan secara kolektif sebagai tim. 

            Pertandingan seru ini dimenangkan oleh Real Madrid dengan skor tipis 1-0. Gol dari Vinicius Jr menjadi satu-satunya bola yang berhasil melesat masuk ke gawang Allison. Namun, gelar pemain terbaik pada pertandingan ini didapatkan oleh kiper Real Madrid, Thibaut Courtois. 

Kiper Belgia tersebut berhasil mematahkan semua serangan brilian dari Moh. Salah cs bertubi-tubi. Rasio serangan dari kedua tim pun tidak seimbang, secara statistik, Liverpool sangat unggul dalam laga kali ini.  Liverpool menguasa pertandingan dengan  54% pengusaan bola dan Real hanya 46%. 

Kemudian Liverpool berhasil melesakkan 24 tendangan dan 9 diantaranya shoots on target berbanding terbalik dengan Real Madrid yang Hanya melesakkan 4 tendangan dan hanya 2 yang shoots on target yang kemudian satu diantara berhasil menjadi gol.

            Atas hasil tersebut, banyak pundit yang mengatakan bahwa Real Madrid menjuarai liga champions karena faktor keberuntungan mereka sangat besar. Sang pelatih, Carlo Ancelotti menjadi bahan perbincangan sepanjang musim ini atas prestasi yang mereka raih. Banyak orang beranggapan bahwa karir Ancelotti di Madrid ditolong oleh Benzema, Modric dan Courtois, namun nyatanya semua hal tersebut dibungkam oleh prestasi Ancelotti. 

Pelatih dengan gelar Liga Champions terbanyak ini membuktikan bahwa bermain sepakbola bukan melulu bermain tiki-taka yang indah ataupun gegenpressing yang agresif. Don Carlo (sapaan Ancelotti) membuktikan bahwa tujuan bermain sepakbola adalah mencetak gol.

Banyak orang yang kurang memperhatikan taktik Ancelotti pada laga ini, Ancelotti bermain menggunakan 4-3-3 yang berubah menjadi  5-3-2 ketika mereka diserang. dengan trio lini depan Vinicus, Benzema dan Valverde. Valverde yang sebenarnya adalah seorang gelandang energik ditaruh di sisi sayap kanan oleh Ancelotti guna meredam serangan Liverpool dari sayap kiri yang diisi oleh Luiz Diaz dan ditopang oleh Andy Robertson. 

Taktik tersebut sangat efektif dimana penampilan moncer Luiz Diaz musim ini tidak mampu berbuat banyak ketika menghadapi El Real. Trio lini tengah legendaris Madrid (Modric, Kroos, Casemiro) menjadi starting, sementara Casemiro ketika diserang akan bermain jauh lebih turun guna menjadi tembok pertama Madrid. 

Sementara sisi bertahan dihuni oleh Carvajal, Militao, Alaba, Mendy dan penjaga gawang Courtois yang mereka semua bermain sangat apik. Permainan Liverpool yang mengandalkan serangan dari sisi sayap berhasil beberapa kali dieksploitasi oleh Real. 

Duo bek sayap Liverpool yang aktif menyerang ternyata meninggalkan lubang yang diisi dengan baik oleh sayap real madrid ketika akan melakukan serangan balik. Kali ini taktik yang digunakan oleh Ancelotti sangat tepat, ruang terbuka yang ditinggalkan Robertson ketika ingin merebut bola dari Luka Modric membuat trio penyerang Real Madrid memiliki jumlah yang sama dengan bek Liverpool. 

Hal tersebut membuat Valverde berhasil memberi assist kepada Vinicius Jr tanpa adanya pengawalan karena Konate dan Trent Alexander Arnold terlalu fokus menjaga Benzema. Atas hasil ini, Ancelotti membuktikan kepada semua orang bahwa dia bukanlah pelatih yang miskin taktik, dia merupakan pelatih yang tahu kemampuan para pemainnya dan sukses menerapkan strategi yang relevan dengan Kemampuan para pemainnya. 

Atas hasil ini, Ancelotti sukses mencetak rekor sebagai pelatih pemilik gelar Liga Champions terbanyak dengan menyalip jumlah Zinedine Zidane.

Pada hari Minggu (29/5/2022), Telah berlangsung pertandingan Final Liga Champions yang mempertemukan dua tim pengoleksi piala Champions terbanyak di negaranya masing-masing antara Real Madrid dan Liverpool di Stadion Parc Des Princes, Prancis. 

Pada pertandingan ini, Real Madrid dianggap sebagai Underdog oleh sebagian besar pundit sepakbola bahkan beberapa dari mereka menganggap Liverpool dapat dengan mudah menaklukan Real Madrid dan menjadi kampiun Liga Champions 2022.

 Hal ini didasari atas permainan yang mereka berikan, banyak orang yang menilai bahwa Real Madrid beruntung dapat melangkah ke partai final setelah menyingkirkan para kandidat juara di fase sebelumnya dengan permainan yang mereka lakukan. Hal ini pun menimbulkan anggapan bahwa sang pelatih, Carlo Ancelotti merupakan seorang pelatih yang miskin taktik dan hanya bermain mengandalkan skill dari para pemainnya tidak dengan permainan secara kolektif sebagai tim. 

Pertandingan seru ini dimenangkan oleh Real Madrid dengan skor tipis 1-0. Gol dari Vinicius Jr menjadi satu-satunya bola yang berhasil melesat masuk ke gawang Allison. Namun, gelar pemain terbaik pada pertandingan ini didapatkan oleh kiper Real Madrid, Thibaut Courtois. Kiper Belgia tersebut berhasil mematahkan semua serangan brilian dari Moh.

Salah cs bertubi-tubi. Rasio serangan dari kedua tim pun tidak seimbang, secara statistik, Liverpool sangat unggul dalam laga kali ini.  Liverpool menguasa pertandingan dengan  54% pengusaan bola dan Real hanya 46%. Kemudian Liverpool berhasil melesakkan 24 tendangan dan 9 diantaranya shoots on target berbanding terbalik dengan Real Madrid yang Hanya melesakkan 4 tendangan dan hanya 2 yang shoots on target yang kemudian satu diantara berhasil menjadi gol.

Atas hasil tersebut, banyak pundit yang mengatakan bahwa Real Madrid menjuarai liga champions karena faktor keberuntungan mereka sangat besar. 

Sang pelatih, Carlo Ancelotti menjadi bahan perbincangan sepanjang musim ini atas prestasi yang mereka raih. Banyak orang beranggapan bahwa karir Ancelotti di Madrid ditolong oleh Benzema, Modric dan Courtois, namun nyatanya semua hal tersebut dibungkam oleh prestasi Ancelotti. Pelatih dengan gelar Liga Champions terbanyak ini membuktikan bahwa bermain sepakbola bukan melulu bermain tiki-taka yang indah ataupun gegenpressing yang agresif. 

Don Carlo (sapaan Ancelotti) membuktikan bahwa tujuan bermain sepakbola adalah mencetak gol. Banyak orang yang kurang memperhatikan taktik Ancelotti pada laga ini, Ancelotti bermain menggunakan 4-3-3 yang berubah menjadi  5-3-2 ketika mereka diserang. dengan trio lini depan Vinicus, Benzema dan Valverde. 

Valverde yang sebenarnya adalah seorang gelandang energik ditaruh di sisi sayap kanan oleh Ancelotti guna meredam serangan Liverpool dari sayap kiri yang diisi oleh Luiz Diaz dan ditopang oleh Andy Robertson. Taktik tersebut sangat efektif dimana penampilan moncer Luiz Diaz musim ini tidak mampu berbuat banyak ketika menghadapi El Real. Trio lini tengah legendaris Madrid (Modric, Kroos, Casemiro) menjadi starting, 

sementara Casemiro ketika diserang akan bermain jauh lebih turun guna menjadi tembok pertama Madrid. Sementara sisi bertahan dihuni oleh Carvajal, Militao, Alaba, Mendy dan penjaga gawang Courtois yang mereka semua bermain sangat apik. Permainan Liverpool yang mengandalkan serangan dari sisi sayap berhasil beberapa kali dieksploitasi oleh Real. Duo bek sayap Liverpool yang aktif menyerang ternyata

meninggalkan lubang yang diisi dengan baik oleh sayap real madrid ketika akan melakukan serangan balik. Kali ini taktik yang digunakan oleh Ancelotti sangat tepat, ruang terbuka yang ditinggalkan Robertson ketika ingin merebut bola dari Luka Modric membuat trio penyerang Real Madrid memiliki jumlah yang sama dengan bek Liverpool. Hal tersebut membuat Valverde berhasil memberi assist kepada Vinicius Jr

tanpa adanya pengawalan karena Konate dan Trent Alexander Arnold terlalu fokus menjaga Benzema. Atas hasil ini, Ancelotti membuktikan kepada semua orang bahwa dia bukanlah pelatih yang miskin taktik, dia merupakan pelatih yang tahu kemampuan para pemainnya dan sukses menerapkan strategi yang relevan dengan Kemampuan para pemainnya. 

Atas hasil ini, Ancelotti sukses mencetak rekor sebagai pelatih pemilik gelar Liga Champions terbanyak dengan menyalip jumlah Zinedine Zidane.

Pada hari Minggu (29/5/2022), Telah berlangsung pertandingan Final Liga Champions yang mempertemukan dua tim pengoleksi piala Champions terbanyak di negaranya masing-masing antara Real Madrid dan Liverpool di Stadion Parc Des Princes, Prancis. Pada pertandingan ini, Real Madrid dianggap sebagai Underdog oleh sebagian besar pundit sepakbola bahkan beberapa dari mereka menganggap Liverpool dapat dengan mudah menaklukan 

Real Madrid dan menjadi kampiun Liga Champions 2022. Hal ini didasari atas permainan yang mereka berikan, banyak orang yang menilai bahwa Real Madrid beruntung dapat melangkah ke partai final setelah menyingkirkan para kandidat juara di fase sebelumnya dengan permainan yang mereka lakukan. Hal ini pun menimbulkan anggapan bahwa sang pelatih, 

Carlo Ancelotti merupakan seorang pelatih yang miskin taktik dan hanya bermain mengandalkan skill dari para pemainnya tidak dengan permainan secara kolektif sebagai tim. 

Pertandingan seru ini dimenangkan oleh Real Madrid dengan skor tipis 1-0. Gol dari Vinicius Jr menjadi satu-satunya bola yang berhasil melesat masuk ke gawang Allison. Namun, gelar pemain terbaik pada pertandingan ini didapatkan oleh kiper Real Madrid, Thibaut Courtois. Kiper Belgia tersebut berhasil mematahkan semua serangan brilian dari Moh. 

Salah cs bertubi-tubi. Rasio serangan dari kedua tim pun tidak seimbang, secara statistik, Liverpool sangat unggul dalam laga kali ini.  Liverpool menguasa pertandingan dengan  54% pengusaan bola dan Real hanya 46%. Kemudian Liverpool berhasil melesakkan 24 tendangan dan 9 diantaranya shoots on target berbanding terbalik dengan Real Madrid yang Hanya melesakkan 4 tendangan dan hanya 2 yang shoots on target yang kemudian satu diantara berhasil menjadi gol.

Atas hasil tersebut, banyak pundit yang mengatakan bahwa Real Madrid menjuarai liga champions karena faktor keberuntungan mereka sangat besar. Sang pelatih, Carlo Ancelotti menjadi bahan perbincangan sepanjang musim ini atas prestasi yang mereka raih. Banyak orang beranggapan bahwa karir Ancelotti di Madrid ditolong oleh Benzema, Modric dan Courtois,

 namun nyatanya semua hal tersebut dibungkam oleh prestasi Ancelotti. Pelatih dengan gelar Liga Champions terbanyak ini membuktikan bahwa bermain sepakbola bukan melulu bermain tiki-taka yang indah ataupun gegenpressing yang agresif. Don Carlo (sapaan Ancelotti) membuktikan bahwa tujuan bermain sepakbola adalah mencetak gol. Banyak orang yang kurang memperhatikan taktik Ancelotti pada laga ini, Ancelotti

 bermain menggunakan 4-3-3 yang berubah menjadi  5-3-2 ketika mereka diserang. dengan trio lini depan Vinicus, Benzema dan Valverde. Valverde yang sebenarnya adalah seorang gelandang energik ditaruh di sisi sayap kanan oleh Ancelotti guna meredam serangan Liverpool dari sayap kiri yang diisi oleh Luiz Diaz dan ditopang oleh Andy Robertson. Taktik tersebut sangat efektif dimana penampilan moncer Luiz Diaz musim ini 

tidak mampu berbuat banyak ketika menghadapi El Real. Trio lini tengah legendaris Madrid (Modric, Kroos, Casemiro) menjadi starting, sementara Casemiro ketika diserang akan bermain jauh lebih turun guna menjadi tembok pertama Madrid. Sementara sisi bertahan dihuni oleh Carvajal, Militao, Alaba, Mendy dan penjaga gawang Courtois yang mereka semua bermain sangat apik. Permainan Liverpool yang mengandalkan 

serangan dari sisi sayap berhasil beberapa kali dieksploitasi oleh Real. Duo bek sayap Liverpool yang aktif menyerang ternyata meninggalkan lubang yang diisi dengan baik oleh sayap real madrid ketika akan melakukan serangan balik. Kali ini taktik yang digunakan oleh Ancelotti sangat tepat, ruang terbuka yang ditinggalkan Robertson ketika ingin merebut bola dari Luka Modric membuat trio penyerang 

Real Madrid memiliki jumlah yang sama dengan bek Liverpool. Hal tersebut membuat Valverde berhasil memberi assist kepada Vinicius Jr tanpa adanya pengawalan karena Konate dan Trent Alexander Arnold terlalu fokus menjaga Benzema. Atas hasil ini, Ancelotti membuktikan kepada semua orang bahwa dia bukanlah pelatih yang miskin taktik, dia merupakan pelatih yang tahu kemampuan para pemainnya dan sukses 

menerapkan strategi yang relevan dengan Kemampuan para pemainnya. Atas hasil ini, Ancelotti sukses mencetak rekor sebagai pelatih pemilik gelar Liga Champions terbanyak dengan menyalip jumlah Zinedine Zidane.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun