Keadaan seperti ini berbanding terbalik pada saat penulis melaksanakan asesmen dengan teknik kinerja. Para siswa sangat antusias, bahagia dan dengan bebas berani menyampaikan gagasan atas pertanyaan yang saya sampaikan.
Teknik Kinerja Menciptakan Wellbeing dalam Asesmen
Teknik kinerja menadi salah satu teknik asesmen menciptakan emosi siswa tenang, menghilangkan perasaan sedang dinilai, dan membangun keadaan yang sejahtera (wellbeing) Para peserta didik tidak merasakan bahwa diri mereka sedang melaksanakan asesmen. Ini sebuah kondisi yang sangat memerdekakan seseorang. Tidak ada perasaan diintimidasi oleh waktu atau oleh pertanyaan yang harus dijawab berdasarkan ingatan.
Teknik Kinerja  Menilai Proses
Teknik kinerjsa lebih mencerminkan penilaian sebuah proses. Seorang pendidik tidak terjebak dengan jawaban akhir siswa yang sering menjadi hasil pengulangan terus menerus. Teknik kinerja memberi gambaran kualitas proses seorang siswa menyelesaikan sebuah pekerjaan. Guru melakukan pengamatan berdasarkan pada instrumen penilaian yang telah dibuat.
Â
Teknik Kinerja Berpusat Pada Siswa
Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah pembelajaran yang memperhatikan karakteristik peserta didik. Termasuk kebutuhan, keterbatasan dan keunikan setiap peserta didik sehingga mereka bisa berkembang optimal. Capaian perkembangan optimal ini tentu tidak bisa diartikan semua siswa memperoleh capaian yang sama besarnya. Capaian optimal artinya capaian sesuai dengan kapasitas masing-masing siswa.
Nah, di dalam asesmen, tentu saja alat yang digunakan untuk mengukur juga berdasarkan pada karakteristik peserta didik tersebut. Teknik kinerja merupakan teknik asesmen yang memperhatikan keunikan setiap siswa. Pendidik akan menggunakan data awal terkait kondisi siswa yang kemudian digunakan untuk mengukur kinerja masing-masing siswa.
Asesmen seperti ini sungguh adil karena setiap siswa akan mendapatkan penilaian kinerja yang sesuai dengan kapasitas dan kontribusi mereka masing-masing.
Pendidik harus mampu mengubah cara melakukan asesmen. Selama ini hanya satu teknik yang digunakan untuk asesmen, yaitu tes tertulis. Tes tertulis tidak bisa mengukur proses, dan lebin fokus mengukur pencapaian koqnitif.