Mohon tunggu...
Purwanto (Mas Pung)
Purwanto (Mas Pung) Mohon Tunggu... Guru - Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi | Sekolah Penggerak Angkatan 2 | Narasumber Berbagi Praktik Baik | Kepala Sekolah Inspiratif Tahun 2022 Kategori Kepala SMA | GTK Berprestasi dan Inspirasi dari Kemenag 2023 I Penyuluh Agama Katolik Non PNS Teladan Nasional ke-2 tahun 2021 I Writer | Pengajar K3S KAJ | IG: masguspung | Chanel YT: Purwanto (Mas Pung) | Linkedln: purwanto, M.Pd | Twitter: @masguspung | email: bimabela@yahoo I agustinusp134@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pembelajaran Reflektif, Menyeimbangkan Pengetahuan dengan Karakter

13 Januari 2023   20:55 Diperbarui: 14 Januari 2023   08:06 1198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah murid sekolah dasar mengikuti belajar tatap muka di Dumai, Riau, Kamis (26/8/2021) ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/rwa.(ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid) 

"Bagaimana agar peserta didik mempraktikkan ajaran di kelas dalam perilaku sehari-hari?" Inilah pertanyaan yang disampaikan kompasianer, Limantina Sihaloho, pada saat membaca artikel saya yang berjudul "Menulis Karya Tulis Ilmiah, Belajar Menyusun Pola Berpikir Rasional"

Harus kita akui bahwa salah satu persoalan di dunia pendidikan adalah adanya gap antara capaian pembelajaran kognitif siswa dengan perilaku mereka sehari-hari. 

Gap tersebut disadari menjadi salah satu penyumbang terbesar rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Untuk mengatasi itu, Kurikulum Merdeka mendorong para guru melaksanakan  pembelajaran reflektif sebagai pembelajaran yang menyeimbangkan antara pengetahuan (kognitif) dengan karakter.

Mengapa Pembelajaran Reflektif Penting?

Disadari selama ini pendidikan di sekolah mengukur keberhasilan peserta didik dari pencapaian ranah kognitif.

Peserta didik harus menguasai kompetensi dasar (mastery) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. Alat ukur pun ditetapkan sama untuk semua siswa dalam bentuk kriteria ketuntasan minimal atau yang dikenal dengan istilah KKM.

Tidak bisa dipungkiri alat ukur KKM ini mendorong terjadinya kompetisi diantara siswa. Parahnya kompetisi sering terjadi secara tidak sehat. "Yang penting hasil. Cara memperoleh hasil tidak begitu dihiraukan" Cara berpikir ini berakibat lahirnya gap antara capaian kognitif dengan karakter makin lebar.

Peserta didik dan guru fokus pada pencapaian KKM melalui penguasaan materi ajar. Proses pembelajaran sering kali diabaikan demi memperoleh hasil yang memenuhi standar KKM. Kondisi seperti ini menyebabkan guru dan siswa banyak berlatih mengerjakan soal-soal. Maka muncul bank soal. Pada saat ujian, siswa pun terdorong untuk nyontek.

Kelemahan praktik seperti ini diatasi dengan pembelajaran reflektif.  Di dalam pembelajaran reflektif, asesmen menjadi bagian dari siklus pembelajaran. 

Hasil asesmen digunakan sebagai cermin refleksi pendidik dan peserta didik untuk memperbaiki pembelajaran. Pembelajaran refleksi lebih berfokus pada proses dan keberagaman kemampuan peserta didik.

Guru menyadari setiap peserta didik punya karakteristik yang berbeda. Setiap siswa punya kemampuan yang berbeda-beda, karena itu tidak semua siswa mendapatkan materi ajar yang sama. Tidak setiap siswa diasesmen dengan cara yang sama.

ilustrasi gambar. Pembelajaran Reflektif menyeimbangkan pengetahuan dengan karakter (Sumber: ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id)
ilustrasi gambar. Pembelajaran Reflektif menyeimbangkan pengetahuan dengan karakter (Sumber: ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id)

Di dalam kurikulum merdeka, pembelajaran reflektif sebagai tindakan refleksi yang dilakukan oleh guru dan siswa.  Terdapat berbagai model refleksi yang ditawarkan kepada guru. Salah satu model refleksi yaitu tangga refleksi. 

Baca: Tangga Refleksi, Model Refleksi yang "Helpful" untuk Pengembangan Diri

Bagiamana Melakukan Pembelajaran Reflektif ?

Kemendibudiristek memberikan beberapa alat bantu bagi guru melaksanakan refleksi dalam setiap pembelajaran. Refleksi ini dilaksanakan setelah pembelajaran lingkup materi selesai.

Beberapa hal ini yang dilaksanakan dalam pembelajaran reflektif:

  • Sejauh mana siswa sudah memahami materi pembelajaran. Di sini peserta didik diminta menuliskan poin-poin kompetensi yang sudah dipahami setelah pembelajaran selesai. Siswa tahu apa yang dia tahu
  • Peserta didik diminta menuliskan poin-poin kompetensi/materi yang tidak dipahami. Di sini peserta didik tahu apa yang mereka tidak tahu. Ini keren loh. Karena banyak siswa pada saat selesai pembelajaran tidak ada yang bertanya karena mereka tidak tahu apa yang mereka tidak tahu.
  • Peserta didik diminta menuliskan aktivitas/rencana apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi ketidaktahuan itu.
  • Guru minta kepada peserta didik untuk memberi masukan pembelajaran seperti apa yang mereka sukai. Di sini guru bisa memperbaiki strategi atau model pengajaran.
  • Praktik seperti ini harus menjadi gerakan semua guru sehingga ekosistem reflektif terbentuk di satuan pendidikan.

Apa Hubungan Pembelajaran Reflektif dengan Penguatan Karakter?

Pertama, di dalam pembelajaran reflektif, pendidik melaksanakan pembelajaran dengan kesadaran untuk menghidupi dimensi Profil Pelajar Pancasila. 

Dimensi Profil Pelajar Pancasila mana yang dihidupi telah ditentukan oleh satuan pendidikan. Guru harus memahami dimensi dan turunannya agar proses pembelajaran dilaksanakan untuk menghidupi dimensi/elemen (nilai-nilai) yang ditentukan. 

Baca: Pembelajaran Berbasis Dimensi pada Profil Pelajar Pancasila

Kedua, di dalam pembelajaran reflektif, pendidik bisa memberi tugas refleksi dalam bentuk tindakan konkrit yang harus dilakukan peserta didik sebagai perwujudan (implementasi) pembelajaran. 

Misalnya, pada pokok bahasan "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia" saya minta siswa berbagi masker kepada masyarakat yang ke luar rumah tidak pakai masker. Ini juga menunjukkan bahwa pembelajaran reflektif itu kontekstual. Anda bisa minta siswa melakukan satu perbuatan baik sebagai wujud penerapan materi pembelajaran.

Gap antara pengetahuan dengan praktik moral (karakter) menjadi persoalan. Dan tetap akan menjadi persoalan jika tidak ada perubahan dalam proses pembelajaran. Kurikulum merdeka membawa semangat perubahan dalam rangka mengatasi gap tersebut. 

Hal itu dilakukan melalui pembelajaran reflektif. Pembelajaran yang kontekstual, tidak hanya berfokus pada pencapaian kognitif tetapi juga penguatan karakter. 

Mari kita biasakan menerapkan pembelajaran reflektif. Karena seperti yang dikatakan Socrates, "Hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang tidak layak dijalani" 

(Purwanto-kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi; IG: masguspung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun