Anak yang dididik dengan kesabaran dalam kesesakan akan tumbuh menjadi pribadi yang menghargai keberadaan dirinya dan sesamanya bukan dari yang tampak (selfie) saja melainkan dari seluruh kehidupan dirinya dan sesamanya. Ia tidak mudah menilai apalagi menghakimi. Baginya hidup adalah proses menjadi pribadi yang terus berkembang melalui berbagai kesulitan, tantangan dan derita bersama orang lain (with others for the others). Mungkin tulisan ini tidak cocok untuk Anda tetapi tidaklah mengapa. Gak usah dipikirkan. Mari kita renungkan dan refleksikan saja, karena “hidup yang tidak direnungkan adalah hidup yang tidak layak untuk dijalani” (Socrates). Semoga kita menjadi orang tua yang bijaksana. Karena “kebijaksanaan lebih utama daripada emas permata”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H