Mohon tunggu...
Bima Whynot
Bima Whynot Mohon Tunggu... -

Lulus dari Politeknik Telkom sebagai Ahli Madya Manajemen Informatika malah berakhir menjadi penulis. Karirnya dalam bidang penulisan terbilang cukup banyak; sempat dua tahun bergabung dalam proyek artikel AnneAhira, menjadi editor, dan kini menetapkan diri sebagai penulis cerita di beberapa tempat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tukang Batagor Z [Prolog]

19 Maret 2014   23:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:44 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Warning: siapa yang suruh bikin warning, cuy?!

STORY BY: BIMA WHYNOT

INSPIRED BY: ONEPUNCH-MAN

Ini adalah kisah mengenai negeri Nusantara yang penuh kejutan. Selain karena kekayaan alamnya yang begitu beragam, negeri ini juga menyimpan jutaan kisah heroisme yang tak terlupakan. Tidak, pahlawan yang dimaksud di sini bukan sekedar tentara dan kepolisian, tetapi orang-orang yang diberi kekuatan khusus oleh Tuhan untuk menaklukkan berbagai macam kejahatan ekstrim. Suparman, Gatot Piring, Caroq, Srikandi II, dan sederet nama pahlawan lainnya merupakan pahlawan super yang lahir di bumi Nusantara. Mereka adalah orang-orang yang terpilih.

Akan tetapi, kita tidak akan menceritakan mereka satu persatu. Kita akan fokus pada seorang pahlawan super yang sama sekali tidak tampak seperti pahlawan. Meskipun demikian, ia adalah satu-satunya orang yang bisa merubuhkan superdemon level neraka hanya dengan menggunakan telunjuknya. Apa yang sebenarnya ia sembunyikan? Mari kita simak kisahnya dari awal.

Udin namanya, ia adalah seorang pedagang batagor di depan sebuah kampus negeri ternama, Institut Teknologi Bageur. Apa yang spesial darinya? Tidak ada. Wajahnya kusam, tidak tampan, nasibnya sial, dan dagangannya kurang laku.

"Hei! Naratornya brengsek, nih! Setidaknya ceritakan hal-hal bagus dariku, jangan menyebarkan pit... vitnah!"

Yang baru saja protes tadi adalah Udin, tak usah terlalu dipikirkan, ia memang begitu. Lalu, apa yang menjadi kelebihannya selama ini? Meskipun bernasib buruk seperti cerita The Ugly Duckling, namun Udin merupakan orang yang sangat sabar dan percaya bahwa dirinya memiliki kelebihan yang orang lain tak miliki. Ia percaya bahwa Tuhan ingin membuatnya lebih banyak bersyukur. Karena hanya dengan rasa syukur kita dapat membeli kenikmatan. Mulia, bukan?

Ada kisah menarik. Beberapa waktu lalu, Udin didatangi oleh seorang konglomerat. Waktu itu ia sedang melongo memperhatikan batagornya masih penuh tak tersentuh oleh siapapun, tiba-tiba saja sebuah mobil Rolls Royce parkir di depan gerobaknya. Ia pikir mobil tersebut sengaja ingin menutupi dagangannya, ternyata sang pemilik mobil keluar dikawal oleh beberapa pengawal berbadan kekar, mereka membawa senjata api dengan stiker Hello Kitty di larasnya masing-masing.

"Halo, pedagang batagor!" dengan ramah, si konglomerat tersebut berjalan menghampiri tempat dimana Udin duduk.

Udin memperhatikan pria tersebut dengan seksama, ia merasa tidak asing dengannya. Setelah dua dekade menatapi wajah sang pria, barulah Udin menyadari bahwa tamu yang berkunjung ke lapak dagangannya adalah menteri perdagangan, Dahlan Kiprah. Sontak ia pun bangkit dari tempat duduknya dan bersalaman dengan Pak Dahlan. Siapa yang tak senang? Dagangannya sudah seharian tidak ada yang membeli dan tiba-tiba saja ia kedatangan menteri yang bergerak di bidang perdagangan, luar biasa.

"Eh, saya mau tanya, Jalan Kebon Sawit di mana ya?"

JELEGUR! Hancurlah perasaan Udin berkeping-keping. Ia pikir Pak Dahlan hendak membeli batagornya, ternyata hanya bertanya arah. Tetapi, Udin tak kecewa. Ia memberikan informasi dengan ramah kepada Pak Dahlan dan pria berjas itupun segera menyalami Udin dengan senyuman yang cerah.

Sesaat sebelum Pak Dahlan pergi, ia mengambil salah satu batagor Udin dan mencobanya. "Hmm, enak sekali ini! Luar biasa!" dikomentari demikian, Udin pun berseri-seri. Ia yakin Pak Dahlan akan segera membeli dagangannya yang belum laku sedari pagi.

"Ini enak sekali, aku percaya kamu akan menjadi pedagang yang sukses. Terima kasih ya! Sampai jumpa lagi!" itu adalah kata-kata terakhir Pak Dahlan sebelum masuk ke dalam mobilnya. Ia juga memberikan stiker Hello Kitty kepada Udin sebagai kenang-kenangan. Bagian terburuknya? Ia memakan dua buah batagor Udin dan tidak membelinya.

"Anak setaaaaaaaaaan!" setelah berdiri terpaku selama dua jam lebih, ia baru bisa mengungkapkan rasa bahagianya (baca: kekesalannya) kepada kedatangan Pak Dahlan. Itulah yang terjadi pada kehidupan Udin sehari-hari.

Kini, mari kita berbicara lebih serius tentang sosok kepahlawanan yang tersembunyi di dalam diri Udin. Kita akan melihat cerita Udin ketika pertama kali melakukan aksi heroik. Kisah ini sempat membuat beberapa preman terkuat bergidik ketakutan, mereka pun tak berani mendekati wilayah tempat Udin berdagang.

Pada suatu malam, Udin baru saja pulang berdagang, ia mendorong gerobaknya dengan wajah yang berseri-seri. Hari itu keuntungannya cukup bagus, dagangannya habis meskipun ia harus menunggu hingga jam 12 malam. Ia pulang tidak hanya membawa banyak uang, tetapi juga perasaan bahagia.

Di tengah perjalanan pulang, ia mendapati dua orang mahasiswa dicegat oleh tiga orang begundal. Tampaknya, kedua mahasiswa itu baru saja mengambil uang dari ATM, sehingga memancing perhatian orang-orang yang kekurangan uang. Awalnya, Udin tak peduli, ia melihat betapa kekarnya tubuh kedua mahasiswa tersebut. Dengan badan sebesar itu harusnya akan mudah mengusir tiga orang berandalan yang kurus kerempeng, pikirnya.

Akan tetapi, Udin salah menilai. Salah seorang begundal menampar mahasiswa tersebut hingga terjatuh. "Awwww... sakiiiit~" mahasiswa bertubuh binaragawan itu tersungkur manis di atas aspal dengan pose yang sensual.

"AAAAAAAAHHHHHHHH!" Udin merasa geli melihat peristiwa tersebut. Ia segera memarkirkan gerobaknya di pinggir jalan dan menyingsingkan lengan bajunya. Ia pun menghampiri tiga orang berandalan yang tertawa melihat dua mahasiswa kemayu itu menangis seperti korban patah hati.

"Tap... tap... tap..." tiba-tiba semua gelak tawa itu berhenti. Para begundal dan dua orang mahasiswa binaragawan itu menatap ke arah sumber suara, mereka mendengar suara sendal jepit menapaki bumi dengan sangat mengerikan. Akan tetapi, masih tak jelas siapa sosok yang mengenakannya, ia tertutup oleh tabir kegelapan. Semua orang menelan ludah.

"Setiap kejahatan harus dibasmi dan setiap niat jahat harus segera dipadamkan," setelah mengambil beberapa langkah secara perlahan, barulah sosok misterius itu tampak. Ia berdiri di bawah cahaya lampu yang redup, menambah suasana kengerian malam itu. Topi ranger ala pecinta alam, handuk keringat kotak-kotak, kaos putih nan mudah sobek, celana tiga perempat, dan sendal jepit tujuh ribuan menghiasi sosok misterius dan kurang menakutkan tersebut, Udin.

Semua orang yang melihat Udin ternganga; lidah mereka mati rasa, seakan dibunuh oleh kata-kata. Mereka berpikir akan didatangi oleh superhero seperti Suparman, tetapi mereka hanya mendapati seorang... tukang batagor.

"Wussssh!" angin berhembus kencang malam itu, membuat situasi menjadi lebih dramatis. Udin tetap menatap dingin ke arah tiga orang berandalan tersebut. Namun, tiba-tiba ia gemetar. Para penjahat itu mundur beberapa langkah, mereka pikir Udin akan mengeluarkan semacam ilmu pamungkas yang mematikan.

"Ah, dingin sekali anginnyaaaa~" rupanya ia gemetar karena kedinginan. Tiga orang berandalan itu tak jadi melarikan diri, mereka malah jungkir balik dan mengeruk aspal dengan gigi masing-masing.

"Kau meremehkan kami, huh? Kalau kau mau selamat, sebaiknya kau lari sekarang atau kau akan kami buat tidak sadarkan diri secara permanen!" merasa diremehkan, salah seorang begundal itu angkat suara. Mengejutkan, ia menguntai kata-kata layaknya seorang penjahat profesional.

"Bisakah kita berkelahi di dalam ruangan? Brrrr..." Udin tidak terlihat ketakutan meskipun kedua lututnya gemetar seperti menahan kencing.

"Kau tidak mendengarkanku, setan! Mati sajalah kau! Serang dia teman-teman!" tidak ada keraguan lagi, ketiga berandalan itupun maju menyerang Udin bersama-sama, salah satu dari mereka bahkan mengeluarkan senjata tajam.

Seorang begundal melayangkan tinjunya ke wajah Udin, tetapi Udin berhasil menahan pukulan tersebut dengan telapak tangannya. "Oh... hati-hati..." dengan wajah datarnya, Udin berusaha memberi nasihat.

"DUAAAAAAK!" akan tetapi, ia tak sempat menyelesaikan kata-katanya. Sesaat setelah kepalan tangan sang begundal menyentuh tangan Udin, begundal tersebut tiba-tiba terpental sejauh lima kilometer. Padahal, Udin tidak melakukan apa-apa selain memblokir serangan.

Dua orang berandalan lain yang berdiri tepat di hadapan Udin langsung menghentikan langkah dan menoleh ke belakang. Teman mereka sudah tak terlihat, lima kilometer itu jauh sekali dari jarak pandang mereka. Wajah mereka tiba-tiba berubah menjadi curug karena keringat mengalir begitu deras. Singkatnya, mereka ketakutan setengah mati.

"Puk!" Udin menepuk bahu kedua berandalan tersebut. "Ayolah, kita bisa selesaikan ini dengan damai. Tidak harus dengan kekerasan, bukan?" tanya Udin dengan wajah yang sama sekali tidak tampan tersebut.

"Eh? Eh?" kedua berandalan itu kehilangan kepercayaan diri, wajah mereka menjadi pucat seketika.

"Haha, ayolah lebih bersemangat!" katanya. Udin kembali menepuk bahu kedua begundal dan "BRUAAAAAAK!" tiba-tiba aspal yang berada di bawah kaki para penjahat itu rompal. Kini, mereka tak bisa lolos lagi, kedua penjahat itu terbenam di dalam tanah setinggi dada. Mereka terlihat seperti korban rajam.

"Waaaaa! Waaaaaa! Mamaaaaaa! Toloooong!" habis gelap terbitlah terang, setelah kedua penjahat itu membuat anak orang menangis, kini mereka sendiri yang menangis karena sama sekali tak bisa bergerak. Pilihan mereka hanya dua: dicemooh oleh setiap orang yang berlalu atau dibawa ke kantor polisi. Sayangnya, tak ada yang mau menelepon polisi selarut itu, mungkin besok pagi. Jadi, untuk sementara mereka harus menetap pada pilihan pertama.

"Aaaaa~ tukang batagor hebat 'deh, aku terharu sekali," ujar salah seorang mahasiswa berbadan kekar namun berhati barbie.

"Ihhhhh, aku gemas deh sama kamu. Aku boleh minta nomor telepon kamu?" ujar seorang yang lain.

"AAAAAAAAHHHHHHHHHHHH! Menyingkirlah kaliaaaaaan! Pulang sana, kalau perlu kembali lagi saja ke perut ibu kaliaaaaaan!" Udin lebih takut menghadapi kedua mahasiswa tersebut daripada para berandalan. Ia jijik setengah mati hingga membuat bulu kuduknya berdiri.

"Ih, tukang batagor jahaaat. Setidaknya, katakan siapa namamu seperti di film-film superhero, agar lebih romantis, hihihi~"

"UAAAAAAHHHH! Baiklah, baiklah. Mulai sekarang, panggil aku... Tukang Batagor... Z!" Udin sedikit lebih percaya diri, ia yakin dengan begitu nama baiknya akan melonjak dan dagangannya menjadi super laku.

"Aaaaaa~ Tukang Batagor Z! Keren! Tapi wajahnya biasa saja, ya? Hihihi~"

"Anak setaaaaan, kalian mau kutanam juga di dalam tanah?"

"Aaaaa~ lari yuk! Yuuuuuk~" kedua mahasiswa itupun pergi sambil mengedipkan sebelah mata kepada Udin. Kau bisa membayangkan betapa jijiknya ekspresi Udin saat itu, digombali kambing sepertinya jauh lebih menyenangkan baginya.

Sejak saat itu, lahirlah seorang legenda yang bernama Tukang Batagor Z. Entah bagaimana awalnya ia mendapatkan kekuatan tersebut, tetapi ia merupakan superhero terkuat sekaligus tersial sepanjang masa. Namun demikian, namanya sebagai superhero terkuat TIDAK PERNAH harum dan TIDAK PERNAH diingat oleh orang lain, karena ternyata kedua mahasiswa banci tersebut TIDAK PERNAH menyebarkan cerita tentangnya. Lebih buruknya lagi, kedua mahasiswa itu ternyata lupa dengan Tukang Batagor Z. "Kemarin siapa namanya, ya? Ah sudahlah, tak penting," itu adalah kata-kata terakhir mereka sebelum melupakan Tukang Batagor Z secara permanen.

Udin juga tak pernah kembali berdagang di daerah itu lagi, ia trauma berat dengan kedua mahasiswa mengerikan tersebut.

Bagaimana petualangan Udin berikutnya? Apakah ia akan berusaha mengukirkan nama baiknya sebagai superhero terkuat? Ikuti terus perjalanan kisahnya dalam Tukang Batagor Z!

TO BE CONTINUED

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun