Mohon tunggu...
Bima Whynot
Bima Whynot Mohon Tunggu... -

Lulus dari Politeknik Telkom sebagai Ahli Madya Manajemen Informatika malah berakhir menjadi penulis. Karirnya dalam bidang penulisan terbilang cukup banyak; sempat dua tahun bergabung dalam proyek artikel AnneAhira, menjadi editor, dan kini menetapkan diri sebagai penulis cerita di beberapa tempat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tukang Batagor Z [Prolog]

19 Maret 2014   23:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:44 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Setiap kejahatan harus dibasmi dan setiap niat jahat harus segera dipadamkan," setelah mengambil beberapa langkah secara perlahan, barulah sosok misterius itu tampak. Ia berdiri di bawah cahaya lampu yang redup, menambah suasana kengerian malam itu. Topi ranger ala pecinta alam, handuk keringat kotak-kotak, kaos putih nan mudah sobek, celana tiga perempat, dan sendal jepit tujuh ribuan menghiasi sosok misterius dan kurang menakutkan tersebut, Udin.

Semua orang yang melihat Udin ternganga; lidah mereka mati rasa, seakan dibunuh oleh kata-kata. Mereka berpikir akan didatangi oleh superhero seperti Suparman, tetapi mereka hanya mendapati seorang... tukang batagor.

"Wussssh!" angin berhembus kencang malam itu, membuat situasi menjadi lebih dramatis. Udin tetap menatap dingin ke arah tiga orang berandalan tersebut. Namun, tiba-tiba ia gemetar. Para penjahat itu mundur beberapa langkah, mereka pikir Udin akan mengeluarkan semacam ilmu pamungkas yang mematikan.

"Ah, dingin sekali anginnyaaaa~" rupanya ia gemetar karena kedinginan. Tiga orang berandalan itu tak jadi melarikan diri, mereka malah jungkir balik dan mengeruk aspal dengan gigi masing-masing.

"Kau meremehkan kami, huh? Kalau kau mau selamat, sebaiknya kau lari sekarang atau kau akan kami buat tidak sadarkan diri secara permanen!" merasa diremehkan, salah seorang begundal itu angkat suara. Mengejutkan, ia menguntai kata-kata layaknya seorang penjahat profesional.

"Bisakah kita berkelahi di dalam ruangan? Brrrr..." Udin tidak terlihat ketakutan meskipun kedua lututnya gemetar seperti menahan kencing.

"Kau tidak mendengarkanku, setan! Mati sajalah kau! Serang dia teman-teman!" tidak ada keraguan lagi, ketiga berandalan itupun maju menyerang Udin bersama-sama, salah satu dari mereka bahkan mengeluarkan senjata tajam.

Seorang begundal melayangkan tinjunya ke wajah Udin, tetapi Udin berhasil menahan pukulan tersebut dengan telapak tangannya. "Oh... hati-hati..." dengan wajah datarnya, Udin berusaha memberi nasihat.

"DUAAAAAAK!" akan tetapi, ia tak sempat menyelesaikan kata-katanya. Sesaat setelah kepalan tangan sang begundal menyentuh tangan Udin, begundal tersebut tiba-tiba terpental sejauh lima kilometer. Padahal, Udin tidak melakukan apa-apa selain memblokir serangan.

Dua orang berandalan lain yang berdiri tepat di hadapan Udin langsung menghentikan langkah dan menoleh ke belakang. Teman mereka sudah tak terlihat, lima kilometer itu jauh sekali dari jarak pandang mereka. Wajah mereka tiba-tiba berubah menjadi curug karena keringat mengalir begitu deras. Singkatnya, mereka ketakutan setengah mati.

"Puk!" Udin menepuk bahu kedua berandalan tersebut. "Ayolah, kita bisa selesaikan ini dengan damai. Tidak harus dengan kekerasan, bukan?" tanya Udin dengan wajah yang sama sekali tidak tampan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun