Mohon tunggu...
Bima Whynot
Bima Whynot Mohon Tunggu... -

Lulus dari Politeknik Telkom sebagai Ahli Madya Manajemen Informatika malah berakhir menjadi penulis. Karirnya dalam bidang penulisan terbilang cukup banyak; sempat dua tahun bergabung dalam proyek artikel AnneAhira, menjadi editor, dan kini menetapkan diri sebagai penulis cerita di beberapa tempat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tukang Batagor Z [Prolog]

19 Maret 2014   23:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:44 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Eh, saya mau tanya, Jalan Kebon Sawit di mana ya?"

JELEGUR! Hancurlah perasaan Udin berkeping-keping. Ia pikir Pak Dahlan hendak membeli batagornya, ternyata hanya bertanya arah. Tetapi, Udin tak kecewa. Ia memberikan informasi dengan ramah kepada Pak Dahlan dan pria berjas itupun segera menyalami Udin dengan senyuman yang cerah.

Sesaat sebelum Pak Dahlan pergi, ia mengambil salah satu batagor Udin dan mencobanya. "Hmm, enak sekali ini! Luar biasa!" dikomentari demikian, Udin pun berseri-seri. Ia yakin Pak Dahlan akan segera membeli dagangannya yang belum laku sedari pagi.

"Ini enak sekali, aku percaya kamu akan menjadi pedagang yang sukses. Terima kasih ya! Sampai jumpa lagi!" itu adalah kata-kata terakhir Pak Dahlan sebelum masuk ke dalam mobilnya. Ia juga memberikan stiker Hello Kitty kepada Udin sebagai kenang-kenangan. Bagian terburuknya? Ia memakan dua buah batagor Udin dan tidak membelinya.

"Anak setaaaaaaaaaan!" setelah berdiri terpaku selama dua jam lebih, ia baru bisa mengungkapkan rasa bahagianya (baca: kekesalannya) kepada kedatangan Pak Dahlan. Itulah yang terjadi pada kehidupan Udin sehari-hari.

Kini, mari kita berbicara lebih serius tentang sosok kepahlawanan yang tersembunyi di dalam diri Udin. Kita akan melihat cerita Udin ketika pertama kali melakukan aksi heroik. Kisah ini sempat membuat beberapa preman terkuat bergidik ketakutan, mereka pun tak berani mendekati wilayah tempat Udin berdagang.

Pada suatu malam, Udin baru saja pulang berdagang, ia mendorong gerobaknya dengan wajah yang berseri-seri. Hari itu keuntungannya cukup bagus, dagangannya habis meskipun ia harus menunggu hingga jam 12 malam. Ia pulang tidak hanya membawa banyak uang, tetapi juga perasaan bahagia.

Di tengah perjalanan pulang, ia mendapati dua orang mahasiswa dicegat oleh tiga orang begundal. Tampaknya, kedua mahasiswa itu baru saja mengambil uang dari ATM, sehingga memancing perhatian orang-orang yang kekurangan uang. Awalnya, Udin tak peduli, ia melihat betapa kekarnya tubuh kedua mahasiswa tersebut. Dengan badan sebesar itu harusnya akan mudah mengusir tiga orang berandalan yang kurus kerempeng, pikirnya.

Akan tetapi, Udin salah menilai. Salah seorang begundal menampar mahasiswa tersebut hingga terjatuh. "Awwww... sakiiiit~" mahasiswa bertubuh binaragawan itu tersungkur manis di atas aspal dengan pose yang sensual.

"AAAAAAAAHHHHHHHH!" Udin merasa geli melihat peristiwa tersebut. Ia segera memarkirkan gerobaknya di pinggir jalan dan menyingsingkan lengan bajunya. Ia pun menghampiri tiga orang berandalan yang tertawa melihat dua mahasiswa kemayu itu menangis seperti korban patah hati.

"Tap... tap... tap..." tiba-tiba semua gelak tawa itu berhenti. Para begundal dan dua orang mahasiswa binaragawan itu menatap ke arah sumber suara, mereka mendengar suara sendal jepit menapaki bumi dengan sangat mengerikan. Akan tetapi, masih tak jelas siapa sosok yang mengenakannya, ia tertutup oleh tabir kegelapan. Semua orang menelan ludah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun