Kali ini saya akan membedah unsur intrinsik dan ekstrisik sebuah novel yang berjudul 'Dia Adalah Dilanku Tahun 1990' karya Pidi Baiq (mungkin ketika si penulis berbuat jahat namanya akan menjadi Pidi Jahad -- wkwk). Buku ini diterbitkan oleh Pastel Books pada tahun 2014 yang diambil dari kisah nyata.
Menurut saya sendiri, novel ini bertemakan tentang kisah cinta 2 remaja SMA yang begitu lucu dan susah untuk dilupakan pembacanya. Kisah tentang seorang laki -- laki bernama Dilan yang berjuang untuk mendapatkan cinta perempuan jakarta, Milea, ini dikemas serta ditulis elok dengan bahasa yang mudah dimengerti pembaca khususnya remaja. Berbeda dengan kisah cinta remaja lainnya, Dilan sebagai pemeran utama laki -- laki mengejar Milea bukan dengan bunga, cincin, atau kata -- kata manis melainkan dengan perlakuan lucu dan aneh seperti memberi ramalan kepada Milea.
"Aku ramal, nanti kita bertemu di kantin."-- Dilan (halaman. 20)
Meskipun ramalan itu salah dan tidak terjadi, Dilan tidak menyerah untuk mendekati Milea. Ia tetap menggunakan caranya yang khas, aneh, namun membuat setiap perempuan ingin menjadi seperti Milea.
"Milea, ramalanku, kita akan bertemu di kantin. Ternyata salah. Maaf, tapi ingin meramal lagi : besok kita akan bertemu."-- Dilan (halaman. 22)
"Bismillahirrahmanirrahim. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagiPenyayang. Dengan ini, dengan penuh perasaan, mengundang Milea Adnan untuk sekolah pada : Hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu." -- Dilan (halaman. 27)
Lihat! perkataan Dilan sangat sederhana dan bisa dibilang biasa saja. Namun nyatanya, perbuatan sederhana itulah yang akan membuat hati Milea jatuh untuk Dilan. Sejujurnya saya sebagai pembaca merasa sangat iri terhadap perlakuan Dilan untuk Milea. Bagi saya, perlakuan sederhana tersebut merupakan hal yang Anti-Mainstreamdi dunia percintaan remaja maupun dewasa. Jika saya menjadi Milea, saya akan merasa sangat senang seakan -- akan menjadi seperti wanita paling spesial di bumi ini.
Alur atau Plot cerita dalam novel ini adalah alur mundur. Pada bab 1, penulis menceritakan segala sesuatu tentang Milea dewasa yang sudah menikah pada saat itu, 2014. Penulis juga menceritakan tentang keluarga Milea serta kenapa mereka semua bisa pindah ke Bandung dari Jakarta.
"Namaku Milea. Milea Adnan Hussain. Jenis kelamin perempuan, dan tadi baru selesai makanjeruk." -- Milea (halaman. 13)
"Sebelumnya, aku mau cerita dulu di mana posisiku yang sekarang. Malam ini, aku sedang di ruang kerjaku bersama hot lemon tea dan lagu -- lagu Rolling Stones, di kawasan Jakarta Pusat, di rumah yang aku tempati bersama suamiku sejak tahun 1997." -- Milea (halaman. 18)
Dari kutipan di atas bisa kalian ketahui bahwa Milea saat itu -- 2014 -- sudah bersuami dan tinggal di Jakarta. Menurut kalian, siapakah suami Milea sekarang? Apakah dia Dilan? Aatu orang lain? Saya juga sangat penasaran ketika awal membaca novel ini. Serta berharap sangat bahwa suami Milea sekarang adalah Dilan.
"Pagi itu, di Bandung, pada bulan September tahun 1990, setelah turun dari angkot..." -- Milea (halaman. 19)
Selain Milea dan Dilan, terdapat 19 tokoh lainnya yang sangat mendukung cerita ini. Semua tokoh tersebut digambarkan penulis pada halaman awal buku setelah daftar isi buku. Saya hanya akan menjelaskan 3 tokoh yang sangat penting dan berpengaruh besar dalam cerita ini menurut saya.
Dilan merupakan remaja kelas 2 SMA yang biasa saja dan termasuk anggota geng motor. Ketika pertama membaca, saya berpikir bahwa Dilan adalah remaja nakal, rebel, dan suka tawuran. Namun ternyata, dia adalah remaja yang baik, humoris, cerdas, dan romantis dengan semua kesederhanaan serta keunikannya.
Tidak hanya itu, ia juga pecinta kaya -- karya sastra dan koran tempo. Ia juga suka menulis puisi tentang orang -- orang di sekitarnya.
"Milea 2"
Katakan sekarang
Kalau kue kau anggap apa dirimu?
Roti cokelat? Roti Keju?
Martabak? Kroket? Bakwan?
Ayolah!
Aku ingin memesannya
Untuk malam ini
Aku mau kamu
Dilan, Bandung 1990
Puisi tersebut dimuat halaman 302 yang dibaca Milea dan Bunda Dilan secara diam -- diam di kamar Dilan. Bisa kalian bayangkan betapa unik seorang remaja 2 SMA tersebut. Memang dia adalah jagoan sekolah atau biasa disebut panglima tempur, tetapi dia juga mempunyai sisi lain dari dirinya yang akan membuat Milea dan tentunya para pembaca untuk lebih menyukainya.
Dia selalu punya cara unik untuk menunjukkan rasa cintanya kepada Milea. Seperti, memberi hadiah ulang tahun kepada Milea berupa TTS yang sudah diisi dengan tulisan "aku sayang kamu, aku tidak mau kamu pusing karena harus mengisinya" dan memberi sebungkus cokelat yang dititipkan kepada tukang koran.
Milea adalah siswi cantik pindahan dari Jakarta. Ia pindah ke Bandung dikarenakan ayahnya yang berprofesi sebagai TNI ditugaskan di Bandung. Ia bertemu dengan Dilan setelah 2 minggu berada di sekolahnya. Ia merupakan remaja yang baik, lucu, dan menghargai orang lain. Sebenarnya, Milea mempunyai pacar di Jakarta bernama Beni. Namun berdasarkan cerita ini, Milea lebih memilih Dilan daripada Beni. Saya juga lebih suka Dilan sebenarnya.
Sejak kepindahannya ke Bandung, Milea sudah banyak disukai orang. Seperti, Dilan, Nandan teman sekelas, Kang Adi guru private, dan Anhar ketua geng motor. Namun hanya Dilan yang Milea cintai. Hanya Dilang yang Milea sayangi. Hanya Dilan yang Milea tunggu setiap malam.
Beni adalah pacar Milea di Jakarta. Mereka menjalin hubungan jarak jauh sejak kepindahan Milea ke Bandung. Di bagian awal cerita, Milea menceritakan bahwa Beni adalah orang kaya, tampan, dan baik. Lebih tampan dari Dilan. Saya sempat percaya bahwa Beni adalah orang baik dan pengertian. Namun, di bagian tengah cerita Milea membeberkan sifat asli Beni. Dilihat dari perlakuan Beni terhadap Milea juga bisa kita simpulkan sifat aslinya. Kalian juga bisa mengetahui isi pikiran atau pendapat Milea terhadap Beni di bab 14 halaman 123. Di bab itu juga kita bisa simpulkan betapa jelek sifat Beni sebenarnya.
"Dasar pelacur!" -- Beni (halaman. 93)
Itu adalah perkataan yang dilontarkan Beni untuk Milea saat di Jakarta. Milea saat itu menjadi tim penyemangat lomba cerdas cermat sekolahnya di TVRI. Bayangkan, lelaki mana yang rela mencaci perempuannya di halayak umum. Hanya karena Milea makan berdua dengan Nandan, Beni berani berbicara seperti itu. Jika saya menjadi Milea, saya pasti langsung menampar Beni. Saya akan minta putus saat itu juga.
Novel ini menggunakan sudut pandang Milea sebagai pelaku utama (aku). Bisa dilihat dari kutipan yang saya berikan di atas. Semuanya dalam pendapat Milea. Banyak sekali paragraf tentang isi hati Milea. Meskipun saya berharap bahwa novel ini mengambil sudut pandang dari Dilan, saya masih sangat suka dengan novel ini.
Cerita ini berlatar waktu pada tahun 1990 sesuai dengan judulnya. Tahun dimana semua masih sederhana dan tidak terlalu ramai oleh bisingnya suara kendaraan di jalan. Tahun dimana hampir semua remaja menghabiskan waktu pulang sekolahnya di jalanan.
"sekarang jalan itu sudah berubah, sudah jadi jalan raya yang dipadati oleh banyak kendaraan." -- Milea (halaman. 17)
"rasanya, waktu itu, Bandung masih sepi, belum begitu banyak orang. Setiap pagi masih suka ada kabut dan hawanya cukup dingin..." -- Milea (halaman. 17)
Saya sangat iri dengan tokoh Milea dan Dilan. Saat itu mereka masih bisa menggunakan jalanan untuk jalan -- jalan dengan sepeda motor. Mereka masih bisa keluar dengan tenang tanpa takut akan debu -- debu kotor yang dihasilkan oleh kendaraan. Sedangkan saat ini, suasana jalan tahun 1990 sepertinya sudah hampir punah. Sangat susahmenemukan suasa seperti itu di zaman modern ini.
Cerita ini menggunakan latar tempat seperti warung Bi Eem -- warung yang berada di dekat sekolah Dilan dan biasa digunakan untuk markas geng motor anak sekolah -- rumah Milea, rumah Dilan, dan beberapa jalan di Bandung yang sering mereka gunakan untuk bersepeda motor.
Saya tidak bisa berimajinasi bagaimana kalau cerita ini menggunakan latar tempat dizaman sekarang. Mungkin akan sangat berbeda dan aneh sekali. Karena menurut saya, semua unsur kesederhanaan yang ada di novel inilah yang membuat saya tertarik dan iri.
Gaya bahasa yang disajikan penulis juga sangatlah menarik. Ringan, sederhana, tapi mempunyai kesan mendalam dan unik. Banyak yang berpendapat bahwa Bahasa yang digunakan Dilan nyaris sama seperti bahasanya Pidi Baiq. Mereka juga bertanya -- tanya apakah sebenarnya Pidi Baiq adalah Dilan?
Menurut saya, hal baik yang dapat saya ambil dari novel ini adalah rasa tanggung jawab yang besar. Memang benar Dilan adalah anggota geng motor, tapi ketika dia berbuat salah dia tidak pernah kabur atau lari dari masalah tersebut. Begitupun dengan teman -- temannya. Ada adegan dimana Anhar menampar Milea di warung Bi Eem, namun setelah itu Anhar langsung mengejar Milea dan meminta maaf kepadanya.
Dilan juga sering membuat kesalahan di sekolahnya. Seperti memukul guru konseling, Suripto, waktu upacara bendera. Ia memukulinya karena ia telah ditampar oleh Pak Suripto. Namun, ia tidak menghindari kesalahan tersebut. Ia pun dihukum 30 hari tidak boleh masuk sekolah.
Nah, sekarang saya akan membahas tentang penulis novel ini, Pidi Baiq. Pidi Baiq lahir di Bandung pada tanggal 8 Agustus 1972.tidak hanya berprofesi sebagai penulis, ia juga seorang ilustrator, komikus, musisi, penyayi, dan dosen di Universitas ITB Bandung. Namanya mulai dikenal masyarakat ketika ia menjadi anggota grup band The Panas Dalam pada tahun 1995. Namanya semakin terkenal setelah ia menerbitkan novel ini pada tahun 2014. Novel ini pun sudah difilmkan dan sudah tayang sejak Januari 2018.
Ada banyak buku juga yang telah ia buat sebelum diterbitkannya novel ini. Seperti Drunken Monster: Kumpulan Kisah Tidak Teladan (2008), Drunken Molen: Kumpulnya Kisah Tidak Teladan (2008), Drunken Mama: Keluarga Besar Kisah-kisah Non Teladan terbit (2009), dan masih banyak lagi.
Bagaimana? Apakah kalian tertarik untuk membaca novel ini? Tentunya iya. Saya sarankan agar kalian membaca novel ini terlebih dahulu sebelum kalian menonon filmnya. Karena sudah jelas bahwa tidak semua isi novel dapat dituangkan menjadi bentuk film. Pasti aka nada bagian -- bagian yang hilang dari novel. Tapi itu semua tergantung dan kembali lagi kepada selera kalian masing -- masing.
Jadi? Siapakah Dilan kalian? Siapakah Milea kalian? Siapapun itu, kalian pasti punya kisah unik tentang cinta kalian sendiri. Dengan zaman yang berbeda dari Dilan dan Milea bukan berarti kisah kalian tak seindah kisah mereka. Buatlah kisah kalian menjadi unik dan indah dengan gaya kalian sendiri tanpa harus meniru gaya orang lain. Temukan Dilan atau Milea kalian dan bangun kisah kalian sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H