Saya juga merenungkan makna ketekunan dan kesetiaan dalam bekerja. Dalam dunia yang serba instan ini, banyak orang mudah berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain demi mencari penghasilan lebih besar.
Namun, pria ini tetap bertahan dalam profesinya meski keuntungannya semakin menipis. Ada nilai yang dapat dipetik dari kisahnya-bahwa kerja keras dan keteguhan hati adalah bagian dari prinsip hidup yang tidak mudah digoyahkan.
Mungkin baginya, berjualan koran bukan sekadar mencari nafkah, tetapi juga bentuk kesetiaan terhadap pekerjaan yang telah dijalani selama puluhan tahun. Ada kebanggaan tersendiri dalam tetap berjuang di tengah perubahan zaman.
Fenomena seperti ini tidak hanya terjadi di Stasiun Pasar Minggu. Di berbagai sudut kota, kita masih bisa menemukan penjual koran yang setia menunggu pembeli, meskipun jumlahnya semakin berkurang.
Mereka adalah saksi hidup dari perubahan industri media cetak yang dahulu berjaya dan kini mulai meredup.
Dahulu, koran adalah sumber informasi utama bagi masyarakat. Setiap pagi, orang-orang rela mengantre untuk mendapatkan berita terbaru.
Kini, hanya sedikit yang masih bertahan membaca koran dalam bentuk fisik. Perubahan ini tentu berdampak besar bagi mereka yang menggantungkan hidup dari penjualan koran.
Saya pun jadi berpikir, apakah ada cara bagi kita untuk membantu mereka?
Mungkin dengan membeli koran mereka sesekali, meski kita tahu bahwa kita bisa mendapatkan berita yang sama secara gratis di internet.
Atau mungkin dengan mendukung program-program yang membantu pekerja informal seperti mereka agar memiliki keterampilan baru dan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.
Bagaimanapun, mereka adalah bagian dari masyarakat kita yang sering kali terabaikan.