Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bagaimana Jika Ulat Sagu Jadi Menu Program Makanan Bergizi Gratis?

29 Januari 2025   10:30 Diperbarui: 29 Januari 2025   10:30 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar video viral seoang anak SD bawa bekal ke sekolah dengan lauk ulat sagu goreng | via Kompas.com

Hal ini menjadikan ulat sagu sebagai pilihan yang sangat baik untuk dimasukkan dalam program gizi yang bertujuan meningkatkan kecerdasan dan kesehatan anak-anak.

Dibandingkan dengan sumber protein lainnya seperti ayam atau ikan, ulat sagu juga lebih mudah dicerna, sehingga cocok untuk anak-anak yang mungkin memiliki masalah pencernaan.

Meski demikian, penting untuk memastikan bahwa, ulat sagu diolah dengan cara yang higienis dan aman untuk dikonsumsi.

Proses pengolahan yang tepat dapat membantu menjaga kandungan nutrisinya sekaligus menghindari risiko kontaminasi.

Ketersediaan dan Keberlanjutan

Salah satu keunggulan dari ulat sagu adalah ketersediaannya yang melimpah di Maluku, terutama di wilayah yang memiliki banyak pohon sagu seperti di Pulau Seram atau Pulau Saparua, Maluku Tengah.

Pohon sagu, yang sering disebut sebagai "pohon kehidupan," tidak hanya menyediakan bahan makanan utama berupa tepung sagu, tapi juga habitat alami bagi ulat sagu.

Dengan memanfaatkan ulat sagu, masyarakat dapat memaksimalkan potensi pohon sagu sebagai sumber daya lokal.

Dari perspektif keberlanjutan, ulat sagu memiliki dampak lingkungan yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan peternakan konvensional seperti sapi atau ayam.

Produksi ulat sagu tidak memerlukan lahan yang luas, pakan yang mahal, atau air dalam jumlah besar.

Selain itu, siklus hidup ulat sagu yang cepat memungkinkan produksinya dilakukan dalam waktu yang relatif singkat, menjadikannya sumber protein yang efisien dan ramah lingkungan.

Namun, perlu dilakukan pengelolaan yang baik, agar eksploitasi ulat sagu tidak merusak ekosistem pohon sagu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun