Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Siswa Tetap Masuk Sekolah Selama Ramadhan, Ini Untungnya

22 Januari 2025   12:34 Diperbarui: 22 Januari 2025   12:34 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjung membaca buku dan bekerja di Perpustakaan Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Kamis (4/4/2024) sore | KOMPAS/Tatang Mulyana Sinaga

Keputusan untuk membatalkan wacana libur sekolah selama bulan Ramadhan tahun ini, telah menuai banyak perhatian dari masyarakat.

Berdasarkan Surat Edaran Bersama (SEB) yang ditandatangani Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti, Menteri Agama Nasaruddin Umar, dan Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian, ketentuan ini resmi diberlakukan mulai Senin, 20/1/2025.

Dalam tulisan ini, kita akan membahas latar belakang wacana libur sekolah selama Ramadhan, alasan pembatalan wacana tersebut, serta keuntungan yang diperoleh anak-anak dengan tetap masuk sekolah selama bulan suci ini.

Yuk, langsung saja kita melihat ketiga poin penting ini.

Latar Belakang Wacana Libur Sekolah Selama Ramadhan

Wacana libur sekolah selama bulan Ramadhan, awalnya, muncul sebagai upaya untuk memberikan waktu lebih banyak bagi siswa Muslim untuk menjalankan ibadah dengan lebih khusyuk.

Ramadhan adalah bulan yang istimewa bagi umat Islam, di mana mereka diwajibkan berpuasa, memperbanyak ibadah, dan mendekatkan diri kepada Allah.

Dalam pandangan sebagian masyarakat, libur sekolah dapat memberikan keleluasaan waktu bagi siswa untuk fokus pada kegiatan keagamaan seperti shalat tarawih, tadarus Al-Qur'an, dan berbagai bentuk amal ibadah lainnya.

Selain itu, ada anggapan bahwa, aktivitas belajar di sekolah bisa menjadi beban tambahan bagi siswa yang sedang berpuasa.

Waktu belajar yang cukup panjang dan kegiatan akademik yang menuntut energi dapat membuat siswa merasa lelah secara fisik dan mental.

Oleh karena itu, libur sekolah dianggap sebagai solusi untuk meringankan beban tersebut, sekaligus menjadi momen bagi keluarga untuk mengajarkan nilai-nilai spiritual secara lebih mendalam di rumah.

Namun, wacana ini juga mengundang berbagai perdebatan.

Sebagian pihak khawatir bahwa, libur selama sebulan penuh dapat mengganggu keberlangsungan proses pembelajaran, terutama mengingat waktu belajar siswa sudah cukup padat dengan kurikulum yang harus diselesaikan.

Inilah yang kemudian menjadi pertimbangan pemerintah dalam mengambil keputusan akhir.

Pembatalan Wacana Libur Sekolah Selama Ramadhan 

Keputusan untuk membatalkan wacana libur sekolah selama Ramadhan didasarkan pada berbagai pertimbangan strategis dan praktis.

Dalam SEB yang dirilis, pemerintah menekankan pentingnya keberlanjutan proses pendidikan, bahkan selama bulan suci.

Siswa tetap diharapkan menjalankan pembelajaran, baik secara mandiri di rumah maupun melalui kegiatan belajar bersama di sekolah.

Pertama, libur panjang dinilai dapat berdampak negatif pada pencapaian akademik siswa.

Dalam sistem pendidikan yang sudah dirancang ketat, kehilangan waktu belajar selama sebulan penuh dapat menghambat target kurikulum yang telah ditetapkan.

Hal ini terutama berlaku untuk siswa yang sedang mempersiapkan ujian nasional atau ujian kenaikan kelas.

Dengan tetap melaksanakan pembelajaran, siswa tetap berada dalam ritme belajar yang stabil.

Kedua, kebijakan ini juga mempertimbangkan keberagaman agama di Indonesia. Tidak semua siswa di sekolah adalah Muslim.

Oleh karena itu, libur sekolah selama Ramadhan bisa dianggap kurang adil bagi siswa non-Muslim, yang tidak memiliki kewajiban berpuasa dan tetap memerlukan kegiatan belajar.

Dengan kebijakan baru ini, sekolah diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang inklusif, di mana siswa dari berbagai latar belakang agama tetap mendapatkan hak yang sama.

Ketiga, pemerintah menilai bahwa, kegiatan di sekolah selama Ramadhan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, dan karakter mulia siswa.

Ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tapi juga pembentukan akhlak dan kepribadian.

Keuntungan Tetap Masuk Sekolah Selama Ramadhan

Keputusan untuk tetap melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di sekolah selama Ramadhan, ternyata memiliki banyak keuntungan, baik bagi siswa Muslim maupun non-Muslim.

Berikut ini adalah beberapa di antaranya:

Pertama, mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dalam pendidikan. 

Sekolah selama Ramadhan tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar akademik, tapi juga sebagai wadah untuk meningkatkan nilai-nilai spiritual siswa.

Banyak sekolah yang mengadakan kegiatan keagamaan seperti kajian Islam, buka puasa bersama, dan program tadarus Al-Qur'an.

Kegiatan ini tidak hanya memperkuat keimanan siswa Muslim, tapi juga mengajarkan nilai-nilai universal seperti toleransi, empati, dan solidaritas kepada seluruh siswa.

Selain itu, kegiatan keagamaan yang dilakukan di sekolah dapat menjadi contoh konkret dari konsep pendidikan berbasis karakter.

Siswa diajarkan untuk menjalani kehidupan yang seimbang antara tanggung jawab akademik dan spiritual, sebuah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan mereka kelak.

Kedua, membentuk disiplin dan ketahanan fisik-mental. 

Berpuasa sambil tetap menjalankan aktivitas belajar di sekolah mengajarkan siswa tentang arti kedisiplinan dan ketahanan diri.

Mereka belajar untuk mengatur waktu dengan baik, menyeimbangkan kebutuhan belajar dan ibadah, serta menjaga semangat meski sedang berpuasa.

Pengalaman ini tentu menjadi pelajaran berharga bagi siswa untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Ketahanan fisik dan mental yang terbentuk selama Ramadhan dapat menjadi modal penting dalam menghadapi berbagai tekanan dalam kehidupan.

Ketiga, meningkatkan interaksi sosial dan kebersamaan.

Selama Ramadhan, suasana sekolah, biasanya, diwarnai dengan berbagai kegiatan yang melibatkan siswa dari berbagai latar belakang agama.

Kegiatan seperti berbuka puasa bersama dan aksi sosial mengajarkan siswa tentang pentingnya kerja sama dan rasa kebersamaan.

Siswa juga memiliki kesempatan untuk belajar langsung tentang keberagaman melalui interaksi sehari-hari.

Hal ini menjadi bagian dari pembelajaran sosial yang sangat penting di negara multikultural seperti Indonesia.

Dengan tetap berada di lingkungan sekolah, siswa dapat memperluas wawasan mereka tentang toleransi dan hidup berdampingan dengan damai.

Kesimpulan: Manfaatkan Waktu Libur dengan Bijak

Bisa dikatakan, keputusan untuk tetap melaksanakan kegiatan sekolah selama Ramadhan adalah langkah strategis yang mempertimbangkan berbagai aspek penting, mulai dari keberlanjutan pembelajaran hingga pembentukan karakter siswa.

Bagi siswa Muslim, ini adalah kesempatan untuk mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dalam aktivitas sehari-hari, sementara siswa non-Muslim tetap mendapatkan hak pendidikan yang setara.

Namun demikian, penting bagi siswa dan orang tua untuk memanfaatkan waktu libur dengan bijak.

Ketika siswa memiliki waktu luang di luar jam sekolah, orang tua dapat memfasilitasi mereka untuk lebih fokus pada kegiatan ibadah dan pengembangan diri di rumah.

Dengan demikian, Ramadhan tidak hanya menjadi bulan yang penuh berkah, tapi juga momen yang memperkuat karakter dan kepribadian siswa.

Dengan kombinasi pembelajaran di sekolah dan kegiatan bermanfaat di rumah, siswa dapat menjalani bulan Ramadhan dengan penuh makna tanpa mengorbankan hak mereka atas pendidikan.

Inilah yang menjadi esensi dari kebijakan ini: Mdenciptakan keseimbangan antara tanggung jawab akademik dan spiritual demi mencetak generasi yang unggul, berakhlak mulia, dan toleran.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun