Meski kami tidak banyak menjelajah, hanya berada di sana sudah cukup untuk merasakan kedamaian yang luar biasa. Saya pikir, pulau ini sangat cocok untuk menjalani slow living.
Ketika akhirnya tiba saatnya pulang, ada perasaan campur aduk. Di satu sisi, kami rindu rumah dan kenyamanan di Jakarta.
Tapi, di sisi lain, meninggalkan Saparua berarti meninggalkan keluarga dan kenangan yang baru saja tercipta.
Perjalanan pulang dengan pesawat Batik Air menjadi penutup yang mengingatkan kami bahwa, setiap liburan memiliki cerita uniknya sendiri, tidak selalu tentang kesenangan, tapi juga tentang pelajaran dan kebersamaan.
Liburan kali ini, mengajarkan kami untuk menerima apa yang ada, untuk bersyukur atas hal-hal kecil, dan untuk tetap menikmati perjalanan meski tidak sesuai rencana.
Kami mungkin sakit, tapi hati kami tetap penuh dengan kenangan manis bersama keluarga dan momen-momen sederhana di Pulau Saparua.
Dan siapa tahu, di lain kesempatan, kami bisa kembali ke sana dengan tubuh yang lebih sehat, rencana yang lebih matang, dan tentunya, waktu yang lebih panjang untuk menikmati keindahan Pulau Saparua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI