Rasanya, ada sedikit rasa bersalah, tapi kami berharap suatu hari nanti bisa kembali dengan tubuh yang lebih sehat dan waktu yang lebih panjang.
Meski begitu, kami tetap bersyukur bisa berada di pulau ini, menikmati momen-momen kecil yang mungkin tak kami sadari jika berada dalam keadaan sehat sepenuhnya.
Ketika waktu liburan hampir usai, kami menghadapi tantangan lain. Kondisi tubuh yang belum prima memaksa kami untuk membatalkan tiket KM Labobar, kapal Pelni yang seharusnya membawa kami kembali ke Jakarta pada 11 Januari.
Sebagai gantinya, kami memesan tiket pesawat Batik Air. Harga tiketnya? Jangan ditanya. Mahal sekali!
Tapi, di saat seperti itu, kami hanya bisa pasrah dan berharap semuanya berjalan lancar.
Meski liburan ini, tidak seperti yang kami bayangkan, ada begitu banyak hal yang tetap bisa disyukuri.
Di sela-sela waktu istirahat, saya berhasil menyelesaikan 18 artikel untuk platform favorit saya, Kompasiana.
Menulis di Kompasiana menjadi pelarian yang menenangkan, cara untuk tetap merasa produktif di tengah keterbatasan.
Sementara itu, istri saya lebih banyak menghabiskan waaktu untuk berbincang dengan keluarga besar saya.
Kami belajar untuk menikmati setiap momen kecil, tanpa perlu merasa terbebani oleh harapan yang terlalu tinggi.
Pulau Saparua sendiri adalah tempat yang istimewa. Iya, udara di sini segar, pemandangan langit yang indah, dan keramahan penduduknya memberikan rasa damai yang sulit ditemukan di kota besar seperti Jakarta.