Alun-alun Kota Bau Bau cukup kecil, jika dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya seperti Jakarta, tapi suasananya begitu hidup.
Di sepanjang area, berjejer mini kafe, tempat bermain anak-anak, hingga warung makan sederhana.
Hal yang menarik perhatian saya adalah lokasi alun-alun yang berada tepat di pinggir pantai, menghadap ke laut lepas.
Meski malam hari membuat pemandangan laut kurang jelas, suasana angin laut yang sejuk dan suara ombak dari kejauhan membuat tempat ini terasa istimewa.
Kami menemukan sebuah warung kopi sederhana di pinggir alun-alun.
Saya memesan secangkir kopi kapal api, yang dihargai Rp10.000 per cangkir. Teman-teman saya juga memesan hal yang sama.
Duduk di sana sambil menikmati angin laut benar-benar memberi suasana santai yang sulit ditemukan di tengah kesibukan kota.
Dari kejauhan, kapal-kapal barang tampak berlalu-lalang, memberikan kesan dinamis yang kontras dengan ketenangan malam.
Di tengah perbincangan ringan, saya sempat izin ke toilet umum yang terletak tak jauh dari situ.
Biayanya Rp5.000 per kunjungan---harga yang cukup masuk akal untuk fasilitas umum di tempat wisata.
Setelah itu, saya kembali ke meja, dan kami melanjutkan obrolan hingga hampir tiba waktunya untuk kembali ke pelabuhan.