Selain itu, Ridwan Kamil perlu bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk melibatkan masyarakat dan memastikan pembangunan ini sejalan dengan rencana tata ruang dan kelestarian lingkungan.
Kedua, kemitraan dengan investor dan pelaku industri pariwisata. Pembangunan fasilitas besar seperti Disneyland memerlukan pendanaan yang sangat besar.
Oleh karena itu, Ridwan Kamil harus mencari investor strategis baik dari dalam negeri maupun internasional, terutama mereka yang telah berpengalaman dalam membangun taman hiburan.
Selain pendanaan, kolaborasi dengan perusahaan-perusahaan besar dalam industri pariwisata dapat memperkuat daya tarik Kepulauan Seribu sebagai destinasi wisata. Misalnya, dengan menggandeng agen travel, hotel, dan pengembang properti.
Ketiga, pelibatan komunitas dan organisasi lingkungan. Supaya pembangunan ini diterima oleh masyarakat lokal dan menjaga kelestarian lingkungan, pelibatan organisasi masyarakat dan komunitas lingkungan sangat penting.
Kolaborasi ini dapat memastikan bahwa kebutuhan dan aspirasi warga di Kepulauan Seribu terakomodasi, serta bahwa setiap langkah pembangunan mematuhi prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan.
Pendekatan ini akan membantu meredakan potensi konflik sosial dan menjamin keberlanjutan proyek.
Keempat, kerjasama dengan universitas dan lembaga penelitian. Universitas dan lembaga penelitian dapat membantu menyediakan kajian mendalam tentang dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang ditimbulkan oleh proyek ini.
Dengan menggandeng para peneliti, pemerintah bisa mendapatkan data yang akurat mengenai potensi pengembangan dan risiko yang mungkin muncul.
Hasil kajian ini bisa menjadi dasar perencanaan yang lebih matang serta membantu pemerintah dalam membuat kebijakan yang mendukung pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.
Kelima, kolaborasi dengan media untuk promosi. Keberhasilan Disneyland ala Kepulauan Seribu juga sangat bergantung pada promosi yang efektif.