Kedua, pemberdayaan masyarakat setempat. Ridwan Kamil menekankan pentingnya keberadaan masyarakat di sekitar pusat wisata.
Ini berarti fasilitas baru akan berdampingan dengan permukiman warga, memungkinkan keterlibatan langsung mereka dalam pengelolaan bisnis wisata.
Kolaborasi ini sangat krusial agar masyarakat tidak terpinggirkan oleh perkembangan infrastruktur besar.
Bahkan, komunitas lokal dapat menjadi daya tarik tersendiri, dengan menawarkan pengalaman budaya dan kuliner autentik yang memperkaya kunjungan wisatawan.
Ketiga, perlindungan terhadap lingkungan dan sosial budaya. Salah satu aspek krusial dari pembangunan di kawasan wisata adalah menjaga keseimbangan dengan ekosistem dan budaya lokal.
Dengan ekosistem laut yang sensitif, perlindungan terhadap lingkungan menjadi keharusan dalam perencanaan fasilitas besar seperti ini.
Jika tidak dilakukan dengan bijak, justru pembangunan bisa mengganggu kehidupan laut yang menjadi aset utama Kepulauan Seribu.
Fasilitas dan Infrastruktur Penunjang
Supaya ambisi RK untuk menjadikan Kepulauan Seribu destinasi wisata berkelas dunia terwujud, peningkatan fasilitas dan infrastruktur menjadi prioritas utama.
Dalam konteks ini, Pelabuhan Muara Angke dan transportasi menuju Kepulauan Seribu menjadi poin kritis yang perlu diperhatikan.
Pertama, peningkatan estetika dan kapasitas pelabuhan muara angke. Saat ini, Pelabuhan Muara Angke sering kali dianggap kurang memadai untuk menampung lonjakan wisatawan yang diharapkan dengan adanya fasilitas ala Disneyland.
RK membayangkan pelabuhan ini dengan sentuhan estetika seperti Opera House di Sydney, yang tidak hanya fungsional tetapi juga menjadi daya tarik visual.