Tantangan utama yang masih dihadapi adalah kesenjangan kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan.
Di banyak daerah, implementasi Kurikulum Merdeka masih menemui kendala, terutama terkait dengan kurangnya fasilitas pendukung dan minimnya pelatihan bagi guru.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh United Nations Children's Fund (UNICEF) bersama Kemendikbudristek, masih terdapat kesenjangan yang signifikan antara sekolah di perkotaan dan pedesaan dalam hal kesiapan fasilitas dan pelatihan guru.
Di daerah terpencil, hanya 55% sekolah yang melaporkan bahwa mereka telah menerima pelatihan memadai untuk menerapkan Kurikulum Merdeka, sementara di kota besar angkanya mencapai 85%.
Di sisi lain, Kurikulum Merdeka, juga menghadapi tantangan dari sisi mentalitas siswa dan orang tua. Perubahan paradigma pendidikan yang lebih menekankan pada pengembangan kompetensi, sering kali, tidak dipahami dengan baik oleh masyarakat yang terbiasa dengan pendekatan konvensional, yang lebih berorientasi pada penilaian akademis.
Oleh karena itu, keberhasilan Kurikulum Merdeka juga sangat bergantung pada upaya sosialisasi yang lebih intensif serta dukungan dari berbagai pihak, termasuk orang tua, masyarakat, dan pemerintah daerah.
Secara keseluruhan, Kurikulum Merdeka membawa harapan baru bagi pendidikan Indonesia, namun keberlanjutan dan peningkatan kualitasnya masih sangat bergantung pada evaluasi berkala, dukungan infrastruktur, serta sinergi antar lembaga pendidikan.
Pemecahan Kemendikbudristek bisa menjadi peluang untuk lebih fokus dalam implementasi kebijakan pendidikan yang lebih efektif, namun tantangan koordinasi antarkementerian harus diantisipasi dengan baik agar Kurikulum Merdeka dapat terus berkembang dan memberikan dampak nyata dalam peningkatan mutu pendidikan nasional.
Kesimpulan
Sebagai penutup, pemecahan Kemendikbudristek menjadi tiga kementerian dapat memberikan peluang bagi kemajuan pendidikan, kebudayaan, serta riset dan teknologi, asalkan didukung dengan koordinasi yang baik antar kementerian.
Di tengah dinamika ini, Kurikulum Merdeka diharapkan tetap dilanjutkan karena fleksibilitasnya telah memberikan angin segar bagi pembelajaran di Indonesia.
Namun, untuk meningkatkan mutu pendidikan, perlu dilakukan evaluasi terus-menerus terhadap implementasi kurikulum ini, serta dukungan yang lebih baik bagi guru dan sekolah di seluruh daerah.